Global

9 Momen ketika Dunia Hampir Terjerumus Perang Nuklir

Ledakan Bom Nuklir Hiroshima, Jepang pada 6 Agustus 1945. (Foto: NUR Photo/Richard Atrero de Guzman)
Berita Internasional > 9 Momen ketika Dunia Hampir Terjerumus Perang Nuklir
Advertisements

Serangan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki di Jepang pada Agustus 1945 menandai berakhirnya Perang Dunia II dan dimulainya era senjata nuklir. Selama Perang Dingin, kebijakan kepastian yang saling menghancurkan (MAD) antara Amerika Serikat dan Uni Soviet berarti bahwa jika salah satu negara menggunakan senjata nuklir terhadap negara lain, tanggapan yang sama akan diberikan sesegera mungkin.

Selama Perang Dingin dan beberapa kesempatan setelahnya, dunia terpaksa menahan napas seiring kedua negara adidaya itu mendekati perang nuklir. Berikut ini Business Insider menyusun daftar sembilan momen ketika dunia nyaris berada di ambang perang nuklir, tetapi berhasil lolos:

Baca juga: Fasilitas Nuklir Yongbyon Aktif Lagi: Korea Utara Berulah Lagi?

1. 5 Oktober 1960: ketika Bulan dikira rudal

Radar peringatan dini dengan cepat menjadi salah satu alat terpenting di era nuklir. Berbagai stasiun radar Amerika Serikat dibangun di seluruh dunia dengan harapan mereka akan mendeteksi rudal Uni Soviet yang menyerang masuk, untuk memperingatkan daratan AS akan adanya serangan dan memungkinkan presiden AS memberikan tanggapan segera.

Pada 5 Oktober 1960, salah satu peringatan semacam itu dikeluarkan dari stasiun radar peringatan dini yang baru dibangun di Thule, Greenland (sekarang disebut Qaanaaq). Puluhan rudal dilaporkan terdeteksi dan pada satu titik dilaporkan akan mencapai AS dalam waktu 20 menit.

Kepanikan terjadi di Markas Komando Pertahanan Dirgantara Amerika Utara (NORAD) di Colorado. NORAD pun berada pada tingkat siaga tertinggi. Kepanikan itu berhenti ketika menyadari bahwa Perdana Menteri Uni Soviet Nikita Khrushchev sedang mengunjungi New York pada saat itu. Penyelidikan kemudian menemukan bahwa radar telah salah mengira Bulan yang terbit di atas Norwegia sebagai rudal Soviet.

2. 24 November 1961: satu sakelar sebabkan kesalahan mekanis

Lebih dari setahun kemudian, Markas Komando Udara Strategis (SAC) di Omaha, Nebraska kehilangan kontak dengan stasiun radar Thule. Para pejabat SAC kemudian mencoba menghubungi markas NORAD di Colorado, tetapi saluran tersebut dilaporkan mati. Sebelumnya telah dipastikan hanya ada kemungkinan sangat rendah akan matinya komunikasi Thule dan NORAD karena kerusakan teknis, sehingga SAC percaya bahwa sebuah serangan akan segera terjadi.

Seluruh pasukan siaga SAC diperintahkan untuk bersiap lepas landas, tetapi krisis dapat dicegah ketika sebuah pesawat pengebom AS berhasil melakukan kontak dengan Thule dan memastikan tidak ada serangan yang sedang berlangsung. Belakangan diketahui bahwa satu sakelar yang tidak berfungsi telah mematikan semua komunikasi, bahkan saluran komunika darurat antara SAC, Thule, dan NORAD.

3. 25 Oktober 1962: beruang nyaris picu Krisis Rudal Kuba

Krisis Rudal Kuba mungkin adalah kondisi krisis nyaris perang nuklir global yang pernah terjadi di dunia. Ada empat kejadian khusus yang menonjol selama peristiwa 13 hari itu, yang pertama terjadi pada 25 Oktober 1962. Ketegangan sudah tinggi selama krisis. Militer AS ditempatkan dalam status DEFCON 3, dua langkah menuju perang nuklir sebenarnya.

Tepat setelah tengah malam pada 25 Oktober, seorang penjaga di Duluth Sector Direction Center di Minnesota melihat sosok yang mencoba memanjat pagar di sekitar fasilitas tersebut. Penjaga itu khawatir sosok tersebut adalah pelaku sabotase Uni Soviet, lantas menembaknya dan mengaktifkan alarm sabotase.

Kejadian itu memicu alarm serangan udara berbunyi di semua pangkalan udara di wilayah tersebut. Para pilot di Volk Field di negara bagian tetangga Wisconsin menjadi panik, karena mereka tahu bahwa tidak ada uji coba atau latihan yang akan dilakukan saat militer berada di status DEFCON 3.

Para pilot telah diperintahkan bergegas menuju pesawat pencegat F-106A bersenjata nuklir mereka dan meluncur di landasan pacu ketika muncul kepastian bahwa alarm itu salah. Mereka dihentikan oleh sebuah mobil yang melaju ke lapangan terbang untuk menyuruh para pilot berhenti. Penyusup itu ternyata merupakan seekor beruang.

