
Tahun ini, perang Suriah sudah memasuki tahun kedelapan. Hampir 500 ribu warga Suriah tewas dalam perang sipil ini, dan separuh populasi negara telah mengungsi. Kurangnya kebebasan dan kesengsaraan ekonomi adalah awal mula munculnya konflik Suriah. Kini, badan pengunsi PBB (UNHCR) memperkirakan ada 6,5 juta pengungsi Suriah.
Baca Juga: Konflik Suriah: Rusia Kini Lebih Dekat dengan Israel Alih-alih Iran
Ditulis oleh: Al Jazeera
Pada tanggal 15 Maret 2018, perang sipil Suriah memasuki tahun kedelapan. Lebih dari 465 ribu warga Suriah tewas dalam pertempuran itu. Lebih dari satu juta orang terluka. Lebih dari 12 juta, separuh populasi negara sebelum perang sipil, telah mengungsi. Berikut ini beberapa hal yang menjelaskan bagaimana dan mengapa konflik tersebut awalnya bermula.
Penyebab Pecahnya Pemberontakan
Selain kurangnya kebebasan dan kesengsaraan ekonomi yang mendorong kemarahan rakyat terhadap pemerintah Suriah, tindakan keras atas para pengunjuk rasa juga memicu kemarahan publik.
- Musim Semi Arab: Pada tahun 2011, pemberontakan yang dikenal sebagai Musim Semi Arab sukses menggulingkan presiden Tunisia dan Mesir. Kesuksesan tersebut memberi harapan bagi para aktivis pro-demokrasi Suriah.
- Bulan Maret 2011, protes damai juga berlangsung di Suriah, sesudah 15 remaja pria ditahan dan disiksa akibat mengguratkan grafiti untuk menunjukkan dukungan terhadap Musim Semi Arab. Salah satu di antara para remaja tersebut, seorang bocah lelaki berusia 13 tahun, tewas setelah disiksa dengan kejam.
- Pemerintah Suriah yang dipimpin oleh Presiden Bashar al-Assad menanggapi protes dengan menewaskan ratusan demonstran serta menjebloskan banyak orang lainnya ke penjara.
- Bulan Juli 2011, pembelot dari militer mengumumkan pembentukan Tentara Pembebasan Suriah, kelompok pemberontak yang bertujuan menggulingkan pemerintah rezim Assad. Suriah mulai memasuki era perang sipil.
- Meski protes tahun 2011 sebagian besar bersifat non-sektarian, konflik bersenjata muncul di divisi sektarian yang menyolok. Kebanyakan warga Suriah berasal dari Islam Sunni, tetapi pasukan keamanan Suriah telah lama didominasi oleh anggota sekte Alawi, dengan Assad yang juga menjadi salah satu anggota.
- Pada tahun 1982, ayah Assad memerintahkan tindakan keras militer terhadap kelompok Ikhwanul Muslimin di Hama, yang menewaskan puluhan ribu orang dan membumihanguskan sebagian besar wilayah kota.
- Bahkan pemanasan global dikatakan berperan dalam memicu pemberontakan tahun 2011. Kekeringan parah melanda Suriah selama tahun 2007-2010, yang menyebabkan sebanyak 1,5 juta orang bermigrasi dari pedesaan ke kota-kota, sehingga memperburuk kemiskinan dan kerusuhan sosial.
Keterlibatan Internasional
Di Afrin, Turki Tidak Punya Pilihan Lain Selain Lancarkan Perang dengan PKK. (Foto: AFP/Getty Images/Ilyas Akengin)
Dukungan asing dan intervensi terbuka telah memainkan peranan besar dalam perang sipil di Suriah. Rusia memasuki konflik pada tahun 2015 dan sejak saat itu telah menjadi salah satu pendukung utama rezim Assad.
Baca Juga: Eksekusi Pemuda Swedia di Suriah, ISIS Kirim Videonya Pada Keluarga Korban
- Aktor regional: Pemerintah yang mayoritas terdiri dari kelompok Syiah Iran dan Irak, dan Hezbollah yang berbasis di Lebanon, telah mendukung Assad, sementara negara-negara mayoritas Sunni, termasuk Turki, Qatar, dan Arab Saudi mendukung pemberontak anti-Assad.
- Sejak tahun 2016, pasukan Turki telah meluncurkan beberapa operasi melawan ISIS di dekat perbatasannya, serta terhadap kelompok Kurdi yang dipersenjatai oleh Amerika Serikat.
- Koalisi anti-ISIS: Amerika Serikat telah mempersenjatai kelompok pemberontak anti-Assad dan memimpin koalisi internasional untuk mengebom sasaran ISIS sejak tahun 2014.
- Israel melakukan serangan udara di dalam wilayah Suriah, yang dilaporkan telah menargetkan pejuang Hezbullah dan pro-pemerintah serta berbagai fasilitas.
