Presiden Rusia Vladimir Putin menyebutkan adanya kemungkinan baginya untuk mencalonkan diri kembali sebagai presiden jika Mahkamah Konstitusi Rusia menyetujui amandemen konstitusi yang diperlukan. Putin telah memerintah Rusia sejak 2000.
Ketika Rusia bersiap menyambut reformasi konstitusional, Presiden Vladimir Putin mengisyaratkan akan mencalonkan diri kembali sebagai presiden ketika berbicara dengan anggota parlemen pada Selasa (10/3).
Mengomentari proposal untuk “menghilangkan batas bagi warga negara siapa pun termasuk presiden saat ini dan mengizinkan mengambil bagian dalam pemilihan di masa depan”, pemimpin digdaya berusia 67 tahun itu mengatakan langkah seperti itu akan “mungkin terjadi”.
Deutsche Welle melaporkan, warga negara perlu mendukung perubahan konstitusi dan Mahkamah Konstitusi negara perlu memutuskan pengaturan ulang batas masa jabatan tidak akan bertentangan dengan konstitusi Rusia.
Putin juga mengindikasikan akan melayani masa jabatannya saat ini, yang akan berakhir pada 2024.
“Bersama-sama, terlepas dari semua hal lain, kita telah berhasil melakukan banyak hal untuk membuat negara ini lebih kuat,” tegas Putin. “Saya yakin kita akan melakukan lebih banyak kebaikan bersama dalam hal apa pun hingga 2024 dan kemudian kita akan menyaksikan bagaimana selanjutnya.”
Dukungan kosmonot perempuan Rusia
Gagasan untuk mengatur ulang batas masa jabatan disuarakan oleh Wakil Partai United Russia pro-Putin, Valentina Tereshkova, mantan kosmonot dan perempuan pertama di luar angkasa, selama sesi parlemen pada Selasa (10/3). Berbicara kepada anggota Parlemen Rusia Duma lainnya, Tereshkova bertanya, “Mengapa kita harus membuang waktu dan berfilosofi, mengapa kita harus membuat beberapa konstruksi buatan?”
Menurut Tereshkova, presiden saat ini harus diberikan opsi hukum untuk mencalonkan diri untuk jabatan yang sama lagi “jika situasinya mengharuskannya, dan yang paling penting, jika rakyat menginginkannya,” tegas wakil partai berkuasa yang berusia 83 tahun itu.
Setelah pidato Putin di Duma, para anggota parlemen lainnya dari Partai United Russia mendukung usulan Tereshkova.
Koresponden Deustche Welle di Moskow Emily Sherwin melaporkan, tokoh-tokoh oposisi sedang mempersiapkan kampanye menentang “pengaturan ulang” masa jabatan kepresidenan Putin.
Dewan menyetujui RUU reformasi konstitusi dalam pembacaan kedua dari tiga bacaan pada Selasa (10/3), setelah diubah dengan saran dari Tereshkova dan para wakil lainnya. RUU itu akan memberi parlemen lebih banyak kekuatan, termasuk wewenang untuk menunjuk perdana menteri, tetapi juga memperluas peran Dewan Negara Rusia, yang saat ini merupakan badan konsultatif yang terdiri dari para kepala daerah Rusia. RUU itu juga akan memperkenalkan “iman kepada Tuhan” di Konstitusi Rusia dan menetapkan pernikahan sebagai ikatan antara “laki-laki dan perempuan”.
Banyak rincian praktis dari perombakan itu masih belum jelas. Para kritikus Putin menuduh pemerintah Rusia sengaja menyamarkan beberapa rincian demi menghindari pengawasan.
RUU itu sangat mungkin untuk lolos di legislatif yang didominasi Putin. Referendum tentang perubahan konstitusi diduga akan digelar pada April 2020.
“Lima puluh persen orang harus menyetujui amandemen konstitusi,” lapor Emily Sherwin dari Deutsche Welle. Jumlah pemilih akan menjadi faktor kunci, katanya, karena banyak pemilih potensial percaya Putin akan tetap berkuasa terlepas dari apakah mereka memilih demikian. “Pekerjaan utama Kremlin sekarang adalah mendatangkan orang ke kotak suara untuk menunjukkan kepada mereka, sangatlah penting untuk memberikan suara.”
Menurut Sherwin, referendum itu dipandang sebagai, “Ujian tentang seberapa populernya Presiden Putin.”
Jika perubahan tersebut disetujui, Putin akan dapat tetap berkuasa hingga 2036. Pernyataannya pada Senin (9/3) dilontarkan hanya beberapa minggu setelah ia menolak gagasan presiden seumur hidup gaya Soviet.
Saat bertemu para veteran Perang Dunia II di kota asalnya St. Petersburg pada Januari 2020, Putin ditanya oleh salah satu dari mereka, apakah sudah waktunya untuk menghapuskan batasan masa jabatan bagi presiden. Sebagai tanggapan, Putin berujar, “Akan sangat mengkhawatirkan untuk kembali ke situasi yang kita alami pada pertengahan 1980-an ketika para pemimpin negara tetap berkuasa, satu per satu, sampai akhir hayat mereka.”
“Jadi, terima kasih, tetapi saya pikir akan lebih baik untuk tidak kembali ke situasi itu,” tegas Putin.
Pemimpin kuat Rusia itu telah mempertahankan cengkeraman kekuasaan sejak menjadi penerus Boris Yeltsin pada 2000. Vladimir Putin menjabat dua masa jabatan sebagai presiden sebelum beralih ke perdana menteri pada 2008 dan kembali menjadi presiden pada 2012 untuk dua masa jabatan berikutnya. Putin telah menjadi ketua Kremlin yang terlama sejak Joseph Stalin, yang memerintah Uni Soviet selama 29 tahun.
Penerjemah: Fadhila Eka Ratnasari
Editor: Purnama Ayu Rizky
Keterangan foto utama: File foto menunjukkan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) menonton peluncuran, 18 Februari 2004 di kosmodrom Artic di Plesetsk. (Foto: AFP/Getty Images/Maxim Marmur)
Jalan Vladimir Putin Menuju Presiden Seumur Hidup Rusia