Meskipun masih dini, pandemi virus corona dapat membentuk masa depan politik dan ekonomi negara dengan cara yang tak biasa.
Pekan lalu, Perdana Menteri Timor-Leste menarik pernyataan pengunduran dirinya, dengan alasan perlu ada kesinambungan dalam kepemimpinan politik negara saat harus memerangi pandemi virus corona.
Sebagian ahli sendiri sepakat, virus asal Wuhan tersebut akan berdampak besar pada politik dan ekonomi negara-negara di dunia, termasuk Tmor Leste.
Seperti yang telah diungkapkan Prashanth Parameswaran di The Diplomat, sementara Timor-Leste telah membuat kemajuan menuju pembangunan kembali di beberapa bidang sejak meraih kemerdekaan pada 2002 melawan kolonialisme, negara itu masih menghadapi tantangan politik dan ekonomi yang signifikan. Terlebih, Timor Leste disebut-sebut menjadi salah satu negara dengan ekonomi paling miskin di dunia.
Mereka telah melewati delapan kali pemerintahan dalam waktu kurang dari dua dekade. Tantangan-tantangan itu juga tetap ada hingga 2020. Politik Timor Leste telah diselimuti ketidakpastian sejak Januari, menyusul keruntuhan koalisi pemerintahan usai kegagalannya untuk mengeluarkan anggaran di tengah pertikaian koalisi, yang membuat Perdana Menteri Taur Matan Ruak mengundurkan diri.
Sementara koalisi enam partai di Timor-Leste yang dipimpin oleh pejuang kemerdekaan dan mantan perdana menteri Xanana Gusmao, berpotensi membentuk pemerintahan baru, rakyat tetap harus berperang melawan kecemasan terhadap wabah COVID-19.
Walaupun virus ini belum memengaruhi Timor-Leste secara signifikan, ada kekhawatiran tentang meningkatnya kasus dan bagaimana ekonomi Dili yang sangat bergantung pada hidrokarbon akan dipengaruhi oleh virus tersebut. Oleh sebab itu, sebagai langkah antisipasi, pemerintah menggagas langkah-langkah termasuk keadaan darurat, menggelontorkan dana sebesar US$250 juta untuk memerangi virus, karantina selektif, dan pengawasan ketat.
Minggu lalu, The Diplomat melihat indikasi yang lebih langsung tentang bagaimana COVID-19 memengaruhi Timor-Leste ketika perdana menteri menganulir pengunduran dirinya. Ruak, yang sebelumnya mengundurkan diri mengatakan, dia sekarang setuju untuk tetap bertahan sampai pemerintah baru berhasil dibentuk.
“Saya menarik pengajuan pengunduran diri saya … karena saya pikir dalam situasi seperti ini, negara membutuhkan kita semua, terutama saya sebagai perdana menteri,” katanya kepada wartawan, setelah bertemu Presiden Francisco Guterres.
Selanjutnya, melalui video yang disiarkan langsung di Facebook, Guterres mengatakan dia berkompromi, mengingat “situasi sulit yang mereka hadapi saat ini.”
Sampai sekarang, bagaimana tepatnya ini akan memengaruhi politik negara masih harus dilihat.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, virus ini belum berdampak signifikan terhadap Timor-Leste, membuatnya sulit untuk memperkirakan berapa lama pengunduran diri Ruak akan bertahan dan bagaimana hal itu dapat berdampak pada situasi politik yang lebih luas.
Di sisi lain, Gusmao juga telah memberikan komentarnya sendiri tentang virus tersebut.
Lebih luas lagi, dinamika koalisi juga rapuh dan tidak jelas. Sementara koalisi enam partai Gusmao siap membentuk pemerintah, ada juga upaya paritas lain yang dilaporkan untuk membentuk kembali pemerintah minoritas. Pun, opsi untuk menyelesaikan kebuntuan politik saat ini telah dibatasi oleh situasi COVID-19 yang sedang berlangsung.
Meskipun demikian, mengingat ketidakstabilan politik negara dalam beberapa tahun terakhir serta kerapuhan dinamika koalisi saat ini, Ruak mencabut pengunduran diri, melewati COVID-19 di Timor-Leste, dan implikasi politik dan ekonomi yang lebih luas akan terus menjadi hal yang penting untuk diperhatikan.
Penerjemah: Desi Widiastuti
Editor: Purnama Ayu Rizky
Keterangan foto utama: Timor Timur atau Timor Leste, yang memperoleh kemerdekaan pada tahun 2002 dari Indonesia, terletak di antara Timor Barat Indonesia dan Papua. (Foto: Istimewa)