Gencatan Senjata Natal: Perdamaian Tiba-Tiba Selama Perang Dunia I
Tentara merayakan Gencatan Senjata Perang Dunia I pada bulan November 1918. (Foto: Time Life Pictures/US Army Signal Corps/The LIFE Picture Collection/Getty Images)
Berita Internasional > Gencatan Senjata Natal: Perdamaian Tiba-Tiba Selama Perang Dunia I
Gencatan senjata Natal pernah terjadi pada Perang Dunia I. Gencatan senjata itu terjadi secara tiba-tiba selama perang bagaikan sihir.
Natal, 1914. Perang Dunia Pertama telah dimulai hanya beberapa bulan sebelumnya pada 28 Juli 1914. Penyebab langsung perang itu adalah pembunuhan Archduke Ferdinand dan istrinya oleh seorang remaja nasionalis Serbia. Namun, asal-usul perang itu memiliki akar yang lebih dalam.
Empat belas tahun sebelumnya, Ferdinand memilih untuk menikahi Sophie Chotek, meskipun ditentang oleh pamannya, Kaisar Austro-Hongaria Franz Josef, yang menolak untuk menghadiri pernikahan mereka. Sophie berasal dari keluarga bangsawan Ceko yang tidak dikenal, dan bukan dari dinasti Eropa yang sebelumnya memerintah.
“Sekalipun menikah tanpa restu, Ferdinand tetap menjadi pewaris Franz Josef dan Inspektur Jenderal Angkatan Darat. Dalam kapasitas itu, ia setuju untuk menghadiri serangkaian latihan militer pada Juni 1914 di Bosnia-Herzegovina. Austria-Hongaria baru saja mencaplok provinsi-provinsi ini beberapa tahun sebelumnya, menentang keinginan Serbia, yang juga mengidam-idamkan provinsi-provinsi itu.” (Sumber: History.com)
Bahkan setelah menerima beberapa peringatan untuk membatalkan perjalanan dan mengetahui bahaya yang menunggu, Ferdinand tetap melakukan perjalanan ke Bosnia-Herzegovina. Saat melewati Sarajevo dengan iring-iringan mobil, Ferdinand lolos dari ledakan bom. Namun, alih-alih segera melarikan diri dari Sarajevo, ia memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya sesuai rencana awal. Dengan iring-iringan mobil yang sama, ia pergi mengunjungi korban bom hari sebelumnya yang dirawat di rumah sakit. Sayangnya, iring-iringan mobilnya salah belok dan menyebabkan kebingungan, yang membawanya ke dalam jangkauan Gavrilo Princip (19 tahun). Princip, yang merupakan orang Serbia, menembak Ferdinand dan istrinya. (Sumber: History.com)
Di hari yang sama, 28 Juli, Austria-Hongaria menyatakan perang terhadap Serbia. Dalam beberapa hari, aliansi antar-negara diaktifkan dan mereka menyatakan perang terhadap satu sama lain. Pada Agustus 1914, Jerman, Rusia, Belgia, Inggris, dan Jepang memasuki perang. Pada November, Rusia, Serbia, Inggris, dan Prancis mendeklarasikan perang terhadap Kekaisaran Ottoman.
Pada 1915, Italia mendeklarasikan perang terhadap Austria-Hongaria, Kekaisaran Ottoman, dan Jerman. Bulgaria mendeklarasikan perang terhadap Serbia dan kemudian, Inggris, Prancis, Rusia, dan Italia mendeklarasikan perang terhadap Bulgaria. Pada 1916, Portugal dan Romania memasuki perang. Pada 6 April 1917, AS menyatakan perang terhadap Jerman. Beberapa hari kemudian, China menyatakan perang terhadap Jerman. Pada 7 Desember, AS menyatakan perang terhadap Austria-Hongaria. (Sumber: familytreemagazine.com)
Pada akhirnya, lebih dari 100 negara terlibat dalam perang.