- Pertama kali pertahanan udara Suriah menembak jatuh pesawat perang Israel ialah pada bulan Februari 2018.
AS dan Rusia
Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) bersama dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad, selama pertemuan mereka di resor Laut Hitam Sochi, Rusia, pada Kamis, 17 Mei 2018. (Foto: AP/Kremlin Pool)
AS telah berulang kali menyatakan penentangannya terhadap pemerintah Assad yang didukung oleh Rusia, tetapi tidak melibatkan dirinya secara mendalam.
Baca Juga: Rusia Tak Bisa Paksa Iran untuk Tinggalkan Suriah, Seperti Tuntutan Israel
- Senjata kimia: Mantan Presiden AS Barack Obama telah memperingatkan bahwa penggunaan senjata kimia di Suriah merupakan “garis merah” yang akan mendorong intervensi militer AS.
- Bulan April 2017, AS melakukan operasi militer langsung pertama terhadap pasukan Assad, meluncurkan 59 rudal jelajah Tomahawk di pangkalan angkatan udara Suriah, tempat para pejabat AS yakin serangan kimia terhadap Khan Sheikhoun telah diluncurkan.
- Setahun kemudian, tanggal 14 April 2018, meskipun dengan adanya peringatan Rusia, AS meluncurkan serangan bersama dengan Prancis dan Inggris, di “situs senjata kimia.”
- Pelatihan CIA: Pada tahun 2013, CIA memulai program rahasia untuk mempersenjatai, mendanai, dan melatih kelompok-kelompok pemberontak yang menentang Assad, tetapi program itu kemudian ditutup setelah terungkap bahwa CIA telah menghabiskan dana sebanyak US$500 juta namun hanya melatih 60 orang pejuang.
- Kampanye Rusia: Bulan September 2015, Rusia meluncurkan serangan bom terhadap apa yang disebut sebagai “kelompok teroris” di Suriah, termasuk ISIS serta kelompok pemberontak anti-Assad yang didukung oleh AS. Rusia juga mengerahkan para penasehat militer untuk menopang pertahanan Assad.
- Di Dewan Keamanan PBB, Rusia dan China berulang kali memveto resolusi yang didukung Barat terhadap Suriah.
Pembicaraan Damai
Perundingan perdamaian telah berlangsung antara pemerintah Suriah dan oposisi untuk mencapai gencatan senjata militer dan transisi politik di Suriah, tetapi hal utama yang menyolok ialah nasib Assad.
- Jenewa: Putaran pertama pembicaraan yang difasilitasi PBB antara pemerintah Suriah dan delegasi oposisi berlangsung di Jenewa, Swiss pada bulan Juni 2012.
- Pembicaraan putaran terakhir pada bulan Desember 2017 gagal di serangan balasan antara delegasi pemerintah Suriah dan oposisi atas pernyataan tentang peran Assad di masa depan melalui pemerintahan transisi.
- Pada tahun 2014, Staffan de Mistura menggantikan Kofi Annan sebagai utusan khusus PBB untuk Suriah.
- Astana: Bulan Mei 2017, Rusia, Iran, dan Turki menyerukan penataan empat zona de-eskalasi di Suriah, tempat jet tempur Suriah dan Rusia tidak dibolehkan terbang.
- Setelah membantah rencana untuk membagi Suriah pada bulah Maret 2018, pertemuan puncak trilateral lanjutan diadakan di Turki untuk membahas kelanjutan penyelesaian konflik di masa depan.
- Sochi: Bulan Januari 2018, Rusia mensponsori pembicaraan tentang masa depan Suriah di kota Sochi, Laut Hitam, tetapi blok oposisi memboikot konferensi dan mengklaim bahwa hal itu merupakan upaya untuk melemahkan upaya PBB dalam menengahi kesepakatan.
Kelompok Pemberontak
Sejak konflik dimulai, ketika pemberontak Suriah melawan rezim Assad, banyak kelompok pemberontak baru bergabung dengan pertempuran di Suriah dan sering bertikai satu sama lain.
- Tentara Pembebasan Suriah (The Free Syrian Army/FSA) merupakan konglomerasi longgar brigade bersenjata yang dibentuk pada tahun 2011 oleh pembelot dari tentara dan warga sipil Suriah yang didukung oleh AS, Turki, dan beberapa negara Teluk.
- Bulan Desember 2016, tentara Suriah mencetak kemenangan terbesarnya terhadap para pemberontak ketika merebut kembali kota strategis Aleppo. Sejak itu, FSA telah menguasai daerah-daerah terbatas di barat laut Suriah.
- Tahun 2018, gerilyawan Suriah dievakuasi dari kubu pemberontak terakhir dekat Damaskus. Namun, didukung oleh Turki, FSA mengambil kendali Afrin, dekat perbatasan Turki-Suriah, dari pejuang pemberontak Kurdi yang mengupayakan pemerintahan otonom.
