Inisiatif Sabuk dan Jalan
Global

Bahaya Tersembunyi Jalur Sutra Digital China

 
 
Berita Internasional > Bahaya Tersembunyi Jalur Sutra Digital China

Dunia di era terkini terus berubah dengan cepat. Terdapat tanda-tanda ambisi China atas Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI) dan semua komponen digital terkait merupakan bagian dari kekuatan penjerat dari hegemoni baru.

China telah beralih pada jaringan 5G komersial terbesar pada 31 Oktober 2019. Saat itulah tiga operator nirkabel milik negara yakni China Mobile, China Unicorn, dan China Telecom meluncurkan paket berlangganan 5G. berbagai operator nirkabel mencatat mereka akan menagih pelanggan untuk kecepatan daripada penggunaan data, sementara kecepatan puncak akan menelan biaya sekitar US$45 per bulan.

China telah berjanji, jaringan generasi berikutnya akan melepaskan “revolusi teknologi”. Pengumuman ini adalah pesan ke Amerika Serikat dan dunia bahwa dorongan China menuju dominasi global 5G tidak akan diperlambat oleh oposisi dari Amerika Serikat.

Investasi China dalam teknologi generasi mendatang, termasuk teknologi informasi dan komunikasi, kecerdasan buatan, analitik big data, komputasi awan, dan blockchain antara lain telah menjadi prioritas tinggi di bawah Presiden China Xi Jinping. Serangkaian arahan, buku putih, inisiatif, dan strategi perencanaan pemerintah telah mendorong setiap perusahaan teknologi China menuju teknologi yang “tepat”.

Baca Juga: Mampukah Wabah Corona Perkuat Rezim Otoriter China?

Ambisi untuk mengubah China menjadi kekuatan teknologi dan dunia maya secara terbuka bersifat geopolitik seperti yang ditunjukkan oleh Garis Besar Strategi Nasional untuk Pembangunan Berbasis-Inovasi: “teknologi yang mengganggu terus bermunculan, terus membentuk kembali lanskap kompetitif dunia, dan mengubah keseimbangan kekuasaan di antara negara-negara.”

Proyek-proyek infrastruktur digital dan telekomunikasi China yang berkembang pesat, semuanya bagian dari Jalur Sutra Digital di seluruh daratan Eurasia akan menimbulkan efek di dunia nyata terhadap orang-orang yang hidup dalam sistem seperti itu, lantas memengaruhi sistem pemerintahan dan kekuasaan negara atas data. Ketika berbagai perusahaan teknologi China mengekspor ekosistem teknologi, norma, dan standar yang kompleks ini dalam program Smart City dan Smart Port, Amerika Serikat dan para sekutunya harus memantau bagaimana mereka berdampak pada negara penerima.

Untuk sementara, dampak normatif dari teknologi ini menjadi perhatian, potensi struktural mereka yang lebih luas terhadap tatanan global merupakan yang paling mengkhawatirkan. Jika seseorang mempertimbangkan komponen penyusun dari tatanan Barat berupa keuangan, perbankan, dominasi teknologi, serta pengaruh atas aturan pasar dan perdagangan, sangatlah jelas China menawarkan alternatif di setiap tingkat, membangun tatanan baru yang luas yang sesuai dengan keinginannya sendiri.

Terlepas dari sifat kegiatan China yang berbeda, secara kolektif mereka membentuk dasar untuk hegemoni di masa depan. Berikut ini, John Hemmings dan Patrick Cha dari The National Interest berfokus pada tiga bidang di mana China menggunakan teknologi untuk mencapai tujuannya, yaitu nilai dan tata kelola, pasar dan perdagangan, serta pengiriman.

