Peringatan Hari Nakba
Timur Tengah

Peringatan Hari Nakba: 71 Tahun Bencana di Palestina

Warga Palestina berunjuk rasa untuk memperingati 71 tahun Hari Nakba di Ramallah. (Foto: Reuters/Mohamad Torokman)
Berita Internasional > Peringatan Hari Nakba: 71 Tahun Bencana di Palestina

Pada Rabu (15/5), warga Palestina menggelar protes untuk memperingati 71 tahun Hari Nakba, yang menandakan bencana yang dihadapi warga Palestina sejak mereka diusir dari tanah mereka untuk dijadikan negara Israel. Setidaknya 47 warga Palestina terluka oleh tentara Israel selama peringatan Hari Nakba tersebut. Selama lebih dari setahun, warga Palestina telah mengadakan protes mingguan di sepanjang pagar, menyerukan hak mereka untuk kembali serta untuk mengakhiri blokade 12 tahun yang diberlakukan Israel.

Baca juga: Menlu Palestina: AS Rancang ‘Syarat Menyerah’, Bukan Rencana Perdamaian

Oleh: Al Jazeera

Sejumlah warga Palestina terluka di tengah-tengah protes yang menandai peringatan 71 tahun Hari Nakba, dengan demonstrasi dan unjuk rasa di Tepi Barat yang diduduki dan di Jalur Gaza.

Ribuan orang berkumpul pada Rabu (15/5) di dekat pagar pemisah Israel di Gaza timur, tempat dilaksanakannya demonstrasi mingguan selama setahun terakhir.

Salah satu yang ikut bergabung adalah Umm Mahdi Nofal yang berusia 72 tahun, seorang wanita pengungsi dari Ashdod.

“Kami adalah generasi yang telah menderita rasa sakit mengungsi dari tenda-tenda dan kamp,” katanya kepada Al Jazeera. “Ketika keluarga kami melarikan diri ke Gaza, mereka biasanya tidur di tanah di bawah langit. Rumah asli mereka dicuri dan mereka dibiarkan tinggal di kamp-kamp yang penuh sesak.”

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, setidaknya 47 warga Palestina terluka oleh tentara Israel selama protes pada Rabu (15/5). Saksi mata mengatakan bahwa tentara menembakkan amunisi hidup, tabung gas air mata, dan peluru baja berlapis karet, untuk membubarkan pengunjuk rasa dan menjauhkan mereka dari pagar.

Militer Israel mengatakan bahwa sekitar 10.000 “perusuh dan demonstran” berkumpul di beberapa tempat di sepanjang pagar Jalur Gaza, dan bahwa pasukan menanggapi dengan “cara-cara untuk menyebarkan kerusuhan”.

Natasha Ghoneim dari Al Jazeera, yang melaporkan dari Gaza, mengatakan bahwa jumlah kerumunan itu tidak banyak dibandingkan dengan demonstrasi sebelumnya di sepanjang pagar.

“Hamas telah mendesak orang-orang untuk datang dalam jumlah besar untuk memprotes apa yang disebutnya pendudukan dan menunjukkan perlawanan. Ini adalah hari ke sembilan dari gencatan senjata di sini, dan juga saat di mana orang-orang berusaha untuk kembali ke ‘kehidupan normal’.”

‘Bencana’

Demonstrasi pada Rabu (15/5) dilakukan untuk memperingati Hari Nakba—apa yang orang Palestina sebut sebagai bencana yang menimpa mereka dalam perang yang menyebabkan pembentukan Israel pada tahun 1948, ketika ratusan ribu warga Palestina secara paksa dipindahkan dari rumah mereka.

Ahmad Attallah (46 tahun), membawa anak-anaknya ke protes pada Rabu (15/5) di Gaza.

“Saya ingin menunjukkan kepada mereka tanah kami di belakang pagar, tempat nenek moyang kami dulu dipindahkan dari sana 71 tahun yang lalu,” katanya.

“Kami tidak akan pernah melepaskan atau melupakan hak kami untuk kembali. Setiap orang Palestina di sini ingin menjalani kehidupan yang bermartabat di tanahnya dan Israel harus memahami hal ini.”

Selama lebih dari setahun, warga Palestina di Gaza telah mengadakan protes mingguan di sepanjang pagar, menyerukan hak untuk kembali bagi para pengungsi Palestina dan keturunan mereka ke wilayah yang saat ini dikuasai Israel, serta untuk mengakhiri blokade 12 tahun yang diberlakukan oleh Israel.

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas, sejak peluncuran demonstrasi tersebut, tentara Israel telah menembak dan membunuh 305 demonstran Palestina, termasuk 59 anak-anak dan 10 wanita.

Warga di Kota Gaza pada Rabu (15/5) juga ambil bagian dalam pemogokan umum untuk menandai hari berkabung tersebut. Pemogokan massal diadakan di kota tersebut, di mana para pemilik toko menutup bisnis mereka.