- ISIS lahir di Suriah utara dan timur pada tahun 2013 setelah menduduki sebagian besar wilayah Irak. Kelompok ini dengan cepat mendapat reputasi Internasional karena tindakan eksekusi brutal dan penggunaan media sosial yang bergairah untuk merekrut para pejuang dari seluruh dunia.
- Kelompok-kelompok lain yang bertempur di Suriah di antaranya ialah Jabhat Fateh al-Sham, Hezbollah yang didukung Iran, dan Pasukan Demokrat Suriah (Syrian Democratic Forces/SDF) yang didominasi oleh Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (Kurdish People’s Protection Units/YPG).
Situasi Saat Ini
Pertempuran di Suriah terus berlanjut di beberapa front:
Baca Juga: Perang Suriah: Prancis Ancam Intervensi Jika Klaim Penggunaan Senjata Kimia oleh Rezim Assad Benar
- Idlib: Bulan Februari 2018, penembakan oleh pasukan Rusia dan Suriah kian intensif terhadap Idlib, terutama sejak pejuang dari kelompok Hay’et Tahrir al-Sham menembak jatuh pesawat perang Rusia.
- Bulan April 2018, Rusia menengahi kesepakatan untuk mengevakuasi para pejuang oposisi dari Ghouta Timur di selatan ke Idlib di utara. Idlib menjadi salah satu dari beberapa benteng pertahanan yang dikendalikan oleh pejuang oposisi.
- Provinsi ini secara strategis penting bagi pemerintah Suriah dan Rusia karena kedekatannya dengan pangkalan udara Suriah, Khmeimim yang dioperasikan oleh Rusia.
- Homs: Bulan April 2018, sebuah pangkalan udara dan fasilitas pemerintah Suriah lainnya di Homs kembali menjadi target serangan udara yang dipimpin Israel dan AS, Dengan pasukan Inggris dan Prancis yang juga berpartisipasi.
- Tentara Suriah merebut kembali kota Homs pada tahun 2014, tetapi pertempuran berlanjut dengan pemberontak di pinggiran kota antara Homs dan Hama.
- Afrin: Turki dan Tentara Pembebasan Suriah (FSA) memulai sebuah operasi militer pada bulan Januari 2018 terhadap para pejuang yang didukung AS di Suriah barat laut, dan mengumumkan penyergapan atas pusat kota Afrin pada bulan Maret 2018.
- Pasukan AS ditempatkan di dekat Manbij, yang mendorong kekhawatiran atas konfrontasi AS-Turki.
Pengungsi Suriah
Seorang pria Suriah duduk di tengah reruntuhan bangunan yang hancur, setelah serangan udara oleh pasukan rezim di daerah yang dikepung oleh pemberontak Douma, di sebelah timur ibu kota Damaskus. Setengah dari populasi negara tersebut telah melarikan diri dari perang. (Foto: AFP/Abd Doumany)
Setelah berlangsung lebih lama dari Perang Dunia II, perang sipil Suriah menyebabkan efek mendalam di luar perbatasan negara, dengan banyak warga Suriah meninggalkan rumah mereka untuk mengungsi ke tempat lain di Suriah atau lebih jauh lagi keluar perbatasan negara.
- Terdaftar: Sejak bulan Februari 2018, badan pengungsi PBB (UNHCR) telah mendaftarkan lebih dari 5,5 juta pengungsi dari Suriah dan memperkirakan bahwa terdapat lebih dari 6,5 juta pengungsi internal (IDP/internally displaced persons) di dalam perbatasan Suriah.
- Lebanon, Turki, dan Yordania menjadi tujuan sebagian besar pengungsi Suriah, banyak di antaranya berusaha untuk melakukan perjalanan ke Eropa untuk mengupayakan kehidupan yang lebih baik.
- Konvensi Jenewa 1951 yang Berkaitan dengan Status Pengungsi menggambarkan pengungsi sebagai orang yang, “karena ketakutan berdasar atas penganiayaan karena alasan ras, agama, kebangsaan, keanggotaan kelompok sosial tertentu, atau pendapat politik, berada di luar negara kebangsaannya dan tidak dapat atau karena ketakutan tersebut tidak mau mencari perlindungan dari negaranya.”
- Kembali: Tahun 2017, sekitar 66 ribu pengungsi kembali ke Suriah, menurut berbagai laporan.
- Menurut seorang pejabat Turki, 140 ribu pengungsi Suriah di Turki kembali ke tanah airnya setelah operasi militer Turki pada tahun 2017. Lebih banyak pengungsi kemudian kembali ke Afrin.
Editor: Fadhila Eka Ratnasari
Keterangan foto utama: Asap membubung naik dari kota al-Harak, seperti yang terlihat dari pedesaan Deraa, Suriah 25 Juni 2018. (Foto: Reuters/Alaa al-Faqir)