Nilai dan tata kelola

Seperti yang disebutkan di atas, Smart City, dibangun di atas pondasi yang kaya data dari jaringan 5G, mengintegrasikan informasi yang berbeda dari berbagai sumber untuk menciptakan platform pertukaran data terpusat yang penting bagi operasi administrasi, industri, lingkungan, energi, dan keamanan sehari-hari sistem. Premisnya, kota yang terintegrasi dengan lebih baik dan dioperasikan secara efektif dapat meningkatkan aktivitas ekonomi, mendorong pertumbuhan berkelanjutan ke masa depan, dan menjadi teknologi yang menjanjikan bagi banyak kota di Asia Selatan di mana pertumbuhan penduduk menciptakan kota-kota baru yang bertumbuh cepat.

Huawei

Seorang pelanggan mencoba smartphone Huawei Mate 20 X 5G di cabang Unicom China di Kota Nanjing, Provinsi Jiangsu, China timur ,16 Agustus 2019. (Foto: AFP)

Namun, China akan mengekspor nilai dan norma saat melatih pengguna peralatan di masa depan, menggunakan jaringan penelitian seperti National Engineering Laboratory (NEL) untuk Aplikasi Big Data tentang Sensing, Pencegahan, dan Pengendalian Risiko Keamanan Sosial. Laporan Freedom House pada 2018 mencatat bagaimana China menawarkan paket pelatihan kepada pejabat asing tentang bagaimana menangani big data tentang “manajemen opini publik” dan “pengembangan media baru”. ZTE telah membantu Venezuela mengawasi dan mengendalikan populasinya melalui sistem kartu identitas pintar.

Terkait dengan sistem satelit China, kartu akan menyimpan data lokasi, informasi keuangan, transaksi perbankan, layanan kesehatan, dan bahkan catatan suara dalam pemilu. Pemerintah menggunakan kartu untuk mengontrol akses ke manfaat publik. Beberapa negara membentuk undang-undang dunia maya mereka untuk meniru undang-undang China dengan Vietnam, Mesir, Tanzania, dan Uganda, menghasilkan undang-undang, tidak seperti China Internet Security Law 2016, yang memerlukan pengumpulan dan verifikasi identitas pengguna.

Terdapat bahaya yang sangat nyata, sebagai kepala arsitek dan administrator jaringan digital dan Smart City, China akan memiliki akses ke data di negara-negara penerima, melalui pakta berbagi intelijen atau melalui akses server langsung, persyaratan lain dari Internet Security Law 2016. Akses ke data ini dan kemampuan untuk memanennya menggunakan analitik big data akan memberi China pengaruh dalam bentuk kompromat, menggunakan informasi sensitif untuk memengaruhi para pemimpin asing utama dalam masalah-masalah penting bagi kepentingan China.

Pasar dan perdagangan

Proliferasi aplikasi pembayaran seluler China seperti Alipay, Baidu Wallet, dan WeChat Pay akan meningkatkan jumlah data keuangan yang masuk ke tangan China karena semua transaksi semacam itu harus melewati clearinghouse Bank Rakyat China, Wanglian. Hal ini memungkinkan tidak hanya perusahaan teknologi China tetapi juga bank pemerintah untuk mengetahui transaksi keuangan asing secara real-time.

Selain perluasan sistem pembayaran seluler elektronik China, jaringan dan sistem teknologi informasi dan komunikasi China yang dibangun di Jalur Sutra Digital mendorong negara-negara penerima untuk memihak mata uang China dan perusahaannya. Selain perjanjian pertukaran mata uang dengan banyak mitra BRI, China telah memperjelas niatnya untuk “menghapuskan” dominasi dolar Amerika dari ekonomi dunia. Sistem Pembayaran Antar Bank Lintas Perbatasan dianggap oleh beberapa pihak sebagai tantangan bagi Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication yang dipimpin oleh AS.

Ketika fintech China terus tumbuh, perusahaan-perusahaan China akan mendapat manfaat dari informasi konsumen yang berharga, mirip dengan bagaimana Amazon menggunakan agregasi pencarian real-time untuk mendapatkan wawasan tentang tren dan keinginan konsumen. Perusahaan China dapat menggunakan kecerdasan buatan untuk menilai kebutuhan pasar secara langsung pada skala global. Perusahaan yang memiliki hak istimewa dapat membawa produk yang diinginkan ke pasar sebelum perusahaan domestik atau Amerika Serikat.