4. 27 Oktober 1962: kapal selam Soviet nyaris luncurkan torpedo nuklir

Dua kejadian terjadi pada hari yang sama, 27 Oktober 1962, bisa dibilang hari paling berbahaya dalam sejarah. Tanggal 27 Oktober pagi, sebuah pesawat pengintai U-2F ditembak jatuh oleh Uni Soviet saat berada di atas Kuba hingga menewaskan pilotnya, menyebabkan ketegangan meningkat ke titik tertinggi.

Belakangan, sebuah kapal selam Soviet B-59 terdeteksi mencoba mendobrak blokade yang didirikan Angkatan Laut Amerika Serikat di sekitar Kuba. Kapal perusak USS Beale menjatuhkan muatan latihan dalam upaya membuat kapal selam itu menuju permukaan.

Kapten kapal selam B-59 Valentin Savitsky mengira kapal selam itu sedang diserang, lantas memerintahkan untuk mempersiapkan torpedo nuklir kapal selam untuk diluncurkan ke kapal induk Amerika USS Randolf.

Ketiga perwira senior di kapal selam B-59 harus menyetujui peluncuran sebelum itu dilakukan. Untungnya, komandan kedua B-59 Vasili Arkhipov tidak setuju dengan dua rekannya yang lain, kemudian meyakinkan kapten untuk muncul ke permukaan dan menunggu perintah dari Moskow.

Detonasi perangkat nuklir ‘Ivy Mike’ selama Operation Ivy, 1952. Bom Hidrogen yang diuji coba pertama kali oleh Amerika Serikat. (Foto: Corbis via Getty Images)

Baca juga: Tong Kosong, Israel Punya Nyali Serang Fasilitas Nuklir Iran?

5. 27 Oktober 1962: Angkatan Udara AS kerahkan jet tempur bersenjata nuklir

Menurut daftar Business Insider atas sembilan nyaris kejadian kiamat nuklir, pada hari yang sama, para pilot Angkatan Udara AS hampir menyebabkan Perang Dunia III pecah di Laut Bering, badan air antara Alaska dan Rusia. Sebuah pesawat pengintai U-2 Angkatan Udara AS sedang dalam perjalanan ke Kutub Utara untuk misi pengambilan sampel udara. Rencana mata-mata itu secara tidak sengaja melintasi wilayah udara Soviet dan kehilangan jejak lokasinya, menghabiskan 90 menit di daerah tersebut sebelum berbelok ke Timur untuk bergegas pergi.

Saat manuver itu dilakukan, setidaknya enam pesawat tempur MiG dikirim untuk menembak jatuh U-2 yang tengah terbang memasuki wilayah udara Soviet tanpa izin. Komando Udara Strategis (SAC) yang khawatir tentang kemungkinan kehilangan U-2 lantas mengirim pesawat pencegat F-102 Delta Daggers yang dipersenjatai dengan rudal udara-ke-udara Falcon berkemampuan nuklir.

Setelah mengetahui situasinya, Menteri Pertahanan AS Robert McNamara dilaporkan berteriak “ini berarti perang dengan Uni Soviet!”. Presiden AS John F. Kennedy dilaporkan mengatakan bahwa “selalu ada bajingan yang tidak mengerti”. Untungnya, F-102 tidak pernah berhadapan dengan MiG dan akhirnya berhasil mengawal U-2 kembali ke Alaska.

6. 28 Oktober 1962: operator radar bingung atas satelit asing

Satu hari setelah peristiwa U-2 tersebut, operator radar di Moorestown, New Jersey melaporkan ke markas NORAD sebelum jam 9.00 pagi bahwa rudal nuklir Uni Soviet sedang dalam perjalanan dan diperkirakan menyerang tepat pukul 9.02 di dekat Tampa, Florida. Semua jajaran NORAD segera disiagakan dan dikerahkan untuk merespon, tapi waktu berlalu tanpa adanya ledakan, menyebabkan NORAD menunda tindakan apa pun.

Belakangan diketahui bahwa operator radar Moorestown bingung karena fasilitas tersebut menjalankan rekaman uji yang menayangkan simulasi peluncuran rudal dari Kuba ketika sebuah satelit tiba-tiba muncul di cakrawala.

Radar tambahan tidak beroperasi pada saat itu, sementara operator Moorestown tidak diberi tahu bahwa satelit itu muncul karena fasilitas yang menangani operasi semacam itu sedang melakukan pekerjaan lain yang terkait dengan situasi di Kuba.

7. 9 November 1979: latihan militer nyaris berubah jadi serangan sungguhan

Pukul 3.00 pagi tanggal 9 November 1979, komputer di markas NORAD menyala dengan peringatan bahwa ribuan rudal nuklir telah diluncurkan dari kapal selam Uni Soviet dan menuju ke Amerika Serikat. SAC segera disiagakan dan kru rudal AS berada pada tingkat siaga tertinggi, sementara pesawat pengebom nuklir sedang bersiap untuk lepas landas.

