COVID-19
Berita Politik Indonesia Hari Ini

Jas Hujan dan Donasi: Perjuangan Dokter Indonesia Lawan COVID-19

Presiden Indonesia Joko “Jokowi” Widodo melihat peralatan medis di ruang IGD saat meninjau Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Senin, 23 Maret 2020. Dalam kunjungannya, Presiden Jokowi memastikan rumah sakit darurat itu siap digunakan untuk menangani 3.000 pasien positif corona. (Foto: Antara/Hafidz Mubarak/Pool)
Berita Internasional > Jas Hujan dan Donasi: Perjuangan Dokter Indonesia Lawan COVID-19

Bergantian menggunakan kacamata bedah dan jas hujan murah, dokter Indonesia yang kurang dilengkapi berjuang melawan gelombang infeksi COVID-19 yang membanjiri sistem layanan kesehatan Indonesia yang kesulitan, dan menewaskan rekan-rekan mereka.

Puluhan dokter telah meninggal sejak pandemi dimulai di negara Asia Tenggara ini, dan para kritikus memperingatkan bahwa angka kematian resmi 496 jauh di bawah kenyataan di salah satu negara dengan tingkat pengujian virus terendah di dunia ini.

Baca juga: [Berita Foto] Suasana PSBB di Sekitar Jakarta, Tak Semua Hentikan Operasi

Rumah sakit tidak memiliki cukup alat pelindung dasar (apalagi ventilator canggih) yang menyisakan banyak dokter dengan bayaran rendah untuk memerangi virus hanya dengan jas hujan plastik, AFP melaporkan.

Dokter di Jakarta, Muhammad Farras Hadyan mengatakan, pasokan di rumah sakit sangat rendah sehingga beberapa rekan mengandalkan donasi dari anggota keluarga untuk membeli beberapa Alat Pelindung Diri (APD) bersertifikat yang tersedia.

“Sisanya bergantung pada pasokan rumah sakit dan mereka harus menunggu,” ujarnya kepada AFP.

COVID-19

Personel Masyarakat Palang Merah Indonesia mengenakan pakaian pelindung selama operasi menyemprotkan disinfektan di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Utara untuk mencegah penyebaran penyakit COVID-19 di Jakarta. (Foto: Reuters/Ajeng Dinar Ulfiana)

Handoko Gunawan, seorang spesialis paru-paru berusia 79 tahun, berada di garis depan sampai dia terpaksa dikarantina karena dicurigai terjangkit virus corona.

“Saya sangat gemetar, dan perawatnya gemetaran,” ungkap Gunawan, yang kemudian dites negatif untuk penyakit itu, membahas mengenai merawat pasien.

“Para petugas kesehatan muda ini memiliki pasangan dan anak di rumah, tetapi mereka masih berani menghadapi tantangan.”

“Dokter langka di Indonesia dan jika mereka meninggal, kita akan memiliki lebih sedikit orang untuk merawat pasien,” tambahnya.

Indonesia memiliki kurang dari empat dokter untuk setiap 10.000 orang, menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jauh di bawah Italia yang terpukul parah (sekitar 40 dokter) atau Korea Selatan (sekitar 24 dokter).

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) telah memperingatkan bahwa krisis virus corona jauh lebih buruk daripada yang dilaporkan, dan respons pemerintah sangat lemah, dilansir dari AFP.

Baca juga: COVID-19 dan Dampaknya: Siapkah Indonesia?

Angka resmi terbaru mengatakan Indonesia memiliki 5.516 kasus yang dikonfirmasi, tetapi hanya 36.000 orang yang telah diuji di kepulauan yang luas dengan lebih dari 260 juta orang, negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia.

Kementerian Kesehatan mengungkapkan minggu ini bahwa hampir 140.000 orang Indonesia sedang dipantau karena dicurigai terjangkit virus corona.

“Data resmi pemerintah tidak mencerminkan gambaran nyata infeksi di seluruh negeri,” ungkap Halik Malik, juru bicara IDI.

Angka-angka kota Jakarta menunjukkan lebih dