Indonesia Berencana Luncurkan Program Bantuan Pasifik Indo Aid
Berita Politik Indonesia Hari Ini

Indonesia Berencana Luncurkan Program Bantuan Pasifik Indo Aid

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Bendahara Josh Frydenberg saat penandatanganan MOU Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia. (Foto: Alex Ellinghausen via Canberra Times )
Berita Internasional > Indonesia Berencana Luncurkan Program Bantuan Pasifik Indo Aid

Indonesia baru-baru ini mengesahkan pembentukan lembaga bantuan Indo AID yang rencananya akan menyisihkan AUD$1 miliar dalam dana abadi tahun 2021 dan mendistribusikan sekitar AUD$60 juta per tahun untuk negara-negara yang membutuhkan di Kepulauan Pasifik. Hal itu disoroti sejumlah pihak di Australia, mengingat Indonesia masih menerima bantuan asing dan merupakan penerima dana bantuan terbesar kedua dari Australia.

Oleh: James Massola dan Karuni Rompies (The Sydney Morning Herald)

Indonesia telah meresmikan Lembaga Dana Kerja Sama Pembangunan Internasional Indonesia (LDKPI) atau Indonesian Agency for International Development (Indonesian AID), yang merupakan program bantuan luar negeri Indonesia untuk pertama kalinya. Indo AID rencananya akan menyisihkan AUD$1 miliar dalam dana abadi tahun 2021 dan mendistribusikan sekitar AUD$60 juta per tahun untuk negara-negara yang membutuhkan di Kepulauan Pasifik.

Pendapatan nasional bruto Indonesia hanya sekitar AUD$5.800 per orang per tahun, sementara lebih dari 72 juta orang (dari populasi hampir 270 juta jiwa) penduduk Indonesia masih hidup di bawah garis kemiskinan dengan pendapatan AUD$4,60 per hari, menurut Bank Dunia.

Baca Juga: Hidup Sebagai Ateis di Indonesia

Indonesia sendiri masih menerima ratusan juta bantuan pembangunan setiap tahun dari negara-negara termasuk Jepang, Australia, China, Amerika Serikat, Singapura, dan Bank Dunia.

Konfirmasi bahwa lembaga “Indo AID” akan dibentuk—setelah pertama kali diumumkan tahun 2018—mencerminkan keanggotaan Indonesia dalam kelompok negara-negara kaya G20, semakin besarnya kelas menengah, dan proyeksi bahwa Indonesia bisa menjadi ekonomi terbesar kelima di dunia tahun 2030.

Pembentukan program bantuan Indo AID sebagian menimbulkan pertanyaan tentang apakah Indonesia seharusnya fokus pada peningkatan standar hidup semua warga negaranya, khususnya mereka yang tinggal di daerah pedesaan yang lebih miskin.

Fokus Indonesia pada Pasifik menggarisbawahi tumbuhnya persaingan untuk mendapatkan pengaruh ekonomi dan politik di wilayah itu, termasuk oleh Australia, Amerika Serikat, China, Jepang, dan Selandia Baru, seperti yang disorot dalam makalah Lowy Institute baru-baru ini.

Indonesia akan menjadi penerima anggaran bantuan Australia terbesar kedua dari dana keseluruhan sebesar AUD$4 miliar tahun 2019-2020, menerima AUD$298,5 juta bantuan untuk program pendidikan, infrastruktur, pertanian, dan tata kelola. Australia adalah donor bantuan terbesar keempat bagi Indonesia.

Papua Nugini adalah penerima tunggal terbesar bantuan Australia, dengan AUD$607 juta.

Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik di Kementerian Luar Negeri Indonesia Cecep Herawan mengatakan pada Senin (21/10), bahwa badan tersebut dibentuk karena “kami memproyeksikan bahwa kami akan memiliki pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih baik, kami memproyeksikan bahwa Indonesia akan menjadi salah satu dari lima ekonomi terbesar dunia.”

“Misalnya untuk tahun ini kami memiliki tujuh program untuk lima negara di Pasifik, yaitu Nauru, Tuvalu, Kepulauan Solomon, Kiribati, dan Fiji,” ujar Cecep.