National Emergency Airborne Command Post, pesawat yang seharusnya membawa presiden selama serangan nuklir untuk memastikan komandonya atas persenjataan nuklir, bahkan telah lepas landas, meski tanpa Presiden AS Jimmy Carter di dalamnya.

Penasihat Keamanan Nasional AS Zbigniew Brzezinski mengetahui bahwa waktu pengambilan keputusan presiden adalah antara tiga hingga tujuh menit, jadi memutuskan untuk menunda memberi tahu Carter untuk benar-benar yakin ada ancaman nyata.

Enam menit kekhawatiran ekstrem berlalu. Satelit memastikan bahwa tidak ada serangan yang terjadi. Belakangan diketahui, seorang teknisi secara tidak sengaja memasukkan rekaman pelatihan yang melakukan simulasi skenario seperti itu ke salah satu komputer.

Marshall Shulman, saat itu penasihat senior Departemen Luar Negeri AS, dilaporkan mengatakan dalam surat yang sekarang telah diungkapkan yang pernah disebut Sangat Rahasia bahwa “peringatan palsu semacam itu bukanlah kejadian yang langka. Ada rasa puas diri saat menangani hal-hal yang mengganggu saya”.

8. 26 September 1983: taruhan bersejarah kolonel Soviet

Tepat setelah tengah malam pada 26 September 1983, operator satelit Uni Soviet di bunker Serpukhov-15 di selatan Moskow mendapat peringatan bahwa rudal nuklir Minuteman Amerika Serikat telah diluncurkan. Selanjutnya, empat rudal berikutnya dilaporkan terdeteksi. Ketegangan antara AS dan Uni Soviet memanas di awal bulan ketika Soviet menembak jatuh pesawat komersil Korean Air Lines Flight 007 dekat Pulau Sakhalin, menewaskan semua 269 orang di dalamnya termasuk anggota Kongres AS Larry McDonald.

Komandan di bunker Stanislav Petrov harus memberi tahu atasannya tentang peluncuran tersebut, sehingga dapat segera dibuat tanggapan yang tepat. Kebijakan Soviet saat itu menyerukan serangan balasan habis-habisan. Mengetahui hal tersebut, Petrov memutuskan untuk tidak memberi tahu atasannya.

“Apa yang harus saya lakukan hanyalah meraih telepon untuk melakukan sambungan langsung ke komandan tertinggi kami, tetapi saya tidak bisa bergerak. Saya merasa seperti sedang duduk di atas wajan panas,” kenang Petrov tentang kejadian itu.

Petrov beralasan bahwa jika AS menyerang Soviet dengan senjata nuklir, mereka akan mengirim ratusan rudal, bukan hanya lima. Namun, Petrov tidak memiliki cara untuk mengetahui apakah dia benar sampai cukup waktu yang berlalu, saat bom nuklir dapat mencapai target mereka, bisa dibilang membuat keputusannya sebagai pertaruhan terbesar dalam sejarah manusia.

Setelah 23 menit, teori Petrov bahwa itu adalah alarm palsu segera dikonfirmasi. Belakangan diketahui bahwa satelit Soviet telah salah mengira sinar matahari yang terpantul di atas awan sebagai rudal.

9. 25 Januari 1995: Uni Soviet masih diselimuti kekhawatiran nuklir

Dilansir dari Business Insider, empat tahun setelah Uni Soviet bubar, Presiden pertama Federasi Rusia Boris Yeltsin hampir memulai perang nuklir. Radar peringatan dini Rusia mendeteksi peluncuran rudal dengan karakteristik yang mirip dengan rudal Trident yang diluncurkan kapal selam di lepas pantai Norwegia.

Rudal yang terdeteksi sebenarnya adalah roket ilmiah Norwegia Black Brant yang sedang dalam misi mempelajari aurora borealis. Otoritas Norwegia telah memberi tahu Kremlin tentang peluncuran tersebut, tetapi operator radar tidak diberi tahu.

Yeltsin segera diberi Cheget, koper kendali nuklir versi Rusia (yang terkadang dikenal sebagai Football) dan kode peluncuran untuk persenjataan rudal Rusia. Kapal selam Rusia juga segera disiagakan. Untungnya, keyakinan Yeltsin bahwa itu adalah alarm palsu terbukti benar, sementara satelit Rusia mengonfirmasi bahwa tidak ada aktivitas dari situs rudal Amerika Serikat.

 

Penerjemah: Fadhila Eka Ratnasari

Editor: Aziza Larasati

Keterangan foto utama: Ledakan Bom Nuklir Hiroshima, Jepang pada 6 Agustus 1945. (Foto: NUR Photo/Richard Atrero de Guzman)

9 Momen ketika Dunia Hampir Terjerumus Perang Nuklir

BERLANGGANAN

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top