Muslim
Global

Haruskah Muslim Sedunia Berpuasa saat Corona?

Umat Muslim berbuka puasa di bulan Ramadan di Peshawar, Pakistan, 6 Mei 2019. (Foto: Reuters/Fayaz Aziz)
Berita Internasional > Haruskah Muslim Sedunia Berpuasa saat Corona?

Cendekiawan Islam di seluruh dunia memperdebatkan bagaimana aturan soal puasa telah berubah di tengah pandemi corona.

Ayatollah Ali Sistani, ulama Muslim paling senior di Irak, mengeluarkan putusan pada Sabtu (11/4), yang menghapuskan kewajiban puasa Ramadan bagi Muslim yang tidak bisa melakukan physical distancing atau jarak sosial.

Baca juga: Balada Sultan Brunei Tangani COVID-19: Pendekatan Islam hingga Ilmiah

Pandemi virus corona telah meredam praktik keagamaan di seluruh dunia, seiring otoritas kesehatan masyarakat melarang pertemuan besar-besaran dan kontak dekat untuk mencegah penyebaran penyakit. Namun, bulan suci Ramadan yang akan dimulai minggu depan sesuai dengan kalender Islam, menghadirkan pertanyaan terbuka lain bagi banyak ulama yang berusaha menghindari risiko kesehatan yang tidak perlu.

Menurut laporan The National Interest, Muslim umumnya berlatih menghindari makan dan minum selama siang hari sebagai bagian dari ritual Ramadan. Otoritas Muslim Shi telah mengeluarkan pengecualian terbatas pada puasa, sementara otoritas Muslim Sunni memutuskan untuk tidak mengubahnya sedikit pun.

RKUHP

Umat Muslim Indonesia beribadah salat berjamaah pada hari pertama bulan puasa Ramadhan di Masjid Istiqlal di Jakarta, Indonesia, 16 Mei 2018. (Foto: Reuters/Willy Kurniawan)

Sistani mencatat, kurangnya konsumsi air biasa dapat meningkatkan risiko terjangkit virus corona, sesuai pendapat hukum yang dikeluarkan oleh kantornya.

“Jika mereka takut tertular virus, dan mereka menghindari minum air di siang hari, mereka tidak dapat mengambil tindakan lain agar aman dari infeksi. Sehingga, (Muslim) tidak harus berpuasa,” tulis Ayatollah, sebagaimana dikutip dari The National Interest.

“Tampaknya mereka yang dapat meninggalkan pekerjaan selama bulan Ramadan dan tinggal di rumah, bisa aman dari infeksi virus, termasuk tidak perlu melepaskan kewajiban mereka untuk berpuasa.”

Dia menambahkan, “Tidak diperbolehkan untuk menghindari (puasa) kecuali untuk alasan yang nyata, dan setiap orang tahu tentang kondisinya sendiri, apakah dia memiliki alasan nyata untuk tidak berpuasa.”

Sistani memiliki banyak pengikut di kalangan Muslim Syiah di luar Irak juga.

Sementara itu, otoritas di negara tetangga Iran (rumah bagi populasi Syiah terbesar di dunia), mengisyaratkan pembebasan yang tidak terlalu luas.

Wakil Menteri Kesehatan Iran Alireza Raisi mengatakan dalam konferensi pers pada Rabu (15/4) bahwa Komite Ilmiah Markas Virus Corona Nasional akan mengumumkan keputusan puasa Ramadan dalam dua atau tiga hari ke depan.

“Beberapa hal yang telah disepakati adalah orang yang dites positif untuk virus corona dan telah menunjukkan gejala selama kurang dari dua minggu tidak diwajibkan berpuasa,” ungkapnya.

“Orang di atas usia 65 tahun atau yang memiliki kondisi mendasar yang tidak memiliki kemungkinan isolasi diri juga tidak termasuk (wajib).”

Baca juga: Cara Ibadah Baru Usai Penutupan Masjid dan Gereja se-Asia

“Ada juga sejumlah orang yang tidak memiliki hubungan dengan corona, lalu berpuasa hingga menyebabkan kerusakan serius. Juga disarankan bahwa berpuasa tidak wajib bagi mereka,” Raisi menyimpulkan. “Kami tidak memberikan keputusan agama, kami hanya membahas risiko dan bahaya, dan ulama agama mengeluarkan pendapat hukum.”

Pihak berwenang di Mesir dan Turki, yang praktiknya sangat berpengaruh di seluruh dunia Sunni, telah menyatakan, pandemi tidak berpengaruh pada kewajiban puasa bagi orang-orang kesehatan, meskipun keduanya telah melarang layanan komunal untuk menghentikan penyebaran virus.

Grand Mufti Shawki Allam yang ditunjuk pemerintah Mesir bahkan mengklaim, puasa benar-benar menambah sistem kekebalan tubuh dan membantunya melawan virus corona.

Universitas Al-Azhar, bagaimana pun, membiarkan “diskursus tetap terbuka” untuk pengecualian umum. Muslim Sunni di seluruh dunia sering memandang seminari Mesir sebagai sumber bimbingan resmi, termasuk dalam kasus ini.

“Islam memberikan izin untuk berbuka puasa, tetapi sampai saat ini obat-obatan belum membuktikan adanya efek negatif puasa pada penyebaran virus corona,” ungkap penyelia umum Azhar, Dr. Abdulmuna’im Fu’ad kepada CNN Arab.

“Memutuskan puasa Ramadan tergantung pada bukti ilmiah bahwa hal itu memengaruhi penyebaran virus corona, jadi membatalkan puasa justru wajib pada saat itu.”

 

Penerjemah: Anastacia Patricia

Editor: Aziza Larasati

Keterangan foto utama: Umat Muslim berbuka puasa di bulan Ramadan di Peshawar, Pakistan, 6 Mei 2019. (Foto: Reuters/Fayaz Aziz)

Haruskah Muslim Sedunia Berpuasa saat Corona?

BERLANGGANAN

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top