Ramah lingkungan, menekan kemacetan kota, hingga diklaim bisa menghindari pelecehan seksual.
Sampah di Surabaya, Jawa Timur, yang saban harinya terkumpul hingga 1.600 ton pada 2019, membuat pemerintah setempat bikin terobosan anyar. Pada April 2018, di bawah kepemimpinan Risma Wali Kota Surabaya, diluncurkan lah program Bus Suroboyo yang alih-alih dibayar dengan uang, tiketnya justru berupa sampah plastik. Untuk sekali jalan, setiap penumpang mesti menukarkan 10 gelas air kemasan plastik, atau 5 botol air kemasan plastik ukuran sedang, bisa juga dengan 3 botol air kemasan plastik ukuran besar.
Cara lain untuk melakukan pembayaran, yakni dengan menyetor sampah di Terminal Purabaya. Oleh petugas, penumpang lantas bakal diberikan stiker yang setara dengan jumlah setoran.
“Saya tadi bawa hampir sekarung. Ditukar di tempat penukaran di Terminal Purabaya tadi saya dapat lima stiker tiket,” ungkap Khomsah, salah seorang penumpang Bus Suroboyo kepada BBC Indonesia.
Khomsah sendiri mengapresiasi moda transportasi gres Surabaya tersebut. Menurutnya, layanan transportasi ini relatif baik dan bus yang dioperasikan pun nyaman.
Positifnya animo warga diamini oleh Anggun, salah satu petugas Bus Suroboyo. Ia menuturkan, dari 40 kursi yang tersedia, setiap hari selalu penuh. Sehingga, ada sampai 16 penumpang lainnya terpaksa berdiri.
“Pada hari-hari libur lebih banyak lagi peminatnya. Untuk tarif bus kita kan enggak pakai uang, makanya penumpang suka. Yang unik, beberapa keluarga berangkat dari Terminal Purabaya dan turun lagi di Terminal Purabaya. Jadi naik bus untuk sekadar rekreasi,” ujar Anggun lagi kepada sumber yang sama.
Besarnya animo warga ini membuat Dinas Perhubungan berinisiatif mengembangkan trayek dari sisi barat ke timur Surabaya. Sebelumnya, Bus Suroboyo hanya melayani trayek dari sisi selatan menuju kawasan utara kota. Armada bus pada 2018 berjumlah 10 unit dan terus ditambah 10 unit lagi pada akhir tahun lalu.
Kepala Dishub Kota Surabaya, Irvan Wahyu Drajad, berujar kepada BBC Indonesia, layanan Bus Suroboyo yang dirintis Wali Kota Tri Rismaharini ini adalah ikhtiar untuk menggabungkan kebutuhan transportasi massal dengan program ramah lingkungan.
“Ya ini bertahap, karena tidak mungkin orang langsung mau berpindah kebiasaan. Kita gratiskan dengan kita sisipkan program lingkungan, membayar dengan sampah plastik. Agar masyarakat juga tahu, sampah plastik ini merupakan kontribusi pencemar lingkungan yang cukup besar. Dan kita juga ditarget untuk menurunkan penggunaan plastik,” tukas Irvan Wahyu Drajad.
Di tempat terpisah, Risma menuturkan, Bus Suroboyo sedari awal diharapkan mampu mengurai arus kemacetan di Surabaya. Terlebih, volume kendaraan di kota ini kian meningkat dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu, transportasi massal merupakan alternatif yang dinilai tepat mengurangi kepadatan kendaraan.
“Perbandingan kendaraan pribadi dengan transportasi massal saat ini 75 persen dan 25 persen dan kalau sampai tembus angka 90 persen maka jalan di Surabaya akan berhenti. Idealnya 50 banding 50,” ujarnya kepada Detik saat pertama kali bus diluncurkan.
Bus ini sendiri mempunyai kapasitas hingga 67 penumpang. Setiap hari, jam operasional bus dimulai pada pukul 06.00 hingga 22.00 WIB.
Bus yang berukuran 2,4 meter (lebar) dan 12 meter (panjang) ini menurut Merdeka, memiliki fitur yang unik. Warna kursi untuk penumpang perempuan dan laki-laki dibedakan. Penumpang perempuan mendapat jatah kursi berwarna merah muda dan berada di bagian depan. Sementara, kursi untuk penumpang laki-laki berwarna jingga dan berada di bagian belakang. Dengan pembedaan warna dan letak kursi, dimaksudkan demi meminimalkan tindak pelecehan seksual di dalam bus.