Wuhan
Asia

Kemenangan Wuhan atas Virus Corona Harus Dipertanyakan

Senyap dan lengang kondisi jalanan di kota Wuhan pasca-seminggu dikunci oleh pemerintah. (Foto: Reuters)
Berita Internasional > Kemenangan Wuhan atas Virus Corona Harus Dipertanyakan

Angka resmi China tentang jumlah orang yang terinfeksi COVID-19 tidak bisa dipercaya, dan berita tentang pencabutan langkah-langkah lockdown drastis Wuhan harus dilihat dengan skeptis, seorang pakar kebijakan luar negeri Australia memperingatkan.

Berbicara kepada Tim Lester dari 7NEWS pada Rabu (8/4), Michael Shoebridge, direktur pertahanan, strategi, dan keamanan nasional di Institut Kebijakan Strategis Australia Canberra, mengatakan angka-angka itu belum semuanya.

Menurut penghitungan resmi, jumlah orang yang terinfeksi virus corona di China adalah 83.080, sekitar sepertiga dari apa yang sekarang dilaporkan di AS, dan juga jauh di belakang Spanyol, Italia, Jerman, dan Prancis.

Korban tewas resmi di provinsi Hubei, China tengah (tempat virus itu diinkubasi di kota Wuhan) berjumlah 3.215.

Baca juga: Inggris: Corona Bersumber dari Kebocoran Laboratorium Wuhan

Itu berarti bahwa 99,94 persen populasi China belum terinfeksi, angka yang dikatakan Shoebridge “tidak kredibel”, mengingat status negara itu sebagai pusat COVID-19, 7News melaporkan.

Ini adalah proporsi yang lebih rendah dari populasi yang didiagnosis positif daripada di Australia, dia menunjukkan, mengatakan kepada Lester bahwa selalu menjadi kepentingan Partai Komunis China untuk melaporkan tingkat infeksi yang rendah.

“Presiden Xi Jinping mengatakan kepada para pejabat partainya bahwa ini adalah perang rakyat melawan COVID-19, dan mereka akan gagal jika kasus-kasus meningkat di daerah mereka,” ucap Shoebridge kepada 7News.

“Setelah dia memberi tahu mereka, angka yang dilaporkan turun.”

Xi Jinping

Xi Jinping pergi ke rumah sakit di Wuhan tetapi tidak mengunjungi bangsal. Sebagai gantinya, ia berbicara dengan dokter dan pasien melalui video. (Foto: Xinhua)

Shoebridge mengatakan, citra publik China atas kemenangan atas virus corona (dengan mengumumkan pencabutan undang-undang lockdown yang ekstrem di Wuhan pada Rabu (8/4)) dilakukan untuk menggembar-gemborkan keberhasilan partai komunis dalam mengelola pandemi.

“Partai Komunis harus menutupi kebenaran yang sangat buruk bahwa penindasan informasi dan kontrol terhadap dokter-lah yang sebenarnya membuat pandemi ini lepas kendali di China sendiri, dan sekarang di seluruh dunia,” imbuhnya.

“Ini adalah kisah yang dikumpulkan dari Partai Komunis China.”

Gambar-gambar perbatasan yang dibuka dan angkutan umum yang beroperasi di Wuhan selama 24 jam terakhir juga harus dilihat dengan skeptis, sambung Shoebridge.

“Jenis pembukaan yang terjadi di Wuhan sepertinya adalah semacam lockdown di negara-negara seperti Korea Selatan dan Australia, jadi ini adalah kemenangan yang lucu,” tambahnya, dikutip 7News.

Sebelas juta penduduk Wuhan masih diperiksa ketat oleh pejabat, dan orang-orang yang diizinkan meninggalkan rumah mereka hanya diizinkan keluar selama dua jam.

Baca juga: Corona di China: Klaim Kesuksesan Tangani Wabah yang Mengkhawatirkan

Beijing masih ditutup

Ibu kota China masih tampak terkunci rapat.

“Di Beijing, juru bicara pemerintah kota mengatakan bahwa kontrol yang berlaku akan menjadi ‘normal baru’ jangka panjang,” tutur Shoebridge.

“Beijing sangat takut akan wabah lebih lanjut.”

Shoebridge mengatakan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) harus berbagi beberapa tingkat tanggung jawab atas besarnya penipuan atas penanganan pandemi China.

“Mereka mengkritik negara-negara karena memberlakukan pembatasan perjalanan lebih awal dan membantah ada penularan dari manusia ke manusia, karena pejabat China mengatakan kepada mereka tidak ada, yang jelas-jelas salah.”

Shoebridge mengatakan, ada ironi dalam kenyataan bahwa sementara Xi bersusah payah untuk menunjukkan kepada orang-orang China bahwa pendekatan otoriternya untuk mengendalikan virus adalah praktik terbaik global (suatu pendekatan yang mencakup pengelasan pintu apartemen orang dan polisi yang memegang tongkat menyeret orang ke ambulans), musuh China di timur, Taiwan, telah menunjukkan kepada dunia bagaimana mereka berhasil menahan pandemi.

Pada Kamis (9/4), Taiwan, yang memiliki populasi serupa dengan Australia, mencatat 379 kasus COVID-19, dan hanya lima kematian.

“Taiwan adalah negara demokrasi dengan karakteristik China,” tandas Shoebridge kepada 7News.

“Kontrol (terhadap virus corona) dilakukan bukan melalui rasa takut, tetapi melalui kerja sama karena itulah yang dimaksud dengan demokrasi.”

 

Penerjemah dan editor: Aziza Fanny Larasati

Keterangan foto utama: Senyap dan lengang kondisi jalanan di kota Wuhan pasca-seminggu dikunci oleh pemerintah. (Foto: Reuters)

Kemenangan Wuhan atas Virus Corona Harus Dipertanyakan

BERLANGGANAN

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top