Transformasi Perang Myanmar di Rakhine
Asia

Hadapi Pandemi, Ramai Seruan Gencatan Senjata Konflik Myanmar

Berita Internasional > Hadapi Pandemi, Ramai Seruan Gencatan Senjata Konflik Myanmar

Meski seruan untuk gencatan senjata merupakan langkah signifikan, masih harus dilihat apakah langkah itu akan dapat dipertahankan dan dikembangkan ke arah yang positif.

Selama sepekan terakhir, kita telah mendengar seruan untuk gencatan senjata dalam konflik etnis Myanmar yang sudah berlangsung lama sebelum pandemi global virus corona muncul. Meskipun seruan ini penting, masih belum jelas apakah itu akan dipertahankan dan dikembangkan ke arah yang positif untuk mencapai evolusi perdamaian dan dinamika konflik yang lebih luas di Myanmar.

Pemerintahan di Myanmar tetap menjadi urusan yang kompleks. Dengan partai National League for Democracy (NLD) memerintah negara itu, serangkaian kelompok etnis terus terlibat dalam konflik dengan pemerintah di tengah proses perdamaian.

Konflik masih berkobar di tengah dinamika yang lebih luas pada 2020, termasuk perselisihan antara warga sipil dan militer, krisis Rohingya yang masih berlangsung, pemilu Myanmar tahun ini, dan pandemi global virus corona.

Baca Juga: Ahli: Indonesia, Myanmar, Laos Paling Tertinggal Atasi Corona

Baru-baru ini, kita telah melihat dinamika tersebut berperan terhadap seruan gencatan senjata dalam konflik etnis Myanmar. Seruan-seruan itu disampaikan setelah datangnya saran dari Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk gencatan senjata. Guterres mengkhawatirkan ancaman bersama yang ditimbulkan oleh COVID-19 yang telah menyelimuti Asia Tenggara.

COVID-19 juga dinilai hanya akan memperdalam masalah kemanusiaan yang dihadapi populasi rentan di Myanmar jika konflik terus berlanjut, terutama mengingat adanya krisis yang masih bertahan dalam beberapa tahun terakhir, termasuk krisis Rohingya.

Di Myanmar, masing-masing kelompok etnis bersenjata, termasuk Karen National Union dan Chin National Front, menyerukan gencatan senjata semacam ini. Dari komunitas internasional, ada juga seruan yang datang. Seruan publik untuk gencatan senjata telah dilayangkan oleh beberapa duta besar untuk Myanmar dari Australia, Kanada, Selandia Baru, dan beberapa negara Eropa.

Meski seruan semacam ini sejalan dengan contoh-contoh yang lebih luas yang telah kita lihat sehubungan dengan zona konflik lainnya, seruan ini bisa dibilang signifikan, menurut Prashanth Parameswaran dalam tulisannya di The Diplomat.

Jeda dalam pertempuran setidaknya akan memberikan kesempatan untuk mengelola beberapa masalah kemanusiaan, yang dipastikan akan memburuk dalam beberapa bulan mendatang, termasuk kebutuhan akan bantuan medis dan pembatasan dalam komunikasi.

Gencatan senjata juga dapat memberikan celah bagi terobosan yang lebih luas dalam pengelolaan perdamaian dan konflik secara lebih umum di negara itu, bahkan jika untuk periode sementara.

Baca Juga: Myanmar Harus Bayar Mahal untuk Krisis Rohingya

Namun, masih harus dilihat apakah langkah itu akan dapat dipertahankan dan dikembangkan secara berkelanjutan untuk perdamaian dan dinamika konflik di Myanmar. Militer Myanmar menyebut seruan itu “tidak realistis”, menunjukkan masih ada pertentangan di beberapa tempat terhadap hal ini.

Selain itu, harus dicatat, meskipun persetujuan awal terhadap gencatan senjata akan menjadi langkah ke arah yang positif, dinamika konflik etnis Myanmar yang sudah berlangsung lama (termasuk perpecahan antara kelompok etnis dan antara sipil-militer dalam pemerintahan) akan mempersulit upaya untuk mempertahankan setiap kemajuan dan mencapai perubahan signifikan.

Itu tidak berarti kita harus mengabaikan gencatan senjata ini sepenuhnya. Ini masih di tahap awal, dan kita belum melihat pendekatan pemerintah sepenuhnya berjalan karena mereka tengah menangani COVID-19.

Bahkan jika gencatan senjata nantinya tidak berhasil bertahan, seruan internasional untuk perdamaian masih dapat memengaruhi dinamika konflik. Oleh karena itu, perkembangan situasi dan kondisi perlu disimak dengan cermat pada minggu-minggu dan bulan-bulan ke depan.

 

Penerjemah: Nur Hidayati

Editor: Purnama Ayu Rizky

Keterangan foto utama: Umat Buddha Myanmar memprotes bantuan untuk Muslim Rohingya, di tengah penumpasan brutal selama tahun 2017 dan 2018. (Foto: Reuters)

Hadapi Pandemi, Ramai Seruan Gencatan Senjata Konflik Myanmar

BERLANGGANAN

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top