Ketegangan Saudi-Iran
Timur Tengah

Hadapi Kebuntuan Diplomatik, Ketegangan Saudi-Iran Menuju Bahaya

Asap terlihat setelah kebakaran di sebuah pabrik Aramco di Abqaiq. (Foto: Reuters)
Berita Internasional > Hadapi Kebuntuan Diplomatik, Ketegangan Saudi-Iran Menuju Bahaya

Ketegangan Saudi-Iran semakin mendekati bahaya, seiring keduanya menghadapi kebuntuan diplomatik. Sementara Saudi waspada terhadap pertempuran, Iran tampaknya tidak tertarik pada dialog yang dapat mengganggu lingkup pengaruhnya di kawasan tersebut.

Baca juga: Trump Tambah Pasukan AS di Arab Saudi Setelah Serangan Kilang Minyak

Oleh: AFP/France24

Persaingan berbahaya antara Arab Saudi dan Iran—yang dimainkan dalam perang proksi dan penyerangan misterius—akan semakin berbahaya selama tidak ada yang mau mengalah, kata para pengamat.

Pada Beirut Institute Summit di Uni Emirat Arab (UEA) minggu ini, sesi-sesi panas yang didominasi oleh permusuhan di kawasan itu memperingatkan sengketa yang berlarut-larut di kawasan strategis tersebut, seiring Riyadh dan Teheran bersaing untuk memperoleh pengaruh.

Mantan Duta Besar AS Robert Blackwill menyesalkan fakta bahwa meskipun mendekati konfrontasi militer dalam beberapa pekan terakhir, namun keduanya “tidak secara sistematis berbicara satu sama lain untuk mengurangi perbedaan mereka”.

“Jika tidak ada diplomasi, kita akan berperang. Dan satu hal tentang perang adalah bahwa begitu perang dimulai, Anda tidak dapat selalu melihat hasilnya dan itu harus membuat kita khawatir.”

“Saya melihat minoritas di sini yang menginginkan diplomasi dengan Iran,” kata Blackwill, setelah Pangeran Turki al-Faisal yang berpengaruh, membela Arab Saudi untuk menutup pintu pembicaraan dengan Iran, menganggap Iran sebagai ancaman nyata terhadap Arab Saudi.

“Bagaimana kita bisa berdiskusi dengan rezim yang secara terbuka menyatakan bahwa mereka adalah musuh kita?” tanya Pangeran Turki, mantan kepala badan intelijen Arab Saudi, yang juga menjabat sebagai Duta Besar untuk Washington.

Riyadh—kekuatan Sunni yang menjadi tempat kelahiran Islam—telah berselisih dengan Teheran sejak revolusi Islam pada tahun 1979 mengantarkan teokrasi Syiah dan mengatur keduanya pada jalur bentrokan.

Baca juga: AS Akan Bela Sekutu Saudinya: Trump Isyaratkan Respon Militer Pasca Serangan

Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik setelah serangan pada tahun 2016 oleh para demonstran pada perwakilannya di Iran, setelah Arab Saudi mengeksekusi mati ulama Syiah yang dihormati Sheikh Nimr al-Nimr.

Tetapi perjuangan mereka selama puluhan tahun untuk mendapatkan dominasi regional telah berkobar dalam beberapa bulan terakhir, dengan serangkaian serangan terhadap infrastruktur minyak dan kapal tanker, yang telah menimbulkan kekhawatiran perang habis-habisan.

Teheran Rilis Foto-Foto Kapal Tanker Iran yang ‘Diserang’ di Teluk Persia

Iran mengatakan bahwa foto itu adalah bukti kapal tanker minyaknya diserang. (Foto: National Iranian Tanker Company)

Saling Menyalahkan

Terlepas dari keseriusan serangan-serangan tersebut—yang telah mengirimkan gelombang goncangan di pasar energi serta pelayaran global—keadaan masih tidak jelas, termasuk siapa yang harus disalahkan.

Riyadh menuduh Teheran berada di balik serangan tanggal 14 September terhadap dua fasilitas minyak besar di timur kerajaan Saudi, yang diklaim dilakukan oleh pemberontak Yaman yang didukung Iran.

Namun Arab Saudi belum mengadopsi versi Amerika yang mengklaim bahwa serangan itu diluncurkan dari wilayah Iran, dan mengatakan bahwa pihaknya menunggu kesimpulan dari penyelidikan yang dilakukan bekerja sama dengan PBB.

Posisi Riyadh tampaknya menunjukkan bahwa Saudi menghindari menyalahkan Iran secara langsung, sehingga Arab Saudi tidak diwajibkan untuk melancarkan tanggapan militer yang bisa menimbulkan dampak bencana.

Sementara itu, Teheran mengklaim bahwa kapal tanker Iran Sabiti dihantam oleh dua ledakan pada pekan lalu dari pelabuhan Saudi, Jeddah.

Baca juga: Minyak Takkan Menyulut Perang dengan Iran, tapi Jelas Membakar Situasi

Iran menuduh pemerintah asing berada di balik serangan itu, tetapi tidak menunjuk pada satu serangan tertentu. Dan perusahaan kapal itu membantah laporan bahwa serangan itu berasal dari tanah Saudi.

Pada bulan Mei, kapal Iran lainnya mogok di sekitar lokasi yang sama dan diperbaiki di Arab Saudi, di mana kapal itu ditahan sampai dibebaskan pada bulan Juli.

Insiden itu adalah yang terbaru dalam serentetan serangan di wilayah Teluk yang melibatkan Iran dan negara-negara Barat.

Washington menuduh Teheran menyerang kapal-kapal itu dengan ranjau—sesuatu yang sangat dibantah Teheran.

Sementara Saudi waspada terhadap pertempuran, Iran tampaknya tidak tertarik pada dialog yang dapat mengganggu lingkup pengaruhnya.

“Iran tidak akan pernah menerima gagasan bahwa mereka dikunci di perbatasannya,” kata Andrei Fedorov, Ketua Fund for Political Research and Consulting.

“Iran bahkan mencoba menggunakan situasi saat ini untuk meningkatkan pengaruhnya.”

Hanya Pakistan yang berusaha melakukan mediasi, di mana Perdana Menteri Pakistan Imran Khan mengunjungi kedua ibu kota dalam beberapa hari terakhir untuk mencoba menjembatani kesenjangan antara musuh-musuh bebuyutan itu.

Namun Mahmood Sariolghalam, profesor Hubungan Internasional di Universitas Nasional Iran, mengatakan bahwa tidak ada peluang untuk menyelesaikan konflik dalam waktu dekat.

“Apa yang saya pikir perlu kita lakukan adalah fokus pada manajemen konflik,” katanya.

Keterangan foto utama: Asap terlihat setelah kebakaran di sebuah pabrik Aramco di Abqaiq. (Foto: Reuters)

Hadapi Kebuntuan Diplomatik, Ketegangan Saudi-Iran Menuju Bahaya

BERLANGGANAN

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top