Tampaknya Presiden Donald Trump merasa terkhianati oleh surat kabar yang selalu ia banggakan itu.
Selama akhir pekan, The New York Times menerbitkan artikel panjang yang merinci serangkaian kegagalan Presiden Donald Trump untuk mengindahkan nasihat banyak orang dalam pemerintahannya di hari-hari awal wabah virus corona. Artikel itu juga menyebutkan konsekuensi kesehatan dan ekonomi jika Amerika Serikat tidak segera bertindak.
Presiden sepertinya sangat tidak senang dengan artikel itu.
Sejak The New York Times menerbitkan artikel itu pada 11 April, Trump telah mengunggah tiga twit yang membahas tentang artikel itu. Di ketiga twit itu, ia mengklaim artikel itu salah dan palsu, tanpa benar-benar memberikan bukti di mana kesalahan The New York Times.
“Artikel @nytimes palsu,” tulis Trump, Minggu (12/4), lewat akun Twitter-nya, menyebut akun TwitterThe New York Times.
“Saya dikritik karena bertindak terlalu cepat ketika saya melarang perjalanan dari dan ke China, jauh sebelum orang-orang lain ingin memberlakukannya. @SecAzar belum mengatakan apa-apa saat itu, dan memo dari Peter Navarro juga berisi larangan perjalanan (lihat pernyataannya). Berita Palsu!” sergahnya, menyebut akun Twitter Menteri Kesehatan dan Layanan Masyarakat Amerika Serikat Alex Azar dan penasihat presiden Peter Navarro.
Dalam arahan tentang virus corona pada Senin (13/4), Trump berulang kali menyebut artikel The New York Times, berusaha untuk membantah tuduhan yang ada di artikel itu, meskipun tidak menyebutkan bukti spesifik.
“Jadi, klaim di artikel The New York Times palsu,” kata Trump, seperti yang dikutip CNN.
“Itu surat kabar penipu, dan mereka menulis artikel-artikel palsu.”
Dia juga menambahkan, “Saya hanya ingin mengatakan, menyedihkan melihat ada orang yang menulis artikel palsu. Jika kita memiliki undang-undang pencemaran nama baik, mereka akan gulung tikar sejak lama.”
Merasa sangat terganggu dengan artikel itu, Trump meminta staf Gedung Putih untuk meluncurkan propaganda di mana orang-orang dibayar untuk memuji penanganannya terhadap virus corona. Ia kemudian memamerkan pujian-pujian itu kepada wartawan pada konferensi pers hari Senin (13/4).
Bahkan menurut standar Trumpian, reaksi presiden terhadap artikel itu tergolong berlebihan. Kenapa?
Menurut pendapat Chris Cillizza yang dimuat di CNN, jawabannya terletak pada hubungan pribadi Trump dengan surat kabar The New York Times.
Trump adalah orang asal New York yang lahir dan besar di kota.
Trump tumbuh besar melihat The New York Times berkembang menjadi surat kabar kebanggaan negara bagian asalnya. Seiring ia membangun kariernya, Trump memahami kekuatan relevansi yang dimiliki surat kabar itu.
Dia rutin mengutip artikel-artikel The New York Times di tahun-tahun sebelum ia berkecimpung di dunia politik, sebagai validator dari kesuksesan teman-temannya.
“Bacalah wawancara dengan Donald Trump yang muncul di The New York Times Magazine,” tulis Trump di akun Twitter-nya pada Mei 2009.
“Artikel The New York Times yang sangat bagus tentang pengembang yang hebat, Arthur Zeckendorf,” katanya pada November 2013.
Bahkan, meskipun ia sering mengklaim The New York Times memuat “berita palsu”, Trump mengakui ia masih menghormati surat kabar itu itu. Dia menyebutnya “permata Amerika, permata dunia” dalam wawancara dengan The New York Times tak lama setelah dia terpilih pada November 2016.
Trump sangat peduli dengan apa yang ditulis The New York Times tentang dia. Meski ia telah berkali-kali membual akan membatalkan langganannya, setiap harinya presiden semakin memperjelas betapa akrabnya dia dengan pelaporan dan tulisan di surat kabar itu.
Seperti yang telah ditekankan Chris Cillizza, Trump sangat marah pada artikel virus corona The New York Times bukan karena isi artikel itu salah, tetapi karena artikel itu diterbitkan oleh salah satu surat kabar yang selalu dia hormati.
Penerjemah: Nur Hidayati
Editor: Purnama Ayu Rizky
Keterangan foto utama: Ilustrasi orang-orang melewati depan kantor The New York Times. (Foto: Politico)
Artikel Corona The New York Times Buat Trump Ngamuk, Kenapa?