Global

Gempa Dahsyat Yunani-Turki Dipicu Kekuatan Tektonik Liar Laut Aegea

Berita Internasional > Gempa Dahsyat Yunani-Turki Dipicu Kekuatan Tektonik Liar Laut Aegea

Gempa di Yunani dan Turki dengan magnitudo 7 terjadi di kawasan dengan gerakan geologis yang kompleks, di mana beberapa lempeng tektonik memecahkan permukaan saat mereka berdesakan untuk mencari posisi.

Pada Jumat (30/10), ketika gempa bumi dengan magnitudo 7 melanda bagian bawah Laut Aegea, puluhan bangunan runtuh dan air mengalir ke jalanan di kota pesisir Izmir di Turki dan di Pulau Samos, Yunani, National Geographic melaporkan. Sedikitnya 14 orang tewas dan lebih dari 400 orang mengalami luka-luka.

Kawasan itu tidak asing dengan gempa bumi. Sejumlah besar kehancuran tektonik kerap tercatat sejak berabad-abad lalu. Meski banyak tempat yang rawan gempa di seluruh dunia dapat melacak aktivitas seismik mereka hanya pada pertemuan dua lempeng tektonik utama, situasinya jauh lebih kacau di sekitar Laut Aegea. Sumber dari semua guncangan itu justru merupakan teka-teki geologi yang rumit yang membentuk wilayah itu, yang menembus jaringan patahan.

“Ini jelas merupakan salah satu kawasan paling kompleks di dunia,” tutur Joao Duarte, ahli geologi kelautan dari Instituto Dom Luiz di Universitas Lisbon, Portugal.

Dilansir dari National Geographic, kompleksitas tektonik di balik peristiwa gempa bumi baru-baru ini mempersulit upaya untuk memahami bahaya di kawasan tersebut, menurut Laura Gregory, peneliti gempa bumi di Universitas Leeds, Inggris.

“Tidak ada satu penyebab kesalahan besar yang dapat kami fokuskan, tetapi banyak patahan terletak di wilayah yang sangat luas, yang sebagian besar dapat menyebabkan gempa bumi dahsyat seperti belakangan ini,” katanya kepada National Geographic melalui pesan langsung di Twitter.

Banyaknya pergeseran lempeng tektonik dan gaya seismik lainnya berperan utama di wilayah itu dalam menimbulkan gempa bumi yang sering terjadi. Gempa dengan perkiraan magnitudo 7 sebelumnya melanda dekat Kota Izmir pada 1688. Gempa tersebut mengubah bentang alam sedemikian rupa sehingga permukaan tanahnya turun lebih dari satu kaki, sementara bangunan yang berguncang roboh dan kebakaran yang disebababkan akhirnya menewaskan hingga 16 ribu orang.

Pada 1903, gempa bumi dengan magnitudo 8,2 melanda di dekat Pulau Kythira, Yunani, yang merupakan salah satu gempa Mediterania terbesar yang tercatat oleh instrumen seismik modern. Antara 1993 dan 1999, beberapa gempa dahsyat yang lebih besar dari magnitudo 7 melanda sepanjang zona utara lempeng Anatolia, segmen tektonik utama yang terletak di bawah Turki.

Secara geologis, wilayah itu terjepit di antara zona pertemuan lempeng Afrika, Eurasia, dan Arab. Di sebelah timur Laut Aegea, lempeng Arab bertabrakan dengan lempeng Eurasia dan mendorong serangkaian pegunungan termasuk Zagros, pegunungan yang melintasi Iran, Irak, dan Turki. Lempeng yang bertabrakan juga mengirim lempeng Anatolia ke barat, seolah-olah “didorong keluar seperti biji semangka di antara dua jari”, tandas Robert Stern, ahli tektonik di University of Texas, Amerika Serikat.

