Seiring COVID-19 menyebar di seluruh dunia, China telah mulai merancang proyek “Jalan Sutra Kesehatan.”
Seiring virus corona menyebar dari satu negara ke negara lain, beberapa pihak menuduh proyek Inisiatif Sabuk dan Jalan, atau Belt and Road Initiative (BRI), sebagai jalur utama penularan. Namun, seandainya proyek itu diimplementasikan dengan lebih baik, BRI malah bisa dipuji sebagai jawara pencegahan pandemi.
Banyak orang mungkin tidak tahu BRI memiliki cabang yang didedikasikan untuk: memfasilitasi komunikasi antar negara untuk mencegah dan mengendalikan penyakit menular; menciptakan platform untuk layanan kesehatan dan industri kesehatan; memfasilitasi pelatihan personil dan penelitian medis; dan mengembangkan bantuan internasional.
Gagasan tentang Kerjasama Kesehatan BRI ini pertama kali diutarakan pada 2015. Sayangnya, hari ini, lima tahun setelah proposal itu, cabang kesehatan BRI masih berupa ide. Pada kenyataannya, China belum banyak berupaya untuk ini.
Satu-satunya langkah terkait kesehatan yang dipromosikan China adalah terkait dengan pengobatan tradisional China, atau Traditional Chinese Medicine (TCM). Sejumlah MoU tentang TCM telah ditandatangani dengan negara-negara BRI. Namun, itu hanya untuk mempromosikan budaya China, dan tidak terlalu mengkonsolidasikan Kerjasama Kesehatan BRI.
Meski TCM mungkin hanyalah obat plasebo (obat kosong yang tidak memiliki khasiat apa pun, dan sembuhnya pasien berasal dari keyakinan pasien itu sendiri), komunitas tanpa batas yang berfokus pada masalah kesehatan akan merevolusi dunia. Itu juga dapat membantu negara-negara berkembang khususnya, dan akan meningkatkan citra BRI di seluruh dunia.
Hingga kini, beberapa perusahaan China seperti Huawei dan ZTE telah berinvestasi dalam teknologi e-kesehatan di sejumlah negara di Afrika. China juga telah menjadi mitra Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika. Namun, langkah-langkah ini tidak terhubung ke BRI, tetapi ke hubungan bilateral China dengan masing-masing negara Afrika dan Uni Afrika.
Pada layanan kesehatan, seperti di sebagian besar wilayah, BRI beroperasi secara bilateral: antara China dengan negara lain, bukan dengan jaringan negara.
Dilansir dari The Diplomat, baru-baru ini Menteri Luar Negeri China Wang Yi telah menekankan perlunya membangun “komunitas internasional dengan masa depan bersama”. Komunitas itu bertujuan mengatasi pandemi saat ini dan mencegah pandemi masa depan dengan saling berbagi informasi, praktik terbaik, teknologi, dan pengetahuan.
Namun, tidak ada kebutuhan untuk menciptakan platform kerjasama kesehatan baru, karena China sudah memiliki BRI. Segera setelah itu, Presiden China Xi Jinping, dalam pembicaraan baru-baru ini dengan Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte, bahkan menyebutkan perlunya menciptakan “Jalan Sutra Kesehatan”.
BRI adalah salah satu strategi kebijakan luar negeri China yang mencakup sejumlah besar bidang, dari investasi hingga pinjaman, dari pertukaran orang hingga infrastruktur dan proyek-proyek sosial. BRI lahir terutama dari kebutuhan China untuk menampilkan dirinya sebagai pemangku kepentingan yang bertanggung jawab dan menjadi lebih terhubung dengan negara lain.
Presiden China Xi Jinping di Wuhan. (Foto: Xinhua)
Namun, BRI sangat dikritik terutama oleh Amerika Serikat, yang menyebutnya sebagai perangkap utang atau indikasi ambisi hegemonik. “Jalur Sutra Kesehatan” akan meningkatkan citra BRI di seluruh dunia, dan, yang paling penting, itu akan menciptakan jaringan kesehatan yang mungkin bahkan bisa melampaui WHO dalam hal efisiensi.
Menurut pendapat Andrea Brinza di The Diplomat, penciptaan organisasi semacam itu sangat penting karena dunia saat ini dibentuk oleh globalisasi. Virus corona SARS-CoV-2 tidak menyebar ke luar negeri karena China atau BRI, tetapi karena dunia lebih saling terhubung, lebih saling tergantung, dan lebih kaya daripada sebelumnya.
Orang-orang China menjadi lebih kaya, penerbangan menjadi lebih terjangkau, dan jumlah maskapai meningkat banyak. Semua ini mengarah pada satu hal: dorongan dalam pariwisata, yang berarti lebih banyak orang China yang bepergian ke seluruh dunia.
Pada 2002, ketika epidemi SARS merebak, ada 10 juta turis China yang mengunjungi dunia dan menghabiskan US$20 miliar. Enam belas tahun kemudian, pada 2018, turis China melakukan 149 juta perjalanan ke luar negeri dan menghabiskan sekitar US$130 miliar. Tujuan favorit mereka adalah Jepang, Korea Selatan, Singapura, dan Thailand di Asia; Amerika Serikat; dan Prancis, Italia, dan Spanyol di Eropa.
Itu adalah negara-negara pertama yang melaporkan kasus infeksi COVID-19 di luar China, dan hari ini memiliki beberapa kasus tertinggi. Namun, kebanyakan dari mereka bukan bagian dari BRI.
Meskipun demikian, China dan BRI menjadi sasaran kritik atas munculnya dan penyebaran pandemi saat ini. Bahkan ketika China mulai menawarkan pasokan medis ke negara-negara yang terkena dampak, termasuk Italia, China dikritik karena mengambil keuntungan dari tragedi COVID-19, dianggap hanya meningkatkan pengaruh geopolitiknya di seluruh dunia.
Jika China telah fokus pada Kerjasama Kesehatan BRI selama tujuh tahun terakhir, menurut Brinza, dunia mungkin akan berada dalam posisi yang lebih baik untuk menangani pandemi COVID-19. China juga akan terhindar dari tuduhan politisasi kesehatan.
Tiga bulan pertama tahun 2020 menunjukkan kepada kita wajah mengerikan dari globalisasi dan kelemahan BRI. Jika BRI benar-benar dirancang sebagai jaringan negara-negara yang dapat berbagi apa saja dari teknologi kesehatan hingga informasi dan keahlian, hari ini China akan dipuji karena mempersiapkan dunia untuk memerangi penyakit baru.
Penerjemah: Nur Hidayati
Editor: Purnama Ayu Rizky
Keterangan foto utama: Pekerja memeriksa rel kereta api, yang merupakan bagian dari rute kereta api Sabuk dan Jalan yang menghubungkan Chongqing ke Duisburg di stasiun kereta Dazhou di provinsi Sichuan, China (Foto: Reuters)