Selain itu, berbagai perusahaan China memahami kapasitas dan kebutuhan yang tepat dari negara-negara tuan rumah, memberi mereka keunggulan kompetitif yang berbeda dari perusahaan Barat dan lokal dalam desain dan produksi produk. Keuntungan ini mungkin sangat akut di daerah-daerah yang diyakini China secara strategis penting, seperti kendaraan otonom, kecerdasan buatan, dan Internet of Things.

Pilar transportasi laut

China Ancam Aksi Militer Jika Klaim Taiwan dan Laut China Selatan Ditentang

Kapal induk China. (Foto: Reuters)

Baca Juga: China Diam-diam Isi Kekosongan Amerika Serikat di Filipina

Salah satu pilar kekuatan hegemoni tertua ialah mengendalikan jalur laut dan perdagangan yang terjadi di perairan. Delapan puluh persen perdagangan global diangkut melalui laut dan hampir dua pertiga perdagangan laut melewati pelabuhan-pelabuhan milik China. Pada 2019, perusahaan milik negara China seperti COSCO dan China Merchants memiliki empat puluh dua pelabuhan utama di tiga puluh empat negara di seluruh garis pantai Eurasia dan Afrika.

Jalur Sutera Digital dan Jalur Sutera Maritim China bersatu dalam bentuk Smart Ports. Memusatkan data dan meningkatkan otomasi akan menciptakan efisiensi dan otomasi dalam memuat, sehingga meningkatkan kapasitas.

Dalam satu jaringan, Big Data Risk Monitoring Platform di Kantor Pabean Nanning melacak perdagangan lintas batas dengan 26 pelabuhan di seluruh Asia Tenggara. Platform ini memungkinkan China untuk melacak status barang, tujuan, dan hubungan real-time di seluruh dunia.

Sementara, manifes pengiriman melacak pergerakan barang, belum pernah ada pelabuhan yang memiliki kemampuan untuk memetakan rantai pasokan global waktu nyata secara komprehensif. Informasi ini memungkinkan sistem sanksi tidak resmi yang menargetkan barang-barang negara (atau bahkan individu) yang ingin dipengaruhi China. Negara itu telah melakukannya dengan teknologi tingkat rendah ketika membatasi ekspor pisang Filipina memasuki pasar Asia antara 2016 dan 2018 karena ketegangan bilateral terkait dengan Laut China Selatan.

Dunia berubah dengan cepat. Terdapat tanda-tanda ambisi China dalam Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI) dan semua komponen digitalnya adalah bagian dari kekuatan penjerat (sticky power) hegemoni baru. Para pemimpin China mengakui, teknologi baru yang mengganggu adalah pertanda perubahan bagi kontak orang-ke-orang dan juga dapat mengubah cara negara melakukan perdagangan, pengawasan, dan menjalankan wilayah mereka.

Promosi China atas perusahaan-perusahaan teknologinya di seluruh daratan Eurasia memungkinkan eksploitasi data internasional di masa depan untuk efek politik, yang memungkinkan para pemimpin China untuk menetapkan aturan, menciptakan norma dan standar, serta mengendalikan perdagangan dan aktivitas politik. John Hemmings dan Patrick Cha dari The National Interest menyimpulkan, dunia saat ini memasuki era persaingan dan bukan hanya antar negara, tetapi antara ideologi dan negara-negara yang menjadi tuan rumah mereka.

 

Penerjemah: Fadhila Eka Ratnasari

Editor: Purnama Ayu Rizky

Keterangan foto utama: Presiden China Xi Jinping mendorong Inisiatif Sabuk dan Jalannya yang khas dengan tujuan menciptakan zona ekonomi besar-besaran yang akan menghubungkan Tiongkok ke Eropa melalui darat dan laut. (Foto: AP)

Bahaya Tersembunyi Jalur Sutra Digital China

BERLANGGANAN

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top