Virus Corona
Eropa

Virus Corona Ancam Demokrasi di Seluruh Dunia

Potret bilik suara selama pelaksanaan Pemilu Inggris di sebuah tempat pemungutan suara di London, Inggris, Kamis, 12 Desember 2019. (Foto: Reuters/Lisi Niesner)
Berita Internasional > Virus Corona Ancam Demokrasi di Seluruh Dunia

Virus corona menimbulkan ancaman bagi demokrasi di seluruh dunia. Pemilu terancam ditunda selama pandemi ini.

Inggris sejauh ini menghindari penerapan langkah-langkah paling ekstrem untuk mengekang penyebaran virus corona baru dan penyakit yang ditimbulkannya, COVID-19. Tidak seperti Italia, misalnya, Inggris tidak memberlakukan lockdown. Sekolah dan universitas tetap buka. Transportasi publik masih beroperasi.

Untuk saat ini, pemilu daerah yang akan datang (termasuk pemilu Wali Kota London), masih dijadwalkan untuk tetap dilaksanakan pada 7 Mei, meskipun Komisi Pemilu Inggris telah merekomendasikan agar pemilu ditunda, mengutip kekhawatiran COVID-19.

Walaupun pemungutan suara melalui pos dapat dilakukan di Inggris, Komisi memperingatkan peningkatan ketergantungan pada pemungutan suara seperti itu “akan menciptakan tekanan lebih lanjut dan tambahan risiko di bagian lain dari sistem.”

Baca juga: Perang Dagang dan Virus Corona Ungkap Ketergantungan AS pada China

Selain itu, ada juga risiko pemilih mungkin tidak dapat sepenuhnya mempertimbangkan semua kandidat dan partai karena mereka dikarantina atau harus mengisolasi diri.

Demokrasi tidak diragukan lagi akan diuji oleh penyebaran virus ini, menurut Yasmeen Serhan dalam tulisannya di The Atlantic. Di beberapa tempat, aktivitas sehari-hari sudah hampir terhenti. Namun, mungkin ujian yang paling terlihat adalah penundaan jadwal pemilu.

Terakhir kali pemilu ditunda di Inggris terjadi pada 2001. Epidemi virus menyebar di seluruh negeri dan perdana menteri pada saat itu, Tony Blair, menetapkan penundaan pemilu perlu dilakukan untuk memberi pemerintah lebih banyak waktu dalam mengatasi krisis.

Saat itu, Tony Blair menegaskan penundaan selama satu bulan akan terbatas karena negara “tidak bisa, tidak boleh, dan tidak akan menangguhkan proses demokrasi tanpa batas waktu.”

Petugas pemilu membuka kotak suara di tempat pemungutan suara di Distrik South Horizons West ketika pemilu resmi ditutup di Hong Kong, China, Minggu, 24 November 2019. (Foto: Reuters/Thomas Peter)

Situasi yang dihadapi Inggris pada saat itu jauh berbeda dari yang dihadapinya sekarang. Walau wabah penyakit tangan, kaki, dan mulut, atau yang dikenal sebagai flu Singapura, pada 2001 mengakibatkan malapetaka pada industri pertanian dan pariwisata negara itu, manusia tidak terkena dampak langsung.

Virus corona, sebagai perbandingan, telah menginfeksi ratusan orang di Inggris, dan lebih dari setengah lusin orang telah meninggal. Dilaporkan, dalam skenario terburuk, hingga 80 persen populasi Inggris dapat tertular penyakit ini.

Dalam pidatonya Kamis (12/3), Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyatakan virus corona menyebabkan “krisis kesehatan publik terburuk dalam satu generasi,” di mana “lebih banyak keluarga akan kehilangan orang yang dicintai sebelum waktunya.”

Meski begitu, warga Inggris masih menjalani aktivitas seperti biasa. Jika pemerintah menindaklanjuti rekomendasi Komisi Pemilu, itu akan menjadi pengumuman acara nasional besar pertama yang ditunda karena virus corona.

Pemilu itu (yang menjangkau 118 dewan lokal dan delapan kota besar, termasuk London, Manchester, dan Liverpool), akan menarik ratusan ribu orang ke tempat pemungutan suara pada Mei. Padahal, pencegahan paling ampuh dari virus corona adalah menjauh dari tempat-tempat ramai.

Juru bicara Wali Kota London Sadiq Khan (yang maju lagi untuk pemilihan ulang) mengatakan, “tidak ada alasan logis” untuk menunda pemungutan suara. Ia menambahkan, “sangat penting untuk membuat pemungutan suara lewat pos semudah mungkin” untuk pemilih.

Sedangkan juru bicara untuk kandidat dari Partai Konservatif, Shaun Bailey, menyerukan agar semua pihak mengikuti panduan pemerintah. Timnya masih melanjutkan kampanye “sampai para ahli menyarankan untuk mengubah taktik,” ucapnya, dikutip dari The Atlantic.

Baca juga: Ekonomi Global Hadapi Penurunan Rp29 Kuadriliun

Senada, juru bicara kandidat Demokrat Liberal, Siobhan Benita, mengatakan kampanyenya juga akan menunggu arahan dari pemerintah.

Namun, yang lain menyerukan tindakan yang lebih tegas. Kandidat independen, Rory Stewart, dan kandidat Partai Hijau, Siân Berry, mengumumkan penangguhan sementara kampanye mereka hari ini, termasuk pertemuan besar dan kampanye dari pintu ke pintu.

Stewart (yang telah vokal mengkritik respons pemerintah terhadap wabah itu) menyambut seruan penundaan sebagai “rekomendasi yang masuk akal”.

Inggris bukan satu-satunya negara yang terancam harus menunda pemilunya di tengah pandemi. Dalam upaya untuk mengakomodasi ribuan pemilih yang dikarantina dalam pemilunya bulan ini, Israel membuat tempat pemungutan suara khusus di mana para petugas pemilu mengenakan pelindung lengkap.

Di Korea Selatan (salah satu negara dengan kasus virus corona terbanyak), pemilu parlemen dijadwalkan berjalan sesuai jadwal bulan depan, meskipun ada permintaan dari anggota parlemen agar pemilu ditunda.

Namun, dalam upaya untuk mempermudah proses pemungutan suara, pemerintah Korea Selatan mengumumkan orang-orang yang dikarantina atau yang dirawat di rumah sakit akan diizinkan untuk tidak memberikan suara langsung di tempat pemungutan suara.

Di Polandia, di mana hanya ada 49 kasus infeksi, pemerintah telah menyatakannya terlalu dini untuk memutuskan penundaan pemilu presiden, yang dijadwalkan pada awal Mei.

Dapat dimengerti mengapa pemerintah enggan menunda pemilu. Seperti yang telah ditekankan Serhan dalam tulisannya, menunda pemilu dapat dengan mudah dilihat oleh para kritikus sebagai kegagalan untuk mempertahankan stabilitas selama masa krisis, atau, lebih buruk lagi, pelanggaran dasar terhadap norma-norma demokrasi.

Namun, dengan adanya pandemi, ini adalah masa yang tidak normal, dan pemilu yang dilakukan di masa ini tidak akan menghasilkan pemilu yang normal.

 

Penerjemah: Nur Hidayati

Editor: Aziza Fanny Larasati

Keterangan foto utama: Potret bilik suara selama pelaksanaan Pemilu Inggris di sebuah tempat pemungutan suara di London, Inggris, Kamis, 12 Desember 2019. (Foto: Reuters/Lisi Niesner)

Virus Corona Ancam Demokrasi di Seluruh Dunia

BERLANGGANAN

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top