Masalah kejahatan tengah berkembang di Jerman, dan kekerasan mungkin akan segera meningkat. Penembakan massal Jerman baru-baru ini menunjukkan dengan jelas soal ekstremis sayap kanan yang kian berkembang di negara itu.
Jerman baru saja menyaksikan salah satu penembakan massal yang paling dahsyat dalam bertahun-tahun, dan pelakunya diduga ekstremis berhaluan kanan, yang berpandangan anti-imigran. Ini menggarisbawahi meningkatnya ancaman gerakan ekstremis sayap kanan di dalam dan luar negara ini.
Pada Rabu (19/2), sekitar pukul 10 malam waktu setempat, di Hanau, kota berjarak sekitar 16 mil sebelah timur Frankfurt, seorang pria bersenjata menewaskan sembilan orang di dua bar shisha. Tersangka, yang berusia 43 tahun, kemudian pulang setelah penyerangan itu dan membunuh ibu dan dirinya sendiri, menurut laporan Vox.
Pilihan target, yakni Midnight shisha bar dan Arena Bar and Café, menguatkan teori motivasi sayap kanan peristiwa ini. Dua bar itu terletak di daerah kota yang sebagian besar dihuni oleh para imigran, dan bar shisha pertama kali dipopulerkan oleh komunitas Turki Hanau.
Dilaporkan, korban pertama dalam serangan itu adalah orang Kurdi. Peter Beuth, menteri dalam negeri untuk negara bagian Hesse, di mana Hanau berada, mengatakan, “Apa yang telah kami ketahui sekarang memberikan dasar yang cukup untuk menduga adanya motif xenofobia.”
Dugaan motif tersebut juga didasarkan pada manifesto 24 halaman penembak, di mana ia mendukung sentimen sayap kanan dan anti-imigran.
Peter Neumann, pakar terorisme di King’s College di London, telah membaca dokumen itu dan menulis analisisnya di Twitter.
“Dia membenci orang asing dan non-kulit putih,” cuit Neumann di utas Twitter Kamis (20/2) pagi. “Meskipun dia tidak menekankan Islam, dia menyerukan pemusnahan berbagai negara di Afrika Utara, Timur Tengah, dan Asia Tengah (yang semuanya mayoritas Muslim).”
“Dia membenarkan seruannya untuk membunuh populasi mereka di seluruh negeri,” tambah Neumann.
Itu sesuai dengan apa yang Amadeu Antonio Stiftung, yayasan Jerman yang memerangi ekstremisme sayap kanan, temukan dalam manifesto penembak. “Dia merasakan adanya ancaman besar terhadap dirinya dan rakyatnya, dan yakin dialah orang yang terpilih untuk membela mereka dan melawan ‘musuh asing’,” kata Robert Lüdecke, kepala hubungan masyarakat untuk organisasi itu, kepada Vox. “Karena dia yakin dia terpilih, dia merasa sah untuk melakukan tindakan kekerasannya.”
Penting untuk dicatat, telah ada peningkatan kekerasan dan kejahatan sayap kanan di Jerman, partai sayap kanan juga sedang naik daun dalam politik negara itu.
Ini adalah masalah yang berkembang yang menimbulkan banyak kekhawatiran, pada Kamis (20/2), Kanselir Jerman Angela Merkel menyuarakan kekhawatirannya, “Rasisme adalah racun; kebencian adalah racun,” ucapnya dalam pidato yang disiarkan televisi, menanggapi penembakan itu.
“Racun ini ada di masyarakat kita, racun itu bertanggung jawab atas banyak peristiwa tragis.”
Para petugas kepolisian di sebuah aksi protes sayap kanan di Chemnitz. (Foto: Picture-Alliance/Barcroft Images)
Peningkatan kejahatan sayap kanan di Jerman
Tidak diragukan lagi, ekstremis sayap kanan telah menjadi masalah yang semakin sering terjadi di Jerman, menurut Alex Ward dalam tulisannya di Vox.
Neo-Nazi dan kelompok-kelompok lain melakukan 8.605 kejahatan di seluruh negeri pada paruh pertama tahun 2019, menurut Kementerian Dalam Negeri Jerman. Jumlah itu bertambah 900 dibandingkan periode yang sama pada 2018.
Sekitar 180 orang telah terluka dalam kejahatan-kejahatan ini, dan banyak pelaku masih bebas: Hanya 23 orang dari 2.625 tersangka telah ditangkap.
Yang penting, hanya sejumlah kecil dari pelanggaran ini yang kejam. Namun, masalahnya, sepertinya angka-angka itu akan segera melonjak.
“Secara keseluruhan tingkat keparahannya juga akan meningkat,” ujar Neumann saat diwawancarai Vox.
Menurut laporan dari otoritas Jerman tahun lalu, polisi setempat menyita 1.091 senjata dari ekstremis sayap kanan pada 2018. Pada 2017, polisi hanya mengambil 676, yang berarti ada peningkatan 61 persen dalam penyitaan senjata dari kelompok sayap kanan.
Tampaknya beberapa organisasi itu ingin melakukan tindakan kekerasan besar. Awal bulan ini, 12 orang ditahan karena merencanakan serangan yang mirip dengan yang terjadi di Christchurch, Selandia Baru. Pihak berwenang yakin 12 pria itu berencana melakukan serangan simultan terhadap Muslim selama waktu salat di seluruh negeri.
Menurut laporan Vox, pemerintah Jerman telah mulai menindak keras para ekstremis ini. Pada Desember, Menteri Dalam Negeri Jerman Horst Seehofer mengumumkan pemerintah akan merekrut 600 petugas intelijen baru untuk mengidentifikasi, melacak, dan membasmi jaringan sayap kanan.
Banyak yang melihat pengumuman itu sebagai tanggapan terhadap dua serangan besar di Jerman tahun lalu: pembunuhan politisi Walter Lübcke oleh seorang ekstremis sayap kanan pada Juni, dan penembakan di sinagoga di Yom Kippur yang menewaskan dua orang.
Meski demikian, popularitas partai politik sayap kanan Alternatif untuk Deutschland (AfD) masih terus memuncak. Partai itu memperoleh banyak dukungan pada pemilu daerah maupun federal. Mereka telah menunggangi gelombang sentimen anti-imigran sejak Jerman membiarkan lebih dari 1 juta orang pengungsi perang Suriah masuk pada 2015.
Kekuatan partai itu adalah salah satu alasan Merkel memilih untuk tidak lagi memimpin partai sayap kanan-tengahnya, karena dia tidak dapat menemukan cara untuk mengekang popularitas AfD.
Mengingat hal tersebut, sayap kanan di Jerman bukan hanya ancaman terhadap keselamatan fisik kelompok-kelompok minoritas di negara itu, tetapi juga seluruh sistem politik negara.
Penerjemah: Nur Hidayati
Editor: Aziza Fanny Larasati
Keterangan foto utama: Demonstran sayap kanan berkumpul di depan Monumen Karl Marx di kota Chemnitz, Jerman, Sabtu 1 September 2018. (Foto: NPR/Soraya Sarhaddi Nelson)
Apa Arti Penembakan Massal Jerman Soal Ekstremis Sayap Kanannya