Asia

[Berita Foto] Bayang-bayang Kekerasan Militer Filipina dalam Lockdown

Berita Internasional > [Berita Foto] Bayang-bayang Kekerasan Militer Filipina dalam Lockdown
Advertisements

Ketegangan telah meningkat dalam sepekan terakhir, yang mengancam ketidakstabilan jika ditangani dengan langkah-langkah kejam dan kurangnya langkah-langkah bantuan untuk masyarakat yang terkena dampak terburuk lockdown. Dengan meningkatnya pelanggaran karantina dan komentator online yang berubah menjadi protes kritis dan skala kecil, Duterte mengeluarkan perintah “tembak mati” pada 1 April bagi para pelanggar penutupan wilayah.

Pada Rabu (8/4), Presiden Filipina Rodrigo Duterte memutuskan memperluas karantina selama sebulan di Pulau Luzon ke seluruh Filipina. Keputusan tersebut dinyatakan di media lokal sebagai bencana selama enam bulan. Langkah itu secara tidak dapat dihindari akan menghentikan operasi bisnis dan pertumbuhan ekonomi.

Namun, sejak pengumuman pertama tentang penguncian wilayah (lockdown) pada 12 Maret 2020, warga merasa tegang dan bingung karena tidak yakin akan pedoman untuk penguncian besar yang menurut Duterte akan menanamkan “perdamaian dan ketertiban” di kawasan tersebut.

Selain itu, menurut catatan The Asean Post, pemerintah belum memberikan jaminan tentang bagaimana mereka berencana untuk memenuhi kebutuhan rakyat Filipina yang tidak dapat bekerja dari jarak jauh atau memiliki akses ke rumah sakit.

Baca Juga: Parade Kekerasan dalam Lockdown Corona di Filipina

“Setelah mempelajari lebih lanjut tren dan tindakan di seluruh dunia serta perlunya kehati-hatian yang ekstrem selama masa seperti ini, saya sampai pada kesimpulan, diperlukan langkah-langkah yang lebih ketat,” tutur Duterte dalam pidato publik baru-baru ini.

“Karantina yang ditingkatkan” di Luzon, yang berpenduduk 60 juta orang dan bertanggung jawab atas 70 persen dari hasil ekonomi Filipina, akan menempatkan puluhan ribu penerima upah harian dalam risiko kekurangan pasokan. Beberapa jam setelah pengumuman, gubernur bank sentral negara itu mengatakan para pembuat kebijakan “cenderung” akan memotong suku bunga utama sebesar 50 basis poin.

Tanpa adanya instruksi yang jelas tentang penguncian wilayah di Metro Manila, kekacauan total dilaporkan pada hari pertama karantina di pos pemeriksaan polisi di perbatasan antara Provinsi Laguna dan Metro Manila. Jalanan itu tampak macet hingga beberapa kilometer ketika polisi memeriksa suhu ratusan pelancong dengan hanya dua pemindai, satu termometer untuk pengendara sepeda motor dan orang-orang yang berjalan kaki, sementara yang lainnya untuk para penumpang dalam jeepney dan bus serta pengemudi truk.

Pemerintah merekomendasikan warga untuk menjaga jarak (physical distancing), tetapi petugas pos pemeriksaan tidak berdaya meminta orang mematuhinya, terutama para pelancong yang mengendarai sepeda motor serta beberapa bus dan jeepney yang menolak mengangkut penumpang dengan setengah kapasitas biasanya.

Personel militer Filipina berjaga dengan membawa semprotan disinfektan dan termometer di pos pengecekan di Marikina City, Metro Manila, Filipina, Senin, 16 Maret 2020. (Foto: Bloomberg/Veejay Villafranca)

Presiden Filipina Rodrigo Duterte berbicara kepada publik tentang pandemi COVID-19 dalam siaran langsung pada 12 Maret 2020. Di belakangnya terdapat Panglima Angkatan Bersenjata Filipina Jenderal Felimon Santos Jr (kanan) dan Kepala Angkatan Darat Filipina Letnan Jenderal Gilbert Gapay (kiri). (Foto: RTVM/Rappler)

Petugas militer Filipina mengenakan masker tiba di pos pemeriksaan ketika pihak berwenang mulai menerapkan penguncian wilayah di Metro Manila, Filipina, 16 Maret 2020. (Foto: Getty Images/Ezra Acayan)

Prajurit militer Filipina memeriksa seorang pengendara kendaraan bermotor di pos pemeriksaan ketika pihak berwenang mulai menerapkan penguncian wilayah di Manila, Filipina, 15 Maret. (Foto: Getty Images/Ezra Acayan)

