Ada Drone Buatan Turki dan Israel di Balik Kemenangan Azerbaijan
Tangkapan layar video yang dirilis pada 27 September 2020 oleh Kementerian Pertahanan Armenia menunjukkan sejumlah kendaraan lapis baja Azerbaijan, salah satunya dihancurkan oleh angkatan bersenjata Armenia di wilayah Nagorno-Karabakh. (Foto: Kementerian Pertahanan Armenia/Handout/Reuters)
Berita Internasional > Ada Drone Buatan Turki dan Israel di Balik Kemenangan Azerbaijan
Azerbaijan harus berterima kasih pada drone buatan Turki dan Israel. Karena drone-drone tempur tersebut, Azerbaijan bisa mengalahkan peralatan kuno Armenia.
Analis telah menarik perhatian pada keefektifan kendaraan udara tak berawak (UAV) di lapangan, terutama kawanan drone yang digunakan melawan sistem pertahanan udara dan tank tempur seperti yang terlihat di Suriah, Libia, dan Azerbaijan baru-baru ini, dalam laporan media Jerman yang diterbitkan pada Jumat (20/11).
Laporan itu (yang memasukkan Turki di antara negara-negara lain seperti Israel yang mempelopori pembuatan dan ekspor teknologi pesawat tak berawak tempur canggih) mengatakan, Azerbaijan sangat diuntungkan dari kemitraan militer strategis dengan Turki dalam kemenangannya atas tanah yang diduduki Armenia, tulis Daily Sabah.
Laporan yang diterbitkan di situs Jerman Tagesschau berjudul “Drone in action: Seven seconds to run away” itu menegaskan kembali bahwa penggunaan drone tempur mengubah peperangan militer modern.
Laporan tersebut menyoroti fakta bahwa pasukan Armenia di wilayah Nagorno-Karabakh yang diduduki yang mengandalkan tank, artileri, dan rudal adalah “sasaran empuk”, di mana rekaman yang dirilis oleh Kementerian Pertahanan Azerbaijan mendukung klaim tersebut. Beberapa analis menggunakan rekaman drone untuk mendokumentasikan kekalahan Armenia, dengan jumlah setidaknya 185 tank tempur.
Penggunaan drone yang terkoordinasi terhadap tank dan sistem pertahanan udara melalui jaringan elektronik, efektif karena UAV dapat dilengkapi dengan amunisi pintar dan peralatan militer lainnya. Ini adalah kasus di Suriah ketika Turki membalas serangan rezim terhadap posisi tentaranya, catat Daily Sabah.
Laporan media Jerman juga menyoroti drone Turki dan Israel, yaitu “Bayraktar TB-2” Turki dan “Hermes 900” Israel yang keduanya dimiliki oleh Azerbaijan.
Laporan tersebut mengatakan, drone “mencari posisi musuh, yang kemudian diserang dengan roket dan peluru artileri.”
Ia juga menunjukkan bahwa Azerbaijan mengubah pesawat multiguna Antonov AN-2 produksi Soviet, untuk terbang dari jarak jauh di atas posisi Armenia di ketinggian rendah dan mengumpulkan informasi posisi, mengutip Fuad Shabasov, seorang ahli militer dari Baku.
“Data posisi didaftarkan oleh drone lain di ketinggian yang lebih tinggi, dan digunakan untuk mematikan pertahanan udara Armenia,” terangnya seperti dikutip oleh laporan itu.
Seorang karyawan berdiri di samping Elbit Systems Hermes 900 UAV di pabrik drone perusahaan tersebut di Rehovot, Israel, pada 28 Juni 2018. (Foto: Reuters/Orel Cohen)
Selain efek merusak dari serangan drone jika digunakan dengan amunisi pintar (yang mampu menghabisi tank seberat 50 ton di darat tanpa ada tempat untuk melarikan diri), efek psikologis dari serangan drone juga dapat digunakan sebagai pengaruh.
“Angkatan bersenjata Armenia dengan sistem antipesawat kuno mereka tidak dapat mengenali dan menembak jatuh Bayraktar TB-2 dan drone kamikaze,” tutur Markus Reisner, kepala departemen pengembangan di Akademi Militer Theresian dari Angkatan Bersenjata Austria kepada Tagesschau. Tentara Azerbaijan memiliki drone kamikaze buatan Israel.
Pakar militer lainnya, Gustaf Gressel dari Dewan Eropa untuk Hubungan Luar Negeri mengatakan dalam sebuah wawancara dengan situs Jerman tersebut bahwa “angkatan bersenjata Azerbaijan telah memangkas cadangan pasukan Armenia dari medan perang, sementara mereka mampu menjaga kerugian mereka tetap rendah bahkan tanpa kontak langsung dengan musuh,” memberikan kekalahan psikologis ke pihak Armenia.
Kelelahan dan drone kamikaze, khususnya, memiliki efek demoralisasi pada pasukan Armenia, kata jurnalis Armenia Tatul Hakobjan yang dikutip oleh Tagesschau, menambahkan bahwa “sesaat setelah drone terdengar, mereka memiliki tujuh detik untuk melarikan diri.”
Gencatan senjata yang ditengahi Moskow tercapai antara Armenia dan Azerbaijan, setelah lebih dari enam minggu bentrokan mematikan di Nagorno-Karabakh, wilayah yang terletak di Azerbaijan tetapi telah diduduki secara ilegal oleh pasukan etnis Armenia sejak perang separatis di sana berakhir pada 1994.
Setelah gencatan senjata, pemimpin separatis Nagorno-Karabakh, Arayik Harutyunyan, mengakui bahwa “jika permusuhan berlanjut pada kecepatan yang sama, kami akan kehilangan semua Artsakh (nama Armenia untuk Nagorno-Karabakh) dalam beberapa hari,” dikutip Daily Sabah.
Gencatan senjata terjadi beberapa hari setelah Azerbaijan menekan serangannya lebih dalam ke Nagorno-Karabakh dan menguasai kota Shusha, yang secara strategis ditempatkan di ketinggian yang menghadap ke ibu kota regional Khankendi (Stepanakert).
Perang elektronik
Electronic warfare (EW) atau perang elektronik juga menjadi topik yang banyak dibahas, seiring semakin banyak rekaman yang muncul menunjukkan sistem pertahanan udara yang dihancurkan oleh amunisi yang dikirimkan oleh drone tempur atau jet tempur yang disertai oleh drone.
Gressel mengatakan dalam laporan media Jerman bahwa Rusia kemungkinan lebih unggul daripada Turki dalam hal peperangan elektronik, “tetapi di Armenia dan Suriah, Rusia hanya melindungi pasukan dan pangkalannya sendiri dengan sistem pertahanan udara dan pengacaunya sendiri. ‘Sekutu’ harus puas dengan versi ekspor.”
“Itu biasanya bekerja kurang baik,” tandasnya, yang terbukti dari rekaman video yang menunjukkan sistem pertahanan udara buatan Rusia yang hancur di wilayah pendudukan Armenia atau Suriah, dinukil dari Daily Sabah.
Penerjemah dan editor: Aziza Larasati
Keterangan foto utama: Tangkapan layar video yang dirilis pada 27 September 2020 oleh Kementerian Pertahanan Armenia menunjukkan sejumlah kendaraan lapis baja Azerbaijan, salah satunya dihancurkan oleh angkatan bersenjata Armenia di wilayah Nagorno-Karabakh. (Foto: Kementerian Pertahanan Armenia/Handout/Reuters)
Ada Drone Buatan Turki dan Israel di Balik Kemenangan Azerbaijan