Ladang Minyak Saudi
Timur Tengah

Arab Saudi Umumkan Gencatan Senjata di Yaman Selama Pandemi COVID-19

Berita Internasional > Arab Saudi Umumkan Gencatan Senjata di Yaman Selama Pandemi COVID-19

Pandemi COVID-19 telah mendorong kemungkinan gencatan senjata antara koalisi pimpinan Arab Saudi dan pemberontak Houthi yang saling dalam Perang Yaman atau dengan kata lain gencatan senjata di Yaman. Jika rencananya terwujud, perang yang telah berlangsung selama lebih dari lima tahun itu akan mengawali dialog damai langsung untuk pertama kalinya.

Koalisi pimpinan Arab Saudi yang memerangi pemberontak Houthi yang didukung Iran di Yaman mengumumkan pada Rabu (8/4), pasukannya akan memulai gencatan senjata (gencatan senjata di Yaman) mulai Kamis (9/4). Langkah itu dapat membuka jalan bagi pembicaraan damai langsung pertama antara kedua pihak yang telah berperang selama lebih dari lima tahun.

Dalam sebuah pernyataan yang disampaikan oleh kantor berita resmi negara Arab Saudi, juru bicara militer Saudi Kolonel Turki al-Malki mengatakan gencatan senjata akan berlangsung selama dua minggu. Menurutnya, gencatan senjata (gencatan senjata di Yaman) itu terjadi sebagai tanggapan atas seruan PBB untuk menghentikan permusuhan di tengah pandemi COVID-19. Dia mengatakan gencatan senjata dapat diperluas untuk membuka jalan bagi para pihak “untuk membahas proposal, langkah, dan mekanisme untuk gencatan senjata yang berkelanjutan di Yaman demi solusi politik komprehensif di Yaman.”

Baca Juga: Beriklim Tropis, Apakah Asia Relatif Kebal dari COVID-19?

Tidak ada reaksi langsung dari para pemimpin Houthi atau pemerintah Yaman yang diakui secara internasional terhadap pernyataan gencatan senjata di Yaman dari koalisi tersebut.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres telah menyerukan gencatan senjata (gencatan senjata di Yaman) dalam semua konflik global sejak 23 Maret 2020 untuk mengatasi infeksi virus corona baru. Guterres menyambut baik pengumuman itu, dengan mengatakan: “Ini dapat membantu untuk memajukan upaya-upaya menuju perdamaian sekaligus respons negara terhadap pandemi COVID -19.”

Dia menyerukan pemerintah Yaman, yang didukung oleh koalisi yang dipimpin Arab Saudi, dan Houthi agar saling “menindaklanjuti komitmen mereka untuk segera menghentikan permusuhan” (gencatan senjata di Yaman) dan untuk saling terlibat tanpa prasyarat dalam negosiasi yang difasilitasi oleh utusan PBB Martin Griffiths.

“Hanya melalui dialog, para pihak akan dapat menyepakati mekanisme untuk mempertahankan gencatan senjata nasional (gencatan senjata di Yaman), serta langkah-langkah kemanusiaan dan ekonomi dalam membangun kepercayaan untuk meringankan penderitaan rakyat Yaman, dan dimulainya kembali proses politik untuk mencapai penyelesaian yang komprehensif untuk mengakhiri konflik,” tutur Guterres dalam sebuah pernyataan.

Dilansir dari TIME, Guterres mengatakan pada awal April 2020, pihak-pihak yang bertikai di 11 negara telah merespons positif permintaannya untuk gencatan senjata global demi mengatasi wabah virus corona baru. Guterres menegaskan, dunia kini menghadapi “musuh bersama, COVID-19” yang tidak membeda-bedakan kebangsaan, etnis, faksi, atau agama.

Pertempuran hebat di Yaman antara pasukan pemerintah Yaman yang didukung koalisi pimpinan Arab Saudi dengan pemberontak Houthi menewaskan lebih dari 270 orang dalam 10 hari terakhir, menurut para pejabat pemerintah dan pimpinan suku pada Rabu (8/4). Kedua belah pihak berjuang memperebutkan provinsi perbatasan utama Jawf dan provinsi tengah Marib yang kaya minyak. Para pejabat berbicara dengan syarat anonim karena mereka tidak berwenang untuk memberi tahu media, sementara para pemimpin suku takut akan pembalasan.

Gejolak dalam perang Yaman terjadi ketika Arab Saudi mencegat rudal yang ditargetkan di ibu kota mereka, Riyadh pada akhir Maret 2020. Houthi sering meluncurkan rudal melintasi perbatasan Yaman ke Arab Saudi, tetapi mereka jarang mencapai ibu kota.

Krisis Yaman

Orang-orang Yaman mengangkat granat berpeluncur roket saat mereka berkumpul di dekat ibu kota Yaman, Sana’a. (Foto: Getty Images/AFP/Mohammed Huwais)

Baca Juga: Penularan COVID-19 Antar-Spesies dari Hewan ke Manusia

Perang Yaman telah terbukti mahal untuk Arab Saudi dan telah merusak citranya di luar negeri. Seruan perdamaian kali ini datang di tengah masa pandemi. Saudi terlibat dalam perang harga minyak internasional setelah mendorong produksinya lebih tinggi untuk mencoba merebut kembali pangsa pasar dari Rusia dan Amerika Serikat. Berbagai kelompok hak asasi internasional mengkritik Saudi atas konflik dan korban kemanusiaan. Arab Saudi juga memerangi wabah di dalam negeri serta telah mencatat 2.932 kasus dikonfirmasi dan 41 kematian.

Iran, yang mendukung Houthi, juga menghadapi tantangan serupa di dalam negeri. Sebagai negara yang paling parah dilanda pandemi Timur Tengah, republik Islam itu memiliki 67.286 kasus COVID-19 yang dikonfirmasi dan 3.993 kematian.

Al-Malki mengatakan gencatan senjata (gencatan senjata di Yaman) itu bertujuan “membangun kepercayaan” antara kedua pihak yang saling bertikai dan untuk mendukung inisiatif yang dipimpin oleh PBB untuk mengakhiri perang di seluruh dunia.

Dalam sebuah pernyataan, utusan khusus PBB untuk Yaman menyambut baik pengumuman koalisi, dengan mengatakan gencatan senjata itu datang selama momen kritis bagi Yaman.

“Para pihak yang berperang sekarang harus memanfaatkan kesempatan ini dan segera menghentikan semua permusuhan dengan urgensi tertinggi (gencatan senjata di Yaman). Mereka harus membuat kemajuan menuju perdamaian yang komprehensif dan berkelanjutan,” tegas Griffiths.

Yaman, negara termiskin di dunia Arab, telah dikoyak oleh perang saudara sejak 2014. Saat itulah Houthi yang didukung Iran menguasai utara negara itu, termasuk ibu kota Sanaa. Koalisi militer yang dipimpin Arab Saudi melakukan intervensi terhadap Houthi tahun berikutnya dengan melakukan serangan udara tanpa henti dan memblokade Yaman.

Berbagai upaya di masa lalu untuk mengakhiri konflik telah terhenti. Perjanjian perdamaian pada 2018 yang ditengahi oleh PBB di Swedia menyebabkan peta jalan kasar untuk mengakhiri pertempuran di kota pelabuhan utama Hodeida, tetapi hanya membawa sedikit kemajuan nyata. Pembicaraan yang diusulkan oleh Al-Malki akan menjadi negosiasi tatap muka pertama sejak perang dimulai. Selain perwakilan dari Houthi dan pemerintah Yaman yang diakui secara internasional, al-Malki mengatakan tim militer Saudi juga akan hadir.

TIME mencatat, konflik itu telah menewaskan lebih dari 100.000 orang dan menciptakan krisis kemanusiaan terburuk di dunia. Perang Yaman telah menyebabkan jutaan orang menderita kekurangan makanan dan perawatan medis, yang mendorong negara itu ke ambang bencana kelaparan.

Pihak berwenang di Yaman belum mengumumkan kasus COVID-19 yang dikonfirmasi. Namun, para ahli khawatir virus corona baru akhirnya akan terbukti mematikan di sana setelah bertahun-tahun kehancuran akibat perang.

 

Penerjemah: Fadhila Eka Ratnasari

Editor: Purnama Ayu Rizky

Keterangan foto utama: Para pengikut gerakan Houthi membawa pesawat tiruan selama demonstrasi yang diadakan untuk menandai Asyura di Saada, Yaman, pada 10 September 2019. (Foto: Reuters/Naif Rahma)

Arab Saudi Umumkan Gencatan Senjata di Yaman Selama Pandemi COVID-19

BERLANGGANAN

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top