Indonesia secara efektif memberlakukan darurat militer di Papua Barat, dengan peningkatan serangan dalam beberapa pekan terakhir termasuk penembakan dua pekerja agama, menurut pemimpin kemerdekaan Benny Wenda. Ia pun menegaskan bahwa saat ini terdapat pandemi ganda di Papua Barat.
“Polisi bersenjata mengintai setiap sudut Papua Barat, dan pasukan memaksa ribuan orang meninggalkan rumah mereka melintasi petak besar tanah kami,” ucap Wenda, dikutip Morning Star.
Dia memperingatkan peningkatan penindasan yang menargetkan individu dan organisasi yang terkait dengan gerakan kemerdekaan Papua Barat.
Rekaman video muncul pada Selasa (27/10), yang menunjukkan pasukan Indonesia dengan kekerasan membubarkan protes mahasiswa di Jayapura, menembakkan gas air mata dan peluru tajam, saat para pengunjuk rasa berkumpul untuk protes duduk. Pasukan keamanan terlihat masuk dan memukuli siswa dengan tongkat bambu.
“Ini semua adalah darurat militer meski tidak secara resmi disebut begitu,” imbuh Wenda. “Anda tidak dapat berjalan melalui pusat kota di Papua Barat hari ini tanpa dihentikan oleh polisi, tanpa bertemu dengan pos pemeriksaan militer.”
“Setiap demonstrasi, tidak peduli seberapa damai, akan ditanggapi dengan penangkapan massal dan kebrutalan polisi.”
Seorang petugas polisi Papua membawa senapan saat ia mengendalikan kerumunan setelah pengunjuk rasa membakar Pasar Buruni selama protes kekerasan di Fakfak, Papua Barat, 2019. (Foto: EPA)
Wenda menyerukan dukungan untuk rakyat Papua Barat dari Perserikatan Bangsa-Bangsa dan komunitas internasional, mengatakan bahwa tanggapan brutal Indonesia menunjukkan bahwa mereka takut akan “perlawanan kulit hitam” dan tuntutan untuk menentukan nasib sendiri.
“Rakyat saya berteriak meminta bantuan dunia. Ada pandemi ganda di Papua Barat: pandemi COVID-19 dan pandemi rasisme,” ujarnya, disadur dari Morning Star.
“Satu sisi ada virus corona, sisi lainnya ada militer Indonesia. Bencana medis ini diperparah oleh kelaparan dan kemiskinan pengungsi.”
“Berapa lama rakyat saya harus menangisi kebebasan sebelum dunia mendengarkan?” tanya Benny Wenda.
Benny Wenda: Papua Barat Jadi ‘Tempat Berburu’
Lebih dari 12 mahasiswa terluka dalam insiden di ibu kota Papua, Jayapura, di mana saksi mata mengklaim pasukan Indonesia melepaskan tembakan untuk membubarkan aksi damai.
Seorang pemuda dipukuli dengan kejam dan belasan pelajar lainnya terluka, setelah pasukan keamanan Indonesia melepaskan tembakan ke arah unjuk rasa mahasiswa di ibu kota Papua, Jayapura, lapor SBS News.
Demonstrasi selama berbulan-bulan telah mencengkeram wilayah itu, seiring ribuan penduduk asli Papua Barat memperbarui seruan untuk referendum kemerdekaan di tengah tindakan keras mematikan di provinsi-provinsi yang diperintah Indonesia.
Sekitar 13 mahasiswa terluka di Jayapura pada Selasa (27/10), di mana para korban dan saksi mata mengklaim pasukan Indonesia melepaskan tembakan untuk membubarkan demonstrasi damai dengan sekitar 20 orang.
Benny Wenda, dari United Liberation Movement of West Papua (ULMWP), mengatakan, Indonesia memberlakukan darurat militer.
“Ini adalah peluru tajam,” ucap Wenda, dikutip SBS News. “Papua Barat lebih seperti tempat berburu bagi pasukan khusus.”
Penerjemah dan editor: Aziza Larasati
Keterangan foto utama: Pemimpin kemerdekaan Papua Barat Benny Wenda. (Foto: SBS News)
Benny Wenda: Pandemi Ganda di Papua Barat, COVID-19 dan Rasisme