Sebuah laporan oleh Wall Street Journal (WSJ) mengungkapkan Beijing mungkin berada di balik keputusan untuk menghentikan perusahaan-perusahaan AS untuk mendapatkan pengiriman pasokan vital dari China untuk melawan COVID-19.
Diplomasi masker wajah China tampaknya berantakan setelah perusahaan-perusahaan Amerika Serikat diblokir dari pengiriman peralatan medis penting ke luar negeri dan ke Amerika Serikat.
Dalam sebuah langkah yang pasti akan membuat marah pemerintahan Presiden AS Donald Trump, “sejumlah besar alat pelindung kritis dan barang-barang perawatan kesehatan lainnya berada di gudang-gudang di seluruh China” karena penahanan izin oleh para pejabat, menurut Wall Street Journal.
Pasokan medis sangat dibutuhkan oleh AS seiring negara itu memerangi pandemi COVID-19, di mana infeksi melonjak menjadi lebih dari 644.000 dan jumlah kematian meningkat menjadi 29.000, yang paling banyak di seluruh dunia.
“Pembuat peralatan perawatan kesehatan PerkinElmer, yang berbasis di Massachusetts, tidak dapat mengirimkan 1,4 juta test kit dari pabriknya di Suzhou karena tidak memiliki sertifikasi yang disyaratkan oleh peraturan baru,” tulis memo Departemen Luar Negeri AS yang dikutip oleh WSJ.
“Seorang Wakil Wali Kota Shanghai mengatakan kepada perusahaan konglomerat 3M yang bermarkas di Minnesota bahwa kota itu ‘mengandalkan respirator N-95 3M yang diproduksi secara lokal untuk upaya pencegahan COVID-19 dan tidak memiliki alternatif yang layak.’”
“Pejabat itu (juga) ‘memberi sinyal bahwa mencabut pembatasan distribusi masker perusahaan akan memerlukan instruksi dari Beijing,'” tambah WSJ, menurut memo bisnis Amerika dan dokumen diplomatik AS.
Fakta bahwa pemerintah Presiden Xi Jinping tampaknya mengontrol pengiriman akan menambah kepahitan yang sudah menggantung antara Beijing dan Washington, tulis Asia Times.
Awal pekan ini, Trump mengumumkan bahwa ia akan menunda pendanaan untuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setelah menuduh badan tersebut terlibat dalam upaya menutup-nutupi oleh China ketika wabah itu muncul di Wuhan, ibu kota provinsi Hubei, pada Desember 2019.
Pekerja medis yang mengenakan pakaian pelindung menari bersama para pasien di dalam Wuhan Parlor Convention Center yang telah diubah menjadi rumah sakit darurat setelah wabah virus corona baru di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, 15 Februari 2020. (Foto: Reuters/China Daily)
Pendanaan
AS menyumbangkan US$893 juta kepada WHO antara 2018 hingga 2019, atau 14,67 persen dari total pendanaannya, dibandingkan dengan US$86 juta, atau hanya 0,21 persen, situs web organisasi tersebut menunjukkan.
“WHO mendorong informasi yang salah tentang virus itu oleh China,” ucap Trump pada konferensi media Gedung Putih, Selasa (14/4).
“Kami belum diperlakukan dengan baik,” imbuhnya, seraya menambahkan bahwa masa penangguhan akan berlangsung hingga 90 hari.
Trump juga mempertanyakan transparansi China atas pandemi COVID-19 dan mempertanyakan jumlah infeksi negara itu, yang mencapai 82.341 bersamaan dengan angka kematian 3.342.
Selain itu, komentarnya menyusul ucapannya selama berminggu-minggu yang merujuk penyakit yang sangat menular itu sebagai “virus China”.
“Apakah Anda benar-benar percaya angka-angka itu di negara besar yang disebut China ini?” Trump mengatakan pada konferensi pers. “Kami melaporkan semuanya, kami melaporkan kasus dan pelaporan kami baik. Kami melaporkan setiap kematian.”
Secara alami, ucapannya memancing tanggapan marah dari media China. Hu Xijin, editor berpengaruh dari tabloid yang dikelola pemerintah, Global Times, berpendapat bahwa Trump bermain untuk para pendukungnya menjelang pemilihan presiden tahun ini.
“Fox News menerbitkan laporan konyol yang mengklaim COVID-19 berasal dari laboratorium Wuhan. Presiden Trump membantu menghebohkan kisah ini untuk mengalihkan perhatian publik. Ini trik kotor. Trump akan lebih jauh mengeksploitasi topik China untuk kampanye pemilihannya kembali,” cuit Hu, meskipun Twitter dilarang di ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Kekhawatiran
Meski begitu, laporan Wall Street Journal pasti akan memicu kekhawatiran di AS dan menambah kekhawatiran yang berkembang tentang diplomasi masker wajah China.
Pengiriman bantuan ke Eropa pada awalnya dipuji oleh Italia, Spanyol, Belanda, Slovakia, Hungaria, dan Republik Ceko. Namun berdasarkan berbagai negara, alat tes virus itu telah gagal untuk memenuhi standar regional, dinukil dari Asia Times.
Otoritas kesehatan di Spanyol, Republik Ceko, Slovakia, Turki, dan Inggris telah mengeluhkan antigen yang salah, atau tes antibodi virus corona, yang dibeli jutaan dolar dari perusahaan China.
Di Belanda, pemerintah berencana mengembalikan 600.000 masker wajah karena filter yang tidak memadai, menurut laporan media.
“Kita harus sadar ada komponen geopolitik, termasuk perjuangan untuk pengaruh, melalui pemintalan dan politik kemurahan hati. Berbekal fakta, kita perlu mempertahankan Eropa dari para penentangnya,” Josep Borrell, seorang pejabat senior kebijakan luar negeri Uni Eropa, mengatakan dalam sebuah blog, merujuk pada China.
Namun Wall Street Journal melaporkan bahwa pasokan medis penting bagi AS yang sedang diblokir oleh Beijing bisa menjadi percikan yang meledakkan mitos diplomasi masker wajah China.