Pandemi COVID-19, kekeringan, dan kebakaran hutan telah bergabung untuk menghasilkan badai tantangan yang sempurna bagi pemerintah Thailand.
Momentum 2020 akan menjadi tahun paling sulit bagi Thailand. Terlebih, pemerintahan yang dipimpin Prayut Chan-o-cha itu tengah berjibaku mengelola tantangan politik dan ekonomi setelah pemilu kontroversial tahun lalu, yang menumbuhkan krisis kepercayaan publik.
The Diplomat melihat rentetan peristiwa di 2020 sebagai bencana Thailand. Kombinasi dari pandemi corona, kekeringan, dan kebakaran, membuat keadaan jadi makin sulit bagi pemerintah Thailand.
Pertama, COVID-19 telah memukul negara itu dengan keras. Meskipun tiba di awal Januari, dengan Thailand mencatat kasus pertama yang diketahui di luar China, pemerintah ragu mengambil langkah-langkah yang akan membatasi interaksi dengan China. Keraguan ini harus dibayar mahal karena Thailand menjadi negara di Asia Tenggara dengan kasus relatif tinggi.
Dampak ekonomi sudah jelas. Pariwisata, sektor utama yang menghasilkan pundi-pundi uang jadi terpukul keras. Sementara, pertanian ikut terpuruk dengan gangguan ekspor. Keruntuhan politik juga bisa menjadi besar, lantaran COVID-19 hanya memperburuk risiko ketidakpuasan domestik terhadap pemerintah Prayut.
Kedua, kekeringan yang menghancurkan di seluruh negeri telah menimbulkan kecemasan di seluruh perekonomian nasional. Kekeringan yang berkepanjangan itu telah mengancam ekonomi jauh sebelum munculnya virus. Perdana Menteri Prayut Chan-ocha dan pemerintahnya telah membunyikan alarm sepanjang tahun lalu, termasuk janji pembayaran kesejahteraan dan bentuk-bentuk bantuan lain bagi mereka yang bekerja di sektor pertanian.
Menurut data Komisi Sungai Mekong yang diterbitkan oleh Voice of America, musim hujan tahun lalu berakhir tiga minggu lebih awal dari biasanya setelah mulai memperburuk kondisi kering bagi petani dan menekankan kapasitas air untuk rumah tangga.
Namun, survei baru yang ditugaskan oleh Prakarsa Mekong Bawah dan Kemitraan Infrastruktur Berkelanjutan menunjukkan, kondisi kekeringan bisa menjadi jauh lebih buruk dalam beberapa bulan mendatang. Pasalnya, hulu Mekong semakin dibendung. Studi ini menemukan, sementara Thailand dan negara-negara tetangga seperti Kamboja tengah berjuang, Dataran Tinggi Hulu Tibet tetap subur sesuai kapasitasnya.
“Hanya ada volume besar air yang ditahan di China,” kata Alan Basist di The New York Times.
Ketiga, kebakaran di bagian utara telah menyebabkan jutaan orang menghadapi serangkaian masalah kesehatan dan hanya meningkatkan ketidakpercayaan antara warga setempat pada para pemimpin di Bangkok. Kondisi kering di Thailand Utara memicu kebakaran hutan yang merusak Pegunungan Doi Suthep di Chiang Mai. Pemerintah setempat awal bulan ini memerintahkan penutupan kawasan hutan untuk umum, setelah kematian tiga penduduk desa dalam tiga insiden terkonfirmasi. Kualitas udara di kota dan sekitarnya tak ayal jadi mengerikan selama berminggu-minggu.
Menteri Lingkungan Hidup Varawut Silpaarcha mengatakan kepada The Diplomat akhir bulan lalu, kebakaran telah sengaja dilakukan, demi menyebabkan “kekacauan”. Dia juga membalas kritik, pemerintah di Bangkok sebagian besar tidak hadir dalam krisis.
“Untuk beberapa orang, sepertinya kita tidak melakukan apa-apa. Namun, kami telah mengirim ribuan orang untuk membantu petugas pemadam kebakaran di utara. Hanya saja area di mana mereka beroperasi sangat besar,” katanya, seperti dilansir The Bangkok Post.
Penduduk desa setempat tidak setuju. Perwakilan dari masyarakat di pegunungan telah mengatakan kepada media ini, mereka telah ditugaskan untuk melindungi hutan selama bertahun-tahun, bahkan ketika pemerintah pusat “menunjuk” dan menyalahkan masyarakat yang sama. Laporan lain menunjukkan, jumlah korban jiwa dalam kebakaran baru-baru ini lebih tinggi daripada korban resmi, dengan mengandalkan teknik pembakaran kembali tradisional tetapi berbahaya.
Kekeringan, kebakaran, dan buruknya kualitas udara yang ditimbulkan, pun sekarang pandemi, merupakan badai tantangan yang sempurna bagi pemerintah Prayut. Mereka juga secara tidak proporsional memengaruhi segmen populasi tertentu secara regional dan ekonomi, sehingga meningkatkan risiko perpecahan di negara ini. Sementara pemerintah telah mengincar beberapa langkah termasuk memperluas kesejahteraan, tidak jelas apakah ini akan cukup untuk menghadapi tiga bencana pada 2020.
Penerjemah: Anastacia Patricia
Editor: Purnama Ayu Rizky
Keterangan foto utama: Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha bereaksi saat menerima pertanyaan dari wartawan setelah sesi foto kelompok dengan kabinet pemerintahan baru di Bangkok, Thailand, 16 Juli 2019. (Foto: Reuters/Soe Zeya Tun)