“Ini adalah hari yang sangat menyedihkan bagi rakyat Palestina, ini adalah hari yang suram bagi rakyat kami. Tujuh puluh satu tahun telah berlalu, dan Insya Allah kami akan segera kembali ke tanah air kami,” kata penduduk Gaza, Baker Ibrahim.

Warga Palestina di Betlehem memprotes kontes lagu Eurovision yang diadakan oleh Israel. (Foto: Reuters/Mussa Qawasma)

Protes Eurovision

Pada Selasa (14/5), menjelang Hari Nakba, puluhan aktivis sayap kiri memprotes perlakuan Israel terhadap warga Palestina di Tel Aviv, tempat semifinal Eurovision pertama diadakan.

“Kami di sini untuk memprotes pertumpahan darah tak berujung di Gaza,” kata salah satu penyelenggara, Noa Levy.

Para pengunjuk rasa membawa spanduk bertuliskan “boikot Eurovision” dan “lagu-lagu dan gemerlapnya tidak bisa menyembunyikan tanah air yang diduduki”.

Baca juga: Palestina: Gencatan Senjata Tercapai Setelah Israel Bunuh Puluhan Warga

Puluhan seniman Eropa—yang dipimpin oleh mantan pentolan Pink Floyd Roger Waters—menandatangani surat yang menyerukan agar kontes tersebut dipindahkan ke negara lain.

Para aktivis boikot menyerbu panggung selama putaran semifinal Prancis, yang menimbulkan kekhawatiran gangguan pada acara utama.

Para penampil Islandia telah berjanji akan memanfaatkan platform mereka untuk menunjukkan “wajah pendudukan”.

Meskipun gerakan BDS—kampanye yang dipimpin Palestina yang mengadvokasi boikot, divestasi, dan sanksi terhadap Israel—gagal memaksa salah satu dari 41 penyiar nasional untuk keluar dari kompetisi tersebut, namun kampanye ini telah menarik perhatian internasional pada topik-topik yang ingin dihindari oleh Israel.

Sejumlah demonstrasi untuk menandai hari berkabung dan protes Eurovision ini direncanakan di seluruh negeri pada Rabu (15/5).

‘Nonaktifkan Airbnb’

Dalam protes lain yang bertepatan dengan peringatan Hari Nakba, para aktivis meminta pendukung Palestina untuk setidaknya menonaktifkan sementara akun Airbnb mereka pada Rabu (15/5) untuk memprotes daftar penginapan Airbnb di permukiman di Tepi Barat.

Setelah tekanan Israel, perusahaan itu bulan lalu berbalik arah dan membatalkan rencana untuk melarang rumah-rumah di pemukiman Tepi Barat agar tidak terdaftar di situs mereka.

Keputusan itu telah menimbulkan kemarahan dari kelompok-kelompok yang menentang pemukiman, yang dianggap ilegal berdasarkan hukum internasional.

Sejumlah organisasi termasuk Jewish Voice for Peace dan Institut Palestina untuk Diplomasi Publik (PIPD) telah mendukung seruan untuk setidaknya penonaktifan sementara, di mana para penyelenggara mengatakan bahwa ribuan orang telah berjanji untuk melakukannya.

“Pada akhirnya kami ingin Airbnb membalikkan keputusannya, tetapi kami tahu itu tidak mudah,” kata Salem Barahmeh, Direktur Eksekutif PIPD, kepada kantor berita AFP.

“Tapi saya pikir apa yang akhirnya ingin kita lakukan adalah mengakhiri budaya kekebalan hukum ini, di mana perusahaan-perusahaan internasional diizinkan untuk terlibat dalam mendukung kejahatan perang dan permukiman Israel yang telah menggusur warga Palestina.”

Airbnb menolak berkomentar, alih-alih merujuk pada pernyataannya pada bulan April.

Baca juga: Harapan Palsu vs Keputusasaan: Mati Syahid Warga Palestina Bukan karena Kebencian

Pernyataan itu mengatakan bahwa walau perusahaan itu tidak akan melarang rumah-rumah di pemukiman ilegal, namun Airbnb akan memberikan semua keuntungan dari daftar tersebut untuk amal.

Para aktivis mengatakan bahwa ini tidak menghentikan para pemukim dari menghasilkan keuntungan.

Sekitar 400.000 orang Israel tinggal di permukiman di Tepi Barat dengan beragam ukuran, dari dusun kecil hingga kota besar, selain 200.000 orang yang tinggal di permukiman di Yerusalem Timur yang diduduki.

Permukiman itu dibangun di tanah di wilayah Palestina, yang dilihat oleh warga Palestina sebagai bagian dari negara masa depan mereka.

Pelaporan tambahan oleh Maram Humaid di Gaza.

Keterangan foto utama: Warga Palestina berunjuk rasa untuk memperingati 71 tahun Hari Nakba di Ramallah. (Foto: Reuters/Mohamad Torokman)

Peringatan Hari Nakba: 71 Tahun Bencana di Palestina

BERLANGGANAN

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top