Morrison dan Jokowi

Perdana Menteri Australia Scott Morrison dan Presiden Indonesia Joko Widodo. (Foto: Twitter/ Scott Morrison)

Baca Juga: Area Kebakaran Hutan di Indonesia Tahun 2019 Melebihi Tahun 2018

Beberapa bantuan dari Indonesia juga telah dibagikan ke Filipina dan Myanmar, kata Cecep, tetapi prioritas Indonesia adalah kawasan Pasifik dan Asia Selatan.

Direktur proyek Asia Tenggara di Lowy Institute Ben Bland mengatakan, tidak mengherankan bahwa Indonesia—meskipun terus menerima bantuan—telah membentuk program bantuannya sendiri untuk membantu negara-negara yang kurang mampu dan menyambut pembangunan. Bland mengatakan bahwa Indonesia masih membutuhkan bantuan di bidang teknis dan dengan keahlian, dan bahwa “bantuan itu bukan hanya tentang uang”.

Bland menyebutkan tiga alasan utama untuk keputusan memulai program bantuan Indo AID. “Pertama, keinginan tulus untuk berbagi pengalaman Indonesia sebagai negara berkembang yang telah beralih dari pemerintahan militer ke demokrasi yang relatif dinamis.”

“Kedua, ada keinginan untuk menunjukkan bahwa Indonesia telah menjadi negara yang berpengaruh, pemain besar di dunia, dan cukup berhasil untuk memberikan bantuan kepada negara lain. Ada pertanyaan, apakah ini merupakan penggunaan terbaik dari uangnya ketika Indonesia sendiri menghadapi tantangan seperti stunting dalam pertumbuhan anak-anak.”

“Ketiga, mungkin pengaruh Indonesia di Pasifik. Indonesia mencoba untuk mendapatkan lebih banyak dukungan dari negara-negara Pasifik, beberapa di antaranya mendukung gerakan kemerdekaan Papua.”

Bank Dunia memperkirakan bahwa sekitar satu dari tiga anak di bawah usia lima tahun di Indonesia menderita gangguan pertumbuhan berupa kerdil (stunting), yang diketahui dapat mengganggu perkembangan otak.

Pakar kebijakan pengembangan Universitas Nasional Australia Stephen Howes menegaskan, bahwa Indonesia berharap dapat mengurangi dukungan untuk kemerdekaan Papua di antara negara-negara Kepulauan Pasifik.

Profesor Howes mengatakan bahwa negara-negara termasuk China dan India di masa lalu telah menjadi donor bantuan meski masih menerima bantuan asing.

“Mungkin sulit untuk menjelaskan di dalam negeri mengapa Anda memberikan bantuan kepada orang lain ketika mereka juga memberi kepada orang lain,” tambah Howes, “tetapi masih ada alasan kuat untuk memberikan bantuan yang signifikan kepada Indonesia. Hampir semua orang Indonesia miskin menurut standar Australia.”

Departemen Luar Negeri Australia mencatat dalam pernyataan anggaran portofolionya yang terbaru, bahwa “Keberhasilan Indonesia sangat penting bagi Australia” dan bahwa sebagian besar fokus program itu adalah pada peningkatan tata kelola, bantuan pertumbuhan ekonomi, serta upaya mempromosikan keadilan dan pembangunan manusia.

Departemen Luar Negeri Australia belum merespons ketika dihubungi untuk memberikan komentar tentang anggaran bantuan Australia untuk Indonesia.

James Massola adalah koresponden Asia Tenggara yang berbasis di Jakarta. Massola sebelumnya menjadi koresponden politik utama yang berbasis di Canberra. Massola telah menjadi finalis Walkley and Quills pada tiga kesempatan, memenangkan Kennedy Award untuk koresponden asing yang luar biasa, dan menulis buku The Great Cave Rescue.

Karuni Rompies adalah Asisten Koresponden Indonesia untuk The Sydney Morning Herald dan The Age.

Keterangan foto utama: Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Bendahara Josh Frydenberg saat penandatanganan MOU Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia. (Foto: Alex Ellinghausen via Canberra Times )

Indonesia Berencana Luncurkan Program Bantuan Pasifik Indo Aid

BERLANGGANAN

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top