Gencatan Senjata di Idlib
Timur Tengah

103 Warga Sipil Tewas di Idlib Suriah dalam 10 Hari, Dunia Hanya Diam

Seorang pria dengan pistol memegang tangan seorang anak ketika mereka berjalan di sebuah pasar di kota Idlib, Suriah, 25 Mei 2019. (Foto: Reuters/Khalil Ashawi)
Berita Internasional > 103 Warga Sipil Tewas di Idlib Suriah dalam 10 Hari, Dunia Hanya Diam

PBB mengatakan bahwa setidaknya 103 warga sipil termasuk anak-anak tewas di Idlib, Suriah, hanya dalam 10 hari, namun dunia secara terang-terangan hanya diam. Kepala Hak Asasi Manusia PBB Michelle Bachelet mengatakan bahwa menargetkan masyarakat sipil adalah sebuah kejahatan perang, dan bahwa siapa pun yang memerintahkannya harus bertanggung jawab.

Baca juga: Kepala Pemerintahan Idlib Serukan Turki Bantu Lawan Serangan Militer Suriah

Oleh: BBC

Lebih dari 100 orang—termasuk 26 anak-anak—tewas dalam serangan udara di rumah sakit, sekolah, pasar, dan toko roti di Suriah barat laut dalam 10 hari terakhir, kata seorang pejabat tinggi PBB.

Kepala Hak Asasi Manusia PBB Michelle Bachelet menyalahkan pemerintah dan sekutunya atas serangan di daerah yang dikuasai pemberontak.

Tetapi serangan itu disambut dengan “ketidakpedulian internasional yang nyata,” katanya.

Suriah dan sekutunya, Rusia, sama-sama menyangkal menargetkan warga sipil dalam serangan udara di wilayah Idlib.

Berbicara kepada para wartawan, Bachelet mengkritik “kegagalan kepemimpinan oleh negara-negara paling kuat di dunia”.

Meningkatnya jumlah korban tewas di Idlib hanya ditanggapi dengan “mengangkat bahu” dan konflik ini tidak mendapatkan perhatian internasional, sementara Dewan Keamanan PBB lumpuh, katanya.

Dia mengatakan bahwa warga sipil yang menjadi target tidak mungkin akibat kecelakaan dan memperingatkan bahwa mereka yang melakukan serangan dapat didakwa dengan kejahatan perang.

“Serangan yang disengaja terhadap warga sipil adalah kejahatan perang, dan mereka yang telah memerintahkan atau melaksanakannya bertanggung jawab secara pidana atas tindakan mereka,” kata Bachelet.

rezim suriah

Kamp pengungsi di desa Atimah, provinsi Idlib, Suriah, pada tanggal 11 September 2018. (Foto: Reuters/Khalil Ashawi)

Apa yang terjadi di Suriah?

Provinsi Idlib—bersama dengan provinsi utara Hama dan provinsi Aleppo barat—adalah salah satu benteng oposisi terakhir di Suriah setelah delapan tahun perang sipil.

Idlib diduga diselimuti oleh gencatan senjata yang ditengahi pada September oleh Rusia dan Turki, yang menyelamatkan 2,7 juta warga sipil yang tinggal di sana dari serangan pemerintah besar-besaran.

Pekan lalu, PBB mengatakan bahwa lebih dari 350 warga sipil tewas dan 330.000 orang terpaksa mengungsi dari rumah mereka sejak pertempuran meningkat pada 29 April lalu.

Baca juga: Serba-serbi Pertempuran Berdarah di Idlib Suriah

Tetapi angka itu sekarang telah direvisi, dengan 103 kematian tambahan dalam 10 hari terakhir saja. Perkiraan untuk jumlah pengungsi mencapai lebih dari 400.000 orang.

Pemerintah Suriah—yang didukung oleh Angkatan Udara Rusia—mengatakan bahwa peningkatan serangan itu karena pelanggaran gencatan senjata berulang kali oleh para jihadis yang terkait dengan al-Qaeda yang mendominasi kubu oposisi.

Rusia membantah laporan awal pekan ini bahwa pihaknya melakukan serangan udara di pasar dan daerah perumahan yang menewaskan sedikitnya 31 warga sipil.

al-Assad

Foto Presiden Suriah Bashar al-Assad di sebuah stasiun kereta api di Damaskus. (Foto: Reuters/Marko Djurica)

Bagaimana perang Suriah dimulai?

Bahkan sebelum konflik dimulai, banyak warga Suriah mengeluh tentang pengangguran yang tinggi, korupsi, dan kurangnya kebebasan politik di bawah Presiden Suriah Bashar al-Assad, yang menggantikan ayahnya, Hafez, setelah dia meninggal pada tahun 2000.

Pada Maret 2011, demonstrasi pro-demokrasi meletus di selatan kota Deraa, yang terinspirasi oleh “Kebangkitan Arab” (Arab Spring) di negara-negara tetangga.

Ketika pemerintah menggunakan kekuatan mematikan untuk menghancurkan perbedaan pendapat, protes yang menuntut pengunduran diri presiden meletus secara nasional.

Baca juga: Operasi Idlib Hadapi Jalan Buntu, Tantangan Baru bagi Assad di Suriah

Kerusuhan menyebar dan penindasan semakin intensif. Para pendukung oposisi mengangkat senjata, pertama untuk membela diri dan kemudian untuk membersihkan daerah mereka dari pasukan keamanan. Assad berjanji akan menghancurkan apa yang disebutnya “terorisme yang didukung asing”.

Kekerasan meningkat dengan cepat dan negara itu terjerumus ke dalam perang sipil.

Keterangan foto utama: Seorang pria dengan pistol memegang tangan seorang anak ketika mereka berjalan di sebuah pasar di kota Idlib, Suriah, 25 Mei 2019. (Foto: Reuters/Khalil Ashawi)

103 Warga Sipil Tewas di Idlib Suriah dalam 10 Hari, Dunia Hanya Diam

BERLANGGANAN

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top