Ada Anarko Setelah Hantu PKI, Strategi Rezim Buat Musuh Bersama?
Berita Politik Indonesia Hari Ini

Ada Anarko Setelah Hantu PKI, Strategi Rezim Buat Musuh Bersama?

Berita Internasional > Ada Anarko Setelah Hantu PKI, Strategi Rezim Buat Musuh Bersama?

Polisi Indonesia telah menangkap lima orang yang diduga menghasut orang lain untuk melakukan pembakaran gedung dan penjarahan di tengah pandemi virus corona. Namun, sejumlah kritikus skeptis dan menuding penangkapan itu hanya strategi pemerintah untuk memecah perhatian publik-cara lawas yang biasa dilakukan sejak rezim Soekarno dulu.

Polisi mengatakan pada akhir pekan, lima orang yang ditangkap pada Jumat lalu adalah bagian dari kelompok yang merencanakan kekacauan pada Sabtu ini di beberapa kota di Jawa, tulis Straits Times. Setidaknya, pernyataan itu terus direplikasi oleh media-media kaliber nasional, termasuk Kompas, CNN, JPNN, dan lainnya.

Kelompok itu menyebut dirinya Anarko Sindikalis, atau serikat buruh anarkis. Mereka diketahui menuliskan pesan di tiang listrik dan dinding dengan cat yang mengatakan: “Kita sedang dalam krisis. Ayo Bakar; Bunuh Orang Kaya; dan Berjuang atau Mati Sia-sia.”

“Mereka tidak senang dengan kebijakan yang diambil oleh pemerintah dan mencoba mengambil keuntungan dari situasi saat ini di mana banyak orang merasa cemas,” kata kepala kepolisian Jakarta Nana Sudjana dalam siaran langsung di akun resmi Instagram kepolisian akhir pekan lalu.

Baca Juga: Kerusuhan Manado Soroti Risiko COVID-19 di Penjara Indonesia

Empat orang yang ditangkap berusia 18 hingga 21 tahun, sementara polisi belum memberikan perincian pada orang kelima. Di bawah hukum pidana Indonesia, mereka menghadapi hukuman penjara maksimum 10 tahun jika terbukti bersalah, tulis Straits Times.

Empat dari mereka ditangkap di Tangerang, kota satelit di luar Jakarta, dan yang kelima di kota satelit lain, Bekasi, Jumat lalu oleh operasi gabungan antara polisi Jakarta dan polisi Tangerang.

Tiga dari empat yang ditangkap di Tangerang diketahui tengah bersantai di Cafe Egalitarian, yang diyakini oleh polisi sebagai tempat mereka membuat rencana tindakan vandalisme.

Mereka telah merusak setidaknya empat lokasi di Tangerang, dengan mengecat tembok dan trotoar publik dengan pesan-pesan provokatif, kata polisi.

Di antara barang bukti yang disita adalah buku-buku tentang anarkisme dan perserikatan. Penyelidikan lebih lanjut tentang siapa lagi yang terlibat dalam gerakan ini sedang berlangsung.

Strategi pemerintah ciptakan musuh bersama?

Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane kepada JPNN menerangkan, kemunculan Anarko yang terkesan tiba-tiba terasa aneh baginya.

“Ini kan aneh, mereka muncul dan menyebar vandalisme di mana mana. Seolah memberitahukan bakal ada penjarahan besar-besaran pada 18 April nanti,” ujar Neta dalam pesan tertulis yang diterima, Minggu (12/4).

Neta berpendapat, kelompok ini terstruktur, sistematis, dan masif. Demikian juga dengan pola gerakannya,

IPW menilai kelompok ini seperti sedang bekerja menyikapi isu-isu yang berkembang di masyarakat, setelah pemerintah mengeluarkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk menekan penyebaran virus corona.

“Artinya, kelompok Anarko ini sepertinya sedang mengukur kegelisahan publik dan sekaligus hendak mengukur kadar anarkisme di masyarakat pasca-PSBB. Sehingga, bisa disimpulkan kerusuhan dan penjarahan yang mereka sebut dalam pamfletnya, sebenarnya tidak ada dan tidak akan terjadi,” katanya lagi kepada media serupa.

Baca Juga: Agar Kerusuhan Akibat COVID-19 Tak Terjadi di Indonesia

Masalahnya, kemunculan Anarko dan terus disebut-sebut sebagai sebuah ancaman nyata, mengingatkan kita pada tindakan serupa yang dilakukan pemerintah di era silam. Dulu, demi menyatukan rakyat Indonesia, di era revolusi, Soekarno menjadikan Belanda sebagai musuh bersama. Usai belanda sukses diusir dari Tanah Air, Soekarno lagi-lagi mencari objek yang bisa dijadikan musuh bersama, yakni Malaysia, musik ngak ngik ngok, dan imperialisme gaya baru dari Amerika.

Saat Soeharto naik tahta, Partai Komunis Indonesia dan paham komunisme resmi dijadikan alat untuk membantai ratusan ribu nyawa, dan membabat lawan politiknya. Di era Soeharto pula, etnis China dimarjinalisasi dan dianggap musuh karena telah andil dalam menciptakan jurang ketimpangan antara si kaya dan miskin.

Saat rezim Orde Baru, Soeharto juga sengaja menciptakan banyak musuh bersama lainnya, mulai dari preman dan semua yang dianggap preman karena memiliki tato tubuh. Lalu, pada awal 1970-an, mereka yang berambut gondrong juga sengaja dicap sebagai monster yang berbahaya dan rentan melakukan tindakan kriminal.

Jadi, apakah menurutmu, upaya polisi melabeli Anarko-Sindikalis sebagai musuh bersama adalah ikhtiar untuk menciptakan musuh bersama, demi menyatukan warga?

 

Penulis: Desi Widiastuti

Editor: Purnama Ayu Rizky

Keterangan foto utama: Ratusan massa kelompok anarko melakukan aksi long march menuju Gedung Sate Bandung. (Foto: Geotimes)

Ada Anarko Setelah Hantu PKI, Strategi Rezim Buat Musuh Bersama?

BERLANGGANAN

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top