Jenderal Weygand, Laksamana Wemyss, dan Marshall Foch setelah menandatangani gencatan senjata dengan Jerman untuk menandai berakhirnya Perang Dunia I. (Foto: Universal History Archive/UIG/Getty Images)
Tak lama setelah perang dimulai, “Paus Benediktus XV, yang menjabat pada September itu, menyerukan gencatan senjata Natal, sebuah gagasan yang secara resmi ditolak. Namun, tampaknya kesengsaraan hidup sehari-hari di parit medan perang yang dingin dan basah, sudah cukup untuk memotivasi pasukan untuk memulai gencatan senjata sendiri. Sampai saat ini para sejarawan terus berdebat mengenai hal-hal spesifik seputar peristiwa ini: tidak ada yang tahu di mana gencatan senjata itu dimulai atau bagaimana penyebarannya, bahkan mungkin gencatan senjata itu tiba-tiba terjadi begitu saja seperti sihir. Namun demikian, sekitar dua pertiga pasukan (sekitar 100.000 orang) diyakini telah berpartisipasi dalam gencatan senjata legendaris itu.” (Sumber: time.com)
“Tahun berikutnya, beberapa unit mengatur gencatan senjata, tetapi gencatan senjata itu hampir tidak seluas yang terjadi pada 1914; ini sebagian disebabkan oleh perintah dari komando tinggi kedua belah pihak yang melarang gencatan senjata. Tentara tidak lagi setuju untuk melakukan gencatan senjata pada 1916. Perang menjadi semakin pahit setelah kerugian manusia yang sangat besar yang diderita selama pertempuran di Somme dan Verdun dan penggunaan gas beracun.
“Gencatan senjata itu tidak unik untuk periode Natal, dan mencerminkan suasana hidup dan membiarkan hidup”, di mana infanteri yang dekat akan berhenti berperilaku agresif dan menjalin pertemanan, mengobrol, atau merokok bersama. Di beberapa lokasi, kadang-kadang ada gencatan senjata yang memungkinkan tentara untuk mengevakuasi kawan yang terluka atau tewas. Di lokasi lain, ada kesepakatan diam-diam untuk tidak menembak, sementara para tentara beristirahat atau berolahraga.”
“Gencatan senjata Natal sangat signifikan karena jumlah orang yang terlibat dan tingkat partisipasi mereka―bahkan di lokasi yang sangat damai, puluhan pria yang berkumpul secara terbuka di siang hari sungguh luar biasa―dan sering dipandang sebagai momen simbolis perdamaian dan kemanusiaan di tengah-tengah salah satu peristiwa paling kejam dalam sejarah manusia.” (Sumber: wikipedia.org)
Perkiraan korban Perang Dunia Pertama adalah 40 juta jiwa, di mana setengahnya adalah korban tewas, 10 juta warga sipil, dan 10 juta personel militer.
Seandainya Gencatan Senjata Natal terus berlaku dan prinsip “hidup dan membiarkan hidup” dibiarkan terwujud, banyak korban luka, tewas, dan kehancuran yang dapat dihindari.
Seperti yang ditekankan Richard Czaplinski, Presiden Will Miller Green Mountain Veterans For Peace Chapter 57, di Rutland Herald, meninjau sejarah Perang Dunia Pertama dan sejarah perang serupa merupakan hal yang penting. Peninjauan sejarah semacam itu akan mengungkap kebodohan perang yang ekstrem, serta kematian dan kehancuran yang terjadi kemudian.
Kita semua hidup bersama di dunia ini. Maka dari itu, menurut Czaplinski, kita harus berusaha sebaik mungkin untuk menghindari perang dengan mendedikasikan diri kita sepenuhnya untuk tujuan perdamaian, di dalam diri kita sendiri, di komunitas kita, dan di dunia.
Penerjemah: Nur Hidayati
Editor: Aziza Fanny Larasati
Keterangan foto utama: Tentara merayakan Gencatan Senjata Perang Dunia I pada bulan November 1918. (Foto: Time Life Pictures/US Army Signal Corps/The LIFE Picture Collection/Getty Images)
Gencatan Senjata Natal: Perdamaian Tiba-Tiba Selama Perang Dunia I