Para pekerja menyemprotkan disinfektan dari meriam air di sepanjang jalan di daerah pinggiran di San Juan, Metro Manila, Filipina, 23 Maret 2020. (Foto: Getty Images/Ezra Acayan)

Peti mati diletakkan di tengah jalan untuk memperingatkan warga agar tetap tinggal di rumah di tengah ancaman pandemi virus corona COVID-19 di Filipina, 26 Maret 2020. (Foto: Getty Images/Ezra Acayan)

Petugas militer Filipina menjaga pos pemeriksaan di perbatasan antara Provinsi Rizal dan Marikina City, Metro Manila, Filipina, Kamis, 2 April 2020. (Foto EPA)

Petugas militer Filipina yang mengenakan pelindung wajah dan masker memeriksa kendaraan di sebuah pos pemeriksaan di Manila, Senin, 6 April 2020. (Foto: BenarNews/Basilio Sepe)

Petugas keamanan militer Filipina memegang plakat yang mengingatkan masyarakat Filipina untuk tinggal di rumah di tengah kekhawatiran penyebaran COVID-19 di Manila, Filipina, Selasa, 31 Maret 2020. (Foto: AFP/Maria Tan)

Pasukan militer Filipina bersiap untuk ditempatkan di markas besar Kepolisian Distrik Manila sebelum karantina masyarakat dimulai di Metro Manila. (Foto: Rappler/Inoue Jaena)

Baca Juga: Lockdown ala Filipina: Tembak Mati hingga Racuni Pelanggar

Asia Times melaporkan, menanggapi 3.870 kasus COVID-19 yang dikonfirmasi, 182 kematian, tren kenaikan infeksi, Presiden Filipina Rodrigo Duterte menggandakan kebijakan “karantina masyarakat yang ditingkatkan” (Enhanced Community Quarantine/ECQ) dengan memperpanjang penguncian wilayah yang telah berlangsung selama sebulan hingga akhir April 2020.

Perpanjangan lockdown diumumkan pada Selasa (7/4), segera setelah Duterte mendapatkan kekuatan luar biasa pada akhir Amret 2020 oleh Kongres Filipina untuk secara ketat menegakkan menjaga jarak (physical distancing) dan karantina di rumah serta mengucurkan paket bantuan multi-miliar dolar untuk komunitas dan bisnis yang paling terdampak.

Namun, ada kekhawatiran beberapa pejabat tampaknya bertindak terlalu jauh dalam mengancam pelanggar penguncian wilayah. Gambar-gambar yang tidak diverifikasi beredar luas di media sosial menampilkan tahanan yang dikurung di kandang anjing.

Ketegangan telah meningkat dalam sepekan terakhir, yang mengancam ketidakstabilan jika ditangani dengan langkah-langkah kejam dan kurangnya langkah-langkah bantuan untuk masyarakat yang terkena dampak terburuk lockdown. Dengan meningkatnya pelanggaran karantina dan komentator online yang berubah menjadi protes kritis dan skala kecil, Duterte mengeluarkan perintah “tembak mati” kepada polisi dan militer Filipina pada 1 April terhadap para pelanggar penutupan wilayah.

“Saya tidak akan ragu. Perintah saya untuk polisi dan militer Filipina, juga pemerintah administratif barangay, jika ada masalah atau situasi muncul ketika orang-orang bertempur dan nyawa Anda dipertaruhkan, tembak mati mereka. Apakah Anda mengerti? Mati. Alih-alih menyebabkan masalah, saya akan mengirim Anda ke liang kubur,” tegas Duterte. Pernyataannya itu menggemakan ancamannya selama bertahun-tahun untuk menggunakan kekerasan terhadap penjahat dan pengedar narkoba.

Sekitar setengah dari sekitar 110 juta rakyat Filipina saat ini berada di bawah karantina, termasuk jutaan orang di ambang kemiskinan yang tidak memiliki pekerjaan karena pembatasan pergerakan yang ketat. Beberapa jam sebelum Duterte memberi perintah dalam pidato pada Rabu (1/4) malam pekan lalu, hampir dua puluh orang dari komunitas kumuh di ibu kota negara di Manila ditangkap karena menggelar protes yang menuduh pemerintah gagal memberikan bantuan makanan kepada orang miskin.

 

Penulis: Fadhila Eka Ratnasari

Editor: Purnama Ayu Rizky

Keterangan foto utama: Prajurit militer Filipina berjaga di pos pemeriksaan di perbatasan antara Quezon City dan Manila, Filipina, 18 Maret 2020. (Foto AFP)

[Berita Foto] Bayang-bayang Kekerasan Militer Filipina dalam Lockdown

BERLANGGANAN

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top