Demo Mahasiswa Berujung Tembakan, Benny Wenda: Papua Barat Jadi ‘Tempat Berburu’

Sumber

Posted on October 29, 2020 at 6:38 am

Lebih dari 12 mahasiswa terluka dalam insiden di ibu kota Papua, Jayapura, di mana saksi mata mengklaim pasukan Indonesia melepaskan tembakan untuk membubarkan aksi damai.

Seorang pemuda dipukuli dengan kejam dan belasan pelajar lainnya terluka, setelah pasukan keamanan Indonesia melepaskan tembakan ke arah unjuk rasa mahasiswa di ibu kota Papua, Jayapura, lapor SBS News.

Demonstrasi selama berbulan-bulan telah mencengkeram wilayah itu, seiring ribuan penduduk asli Papua Barat memperbarui seruan untuk referendum kemerdekaan di tengah tindakan keras mematikan di provinsi-provinsi yang diperintah Indonesia.

Sekitar 13 mahasiswa terluka di Jayapura pada Selasa (27/10), di mana para korban dan saksi mata mengklaim pasukan Indonesia melepaskan tembakan untuk membubarkan demonstrasi damai dengan sekitar 20 orang.

Benny Wenda, dari United Liberation Movement of West Papua (ULMWP), mengatakan, Indonesia memberlakukan darurat militer.

“Ini adalah peluru tajam,” ucap Wenda, dikutip SBS News. “Papua Barat lebih seperti tempat berburu bagi pasukan khusus.”

Pemimpin Papua Barat yang mengasingkan diri Benny Wenda, dalam kunjungan ke Pacific Media Centre Selandia Baru di Universitas Teknologi Auckland pada tahun 2013. (Foto: PMC/Del Abcede)

Penguasaan Indonesia atas provinsi-provinsi tersebut telah lama menjadi penyebab ketegangan di antara penduduk asli, dengan konflik tingkat rendah dan gerakan kemerdekaan yang membara selama beberapa dekade.

Terlepas dari kehadiran militer yang besar di wilayah tersebut dan ancaman COVID-19, demonstrasi yang menyerukan referendum kemerdekaan kembali menyala pada Juli.

Itu terjadi setelah ratusan ribu orang berunjuk rasa pada Agustus dan September 2019, hanya untuk dibungkam oleh lebih banyak pasukan bersenjata.

Diperkirakan hingga 70.000 orang telah mengungsi dan 250 tewas dalam kekerasan selama dua tahun terakhir.

Victor Yeimo dari Komite Nasional Papua Barat mengatakan tindakan akan terus berlanjut.

“Pesan kami sangat jelas, rakyat Papua Barat membutuhkan solusi politik,” tutur Yeimo, dilansir dari SBS News. “Kami meminta para pemimpin Melanesia dan Pasifik untuk meningkatkan resolusinya untuk membebaskan rakyat Papua Barat dari koloni kekuasaan.”

Bagi pengungsi Papua Barat yang mengungsi ke Papua Nugini pada 1970-an, masih ada harapan suatu saat bisa kembali.

“Kami akan tinggal di PNG (Papua Nugini) selama sisa hidup kami, atau jika kemerdekaan Papua Barat diputuskan, kami kembali ke rumah kami,” ungkap Olof Wayabgkau, yang melarikan diri dari Jayapura pada 1975, dinukil dari SBS News.

Penerjemah dan editor: Aziza Larasati

Keterangan foto utama: Ilustrasi demo tolak perpanjangan otsus di Papua. (Foto: Tabloid Jubi)

Demo Mahasiswa Berujung Tembakan, Benny Wenda: Papua Barat Jadi ‘Tempat Berburu’