Petugas darurat dan warga setempat bahu-membahu mencari para korban dan penyintas pada Jumat, 30 Oktober 2020 di sebuah bangunan yang runtuh di Kota Izmir, Turki usai gempa bumi dahsyat melanda pesisir barat Turki dan sebagian wilayah Yunani. (Foto: Tuncay Dersinlioglu/Reuters)

Menurut catatan National Geographic, gempa bumi terbaru melanda kira-kira 21 kilometer di bawah dasar laut Aegean, sekitar 14,5 kilometer di lepas pantai Pulau Samos. Kedalaman yang relatif dangkal ini berarti bahwa guncangan kuat dirasakan di pulau Yunani dan di kota-kota di sepanjang pantai Turki. Pusat gempa berada di tepi barat lempeng Anatolia, di mana bebatuan di permukaannya tertarik kencang seperti lapisan dempul. Peregangan ini menghasilkan serangkaian retakan yang dalam di tanah, sementara gerakan di sepanjang salah satu retakan tersebut memicu gempa baru-baru ini.

Alasan mengapa wilayah itu terentang luas seperti ini “sangat diperdebatkan”, menurut Ezgi Karasozen, seismolog di Alaska Earthquake Center melalui sudrel. Penelitian doktoral Karasozen sebelumnya berfokus pada gempa bumi di Iran dan Turki. Menurutnya, kemungkinan terdapat beberapa kombinasi dari tiga kekuatan utama di belakang peregangan tersebut.

Salah satu sumbernya berasal dari efek biji semangka, yang menyebabkan apa yang disebut Karasozen sebagai “pelarian tektonik”. Saat lempeng Arab dan Eurasia yang lebih besar bergeser di sekitar lempeng Anatolia, batuan kerak akan terdorong dan tertekan.

Sumber utama peregangan lainnya dikenal sebagai slab rollback, yang terjadi ketika satu lempeng tektonik melengkung ke bawah dan ke dalam mantel, ujar Robin Lacassin dari Institut de Physique du Globe de Paris melalui pesan langsung di Twitter. Fenomena slab rollback dapat dibayangkan dengan meletakkan telapak tangan kiri secara rata di atas telapak tangan kanan dan perlahan menekuk jari-jari tangan kanan. Itulah slab yang jatuh ke belakang dan ke bawah menuju ke bagian dalam.

Gerakan ini menarik lempeng di atasnya. Hasil peregangan ini disebut “slab suction”, tandas Duarte, karena lempeng di bawahnya pada dasarnya mengisap batuan di permukaan. Proses ini terjadi saat lempeng Afrika menyelam di bawah bagian barat lempeng Anatolia di bawah Laut Aegea.

Gaya lain yang mungkin sedang bermain bisa jadi cukup sederhana: gravitasi. Bagian tengah lempeng Anatolia tebal, sehingga “segala sesuatu ingin tenggelam dan menyebar luas di sekitar tepinya”, tegas Gregory.

Para ilmuwan sekarang kebingungan dengan peristiwa terbaru ini, yang luar biasa daksyat untuk wilayah tempat gempa bumi itu melanda, tutur Karasozen. Saat para pakar memantau kemungkinan gempa bumi susulan yang terus bergemuruh, data di atas menjanjikan untuk membantu para ilmuwan di masa depan lebih memahami bahaya di dalam tektonik liar di kawasan. Hanya dengan mempelajari peristiwa masa lalu dan saat ini, National Geographic mencatat, para ilmuwan dapat berharap untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang risiko bencana di sekitar Laut Aegea dan secara potensial dapat meramalkan gempa di masa depan.

Penerjemah dan editor: Fadhila Eka Ratnasari

Keterangan foto utama: Petugas darurat dan relawan terus berupaya mencari para korban dan penyintas pada Jumat, 30 Oktober 2020 di sebuah bangunan yang runtuh di Kota Izmir, Turki usai gempa bumi dahsyat melanda pesisir barat Turki dan sebagian wilayah Yunani. (Foto: Mert Cakir/AFP/Getty Images)

Gempa Dahsyat Yunani-Turki Dipicu Kekuatan Tektonik Liar Laut Aegea

BERLANGGANAN

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top