Kabinet Baru
Berita Politik Indonesia Hari Ini

Arah Periode Kedua Jokowi Dilihat dari Menteri-Menteri yang Ditunjuk

Berita Internasional > Arah Periode Kedua Jokowi Dilihat dari Menteri-Menteri yang Ditunjuk

Sejumlah nama menteri dalam Kabinet Indonesia Maju di pemerintahan periode kedua Presiden Indonesia Joko “Jokowi” Widodo menjadi sorotan seusai pelantikan para menteri pada Rabu, 23 Oktober 2019. Menyertakan Prabowo Subianto dan Nadiem Makarim ke dalam kabinet baru menunjukkan arah ke mana Jokowi berniat untuk membawa Indonesia di masa jabatan keduanya.

Oleh: Ravi Velloor (The Straits Times)

Pada bulan Juli 2015, saya dan editor saya Warren Fernandez mengunjungi Indonesia untuk wawancara dengan Presiden Joko “Jokowi” Widodo. Pertemuan berlangsung di Bogor―Presiden Jokowi, entah bagaimana tampak lebih nyaman tinggal di istana presiden di Bogor daripada di ibu kota Jakarta. Terlebih lagi, dua pejabat yang menasihatinya tentang kebijakan ekonomi dan luar negeri sering menginterupsi wawancara, untuk mengoreksi data-data Presiden atau untuk mengarahkan komentarnya ke arah tertentu.

Saya ragu ada pejabat yang berani mengoreksi Presiden Jokowi saat ini. Tentunya, tidak ketika ada orang luar di dalam ruangan.

Baca Juga: Indonesia Ingin Percepat Kesepakatan Perdagangan dengan UE dan AS

Empat tahun kemudian, dan setelah berhasil memenangkan pemilihan kembali dengan selisih yang meyakinkan, Presiden Jokowi tampaknya jauh lebih nyaman di atas struktur kekuasaan Indonesia. Bahasa tubuhnya benar-benar lebih percaya diri.

Susunan kabinet yang Presiden Jokowi umumkan pada Rabu (23/10) lebih lanjut menunjukkan kepercayaan dirinya dengan menunjuk pensiunan jenderal dan pesaing presiden, Prabowo Subianto, untuk menjadi Menteri Pertahanan, dan menunjuk pendiri perusahaan Gojek, Nadiem Makarim, untuk menjadi Menteri Pendidikan dan Budaya.

Menjelang pemilu tahun ini, kepentingan Islam fundamentalis yang sejak lama gagal mencari suara lebih besar dalam urusan Indonesia berusaha menggunakan Prabowo untuk mempromosikan agenda mereka, dan dia, pada gilirannya, mendapat manfaat dari dukungan mereka.

Pertaruhan Prabowo

Karena alasan ini, membawa orang yang kalah dalam pilpres ke dalam tenda kepresidenan menjadi sebuah pertaruhan. Sebagai Menteri Pertahanan, Prabowo memiliki anggaran terbesar. Pada saat yang sama, ia dikelilingi oleh tiga jenderal lainnya di kabinet, termasuk orang favorit presiden, Luhut Pandjaitan. Jokowi jelas berharap bahwa dengan ditempatkannya Prabowo di kabinet, kecenderungan Prabowo untuk menggunakan Islamis untuk mencapai tujuannya sendiri tidak akan mempan.

Penunjukan Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan memiliki tujuan ganda: membawa tidak hanya orang yang sepenuhnya fasih dengan ekonomi digital, tetapi juga kepribadian yang menarik bagi milenial―yang berisiko akan menentang Presiden lagi mengenai RKUHP dan sejumlah RUU bermasalah lain.

Nadiem sebagai Mendikbud bisa dibilang merupakan hadiah yang berharga untuk masyarakat multiagama mana pun. Islamisasi di Indonesia telah dikaitkan dengan perubahan kurikulum di daerah seiring pemerintah pusat memberi lebih banyak keleluasaan kepada pemerintah daerah.

Memiliki Nadiem di kabinet kemungkinan akan memberikan Jokowi kelonggaran untuk menginstruksikan menteri baru tersebut untuk memodernisasi dan memposisikan sistem pendidikan negara agar lebih baik dalam mengatasi gangguan Revolusi Industri Keempat yang sedang berlangsung.

Dengan semua ini, Presiden Jokowi mungkin percaya bahwa dia tengah berperan dengan kualitas pahlawan favoritnya, Dewa Krishna dari epos Mahabharata. Presiden, yang merupakan Muslim moderat, mengatakan dia mengagumi Krishna karena dua kualitasnya, yakni sakti (kuat) dan bijaksana.

Kabinet Baru Jokowi

Para menteri kabinet yang baru diangkat berdiri saat mengambil sumpah mereka, dengan Presiden Indonesia Joko Widodo ditunjukkan di layar, selama upacara pelantikan di Istana Negara di Jakarta, Indonesia, 23 Oktober 2019. (Foto: Reuters/Willy Kurniawan)

Baca Juga: Prabowo Jadi Menhan, Bagaimana Masa Depan Hak Asasi Manusia di Indonesia?

Tantangan ke depan

Walaupun ia sekarang telah mempersenjatai diri dengan kekuatan politik yang cukup, kebijaksanaan atau tindakannya, akan terwujud dalam beberapa bulan ke depan saat kabinetnya yang baru mulai bekerja.

Seperti yang ditunjukkan oleh pengalaman Sri Lanka dan Jerman, kadang-kadang, mempertahankan oposisi semi-kredibel adalah langkah yag bijaksana, jika hanya untuk mencegah kekuatan jahat dari menduduki ruang itu dan mendapatkan legitimasi dari waktu ke waktu.

Ada juga kekhawatiran di antara orang-orang pro-Jokowi. Apakah bijaksana bagi pemimpin mereka untuk membiarkan Wakil Presiden Ma’ruf Amin untuk menggunakan kepercayaan Islamnya dalam pemilihan untuk mendukungnya? Meskipun posisi Wakil Presiden sebagian besar bersifat seremonial, mantan pemimpin Nadlhatul Ulama dan Majelis Ulama Indonesia tersebut dikabarkan jengkel karena telah dikesampingkan dalam negosiasi pembentukan kabinet, atau tidak diberi tugas substansial dalam negosiasi.

Malah, ia dikirim ke Tokyo untuk mewakili Indonesia pada upacara penobatan Kaisar Jepang yang baru.

Dalam periode pertamanya, Jokowi juga cenderung mengabaikan wakilnya saat itu, Jusuf Kalla. Namun, pada waktunya, ia mungkin menyesali keputusan itu, terutama karena Anies Baswedan, seorang pilihan Jusuf Kalla, menang atas sekutunya, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam pemilu gubernur Jakarta.

Seperti dalam periode pertamanya, Jokowi mungkin akan memberikan banyak fokus pada pertumbuhan ekonomi, terutama setelah mengumumkan kekecewaannya kepada publik mengenai sedikitnya manfaat yang diterima ekonomi nasional dari investasi yang sedang meninggalkan China, yang sebagian besar mengalir ke Vietnam, Thailand, dan Malaysia.

Untuk memperbaikinya, dia mungkin perlu menghadapi serikat buruh Indonesia. Mengingat bahwa ini adalah periode kedua dan terakhirnya, presiden dapat bertindak tanpa takut akan merusak kesempatannya untuk terpilih kembali, Jokowi berada pada posisi yang lebih baik saat ini untuk menangani tanggung jawab itu daripada saat ia berada di periode pertamanya.

Dalam hal ini ia mungkin akan menghadapi perlawanan dari Partai PDI-P, yang dekat dengan serikat buruh. Kesulitan itu dalam beberapa hal mencerminkan bahwa Perdana Menteri India Narendra Modi, yang juga mengalami kesulitan bergerak pada Undang-Undang Ketenagakerjaan karena ikatan erat partainya dengan Bharatiya Mazdoor Sangh, sayap buruh dari organisasi payung nasionalis RSS.

Nadiem Makarim

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia yang baru ditunjuk Nadiem Makarim, pendiri dan mantan CEO Gojek, mengobrol dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, sebelum mengambil sumpah mereka selama pelantikan di Istana Negara di Jakarta, Indonesia, 23 Oktober 2019. (Foto: Reuters/Willy Kurniawan)

ASEAN dan China

Bagaimana dengan kebijakan luar negeri, khususnya sikapnya terhadap ASEAN?

Berawal dari skeptisme, sikap Jokowi terhadap badan regional tersebut telah berkembang menjadi sesuatu yang lebih positif.

Pada bulan April, Indonesia menjadi tuan rumah sebuah konstelasi tokoh-tokoh senior dari kawasan yang dulu dikenal sebagai Asia-Pasifik untuk membahas masa depan Indo-Pasifik.

Karena itu, Indonesia memiliki peran kunci dalam membentuk “pandangan” ASEAN tentang Indo-Pasifik, sebuah formulasi yang tampaknya mendukung konsep tersebut sambil menghindari apa pun yang menunjukkan “strategi” yang menargetkan China.

Bulan-bulan mendatang akan lebih jelas mengungkap apakah Jokowi, yang dua tahun lalu memerintahkan agar ZEE bagian utara Pulau Natuna diganti dari Laut China Selatan menjadi Laut Natuna Utara, akan berhasil dalam menarik manfaat dari perang dagang AS-China.

Mungkin ada kekecewaan seiring rencananya untuk memindahkan ibu kota ke Kalimantan Timur muncul saat ASEAN siap untuk membuka gedung sekretariat baru di Jakarta. Tetapi itu adalah konsekuensi kecil yang harus dibayar untuk membuat negara dan ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini mengambil lebih banyak peran kepemimpinan dalam urusan regional.

Keterangan foto utama: Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD diberi selamat oleh Presiden Indonesia Joko Widodo, didampingi oleh Ibu Negara Iriana Widodo, setelah upacara pelantikan saat pelantikan di Istana Negara di Jakarta, Indonesia, 23 Oktober 2019. (Foto: Reuters/Willy Kurniawan)

Arah Periode Kedua Jokowi Dilihat dari Menteri-Menteri yang Ditunjuk

BERLANGGANAN

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top