Perdana Menteri Inggris
Eropa

3 Perdana Menteri Inggris yang Jatuh Sakit Saat Menjabat

Berita Internasional > 3 Perdana Menteri Inggris yang Jatuh Sakit Saat Menjabat

Boris Johnson bukanlah pemimpin Inggris pertama yang jatuh sakit saat menjabat. Berikut merupakan tiga pendahulu Johnson yang sempat cuti sakit.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson tiga hari lalu masuk ICU karena COVID-19, menjadikannya pemimpin dunia pertama yang terpaksa mengambil cuti dari karena virus corona. Sejak ia absen, kabinetnya yang secara kolektif mengelola negara.

Baca juga: Kondisi Memburuk karena COVID-19, Boris Johnson Masuk ICU

Inggris tidak memiliki aturan konstitusional yang menetapkan wakil yang akan segera mengambil alih jabatan jika pemimpinnya sakit atau meninggal.

Momen ini jarang terjadi sebelumnya dalam sejarah Inggris. Di masa lalu, ketika Perdana Menteri lain sakit saat menjabat, ada berbagai solusi.

Winston Churchill

Winston Churchill, yang menjabat sebagai Perdana Menteri Inggris dari tahun 1941 hingga 1945 dan dari tahun 1951 hingga 1955, menderita stroke dalam masa jabatan keduanya, tepatnya pada Juni 1953, di usianya yang ke-79 tahun.

Dengan “kekuatan yang luar biasa,” kata Andrew Roberts, penulis Churchill: Walking with Destiny (2018), ia memimpin rapat kabinet selama dua jam. “Meskipun Menteri Kabinet berbicara lebih banyak dari biasanya dan (Churchill) berbicara lebih sedikit dari biasanya, tidak ada yang menyadari dia mengalami stroke,” tutur Roberts.

Pada saat itu, Anthony Eden (penerus Churchill) juga sedang tidak sehat setelah menjalani serangkaian operasi saluran empedu pada April.

“Dia belum bisa mengambil alih, dan itu menyebabkan krisis mini-konstitusi,” kata Kevin Ruane, Profesor Sejarah Modern di Canterbury Christchurch University, Inggris, kepada TIME.

Akibatnya, kabinet dipimpin oleh Menteri Keuangan Richard Austen Butler.

Sementara itu, Roberts mengatakan, Churchill lebih sering bekerja dari tempat tidurnya. Selama masa kepemimpinannya di Perang Dunia Kedua, Churchill bekerja di tempat tidur sampai waktu makan siang.

Di balik layar, pekerjaan sehari-hari pemerintahan sebagian besar dilakukan oleh tiga pejabat pembantu Churchill. “Seringkali, mereka mengirim memo atas nama perdana menteri, bahkan ketika Churchill belum mengecek memo itu. Mereka tahu cara berpikirnya dengan baik,” ujar Kevin Theakston, Profesor Pemerintah Inggris di Leeds University, Inggris, dilansir dari TIME.

Perbedaan besar antara dulu dan sekarang adalah “semua ini dirahasiakan,” ucap Theakston. Hampir tidak ada yang tahu Churchill menderita stroke, selain dari Ratu Elizabeth dan beberapa Menteri Kabinet.

Itu adalah “terakhir kali” kerahasiaan seperti itu dimungkinkan, kata Roberts. “Churchill adalah teman dekat pers.”

Pada Oktober 1953, Churchill kembali bekerja sepenuhnya. Namun Perdana Menteri, yang saat itu berusia hampir 80 tahun, menjadi tuli dan membutuhkan “alat bantu dengar”, kata Roberts. Setelah masa jabatan Churchill berakhir pada April 1955, ia mulai memiliki serangkaian komplikasi kesehatan yang akhirnya menyebabkan kematiannya pada Januari 1965.

Anthony Eden

Pengganti Churchill, Anthony Eden, memiliki masalah kesehatan jangka panjang, termasuk depresi, penyakit kuning, dan batu empedu. Ia mengundurkan diri dua tahun setelah menjabat sebagai perdana menteri, setelah dokternya memperingatkan kesehatannya akan bertambah parah jika ia melanjutkan jabatannya.

Dia mengundurkan diri di puncak krisis Suez. Khawatir akan persekutuan Arab, Eden memutus pasokan minyak ke Eropa dan berkonspirasi dengan Prancis dan Israel untuk merebut kembali kanal. Tindakan itu menuai kecaman internasional, dan Eden terpaksa mundur.

“Krisis Suez menempatkan tekanan besar pada Eden, yang diperparah dengan kambuhnya penyakitnya,” tutur Theakston.

Margaret Thatcher

Margaret Thatcher, yang terkenal selalu tidur empat jam sehari, hampir selalu sehat selama menjabat sebagai Perdana Menteri dari Mei 1979 hingga November 1990. Namun, pada Agustus 1983, Thatcher, yang saat itu berusia 57 tahun, menderita pelepasan retina di mata kanannya, mengharuskannya menjalani operasi mata dan menghabiskan tiga malam di rumah sakit.

William Whitelaw, yang saat itu menjabat sebagai wakil ketua Partai Konservatif, bersiap-siap jika dia perlu mengambil alih pekerjaan sehari-hari Thatcher. Namun, juru bicara perdana menteri pada saat itu menekankan Thatcher akan tetap bekerja meski melalui telepon.

Baca juga: Positif Corona, PM Inggris Boris Johnson Isolasi Diri

Pada 1986, Thatcher kembali ke rumah sakit selama dua hari untuk operasi di tangannya setelah menderita Dupuytren Contracture, kondisi yang menyebabkan satu atau lebih jari membungkuk secara permanen ke arah telapak tangan. “Dia tidak bisa menggunakan tangan kanannya untuk sementara waktu setelah keluar dari rumah sakit,” kata Theakston.

Selama tangan kanannya dibalut setelah operasi, penasihat Thatcher menggambar kotak di sebelah opsi pada memo-memonya, dan dia menggunakan tangan kirinya untuk mencentang kotak di sebelah keputusan yang dia setujui.

 

Penerjemah: Nur Hidayati

Editor: Purnama Ayu Rizky

Keterangan foto utama: Perdana Menteri Inggris Boris Johnson harus beristirahat sejenak karena penyakit COVID-19 yang dideritanya. (Foto: Reuters/Pool/Daniel Leal-Olivas)

3 Perdana Menteri Inggris yang Jatuh Sakit Saat Menjabat

BERLANGGANAN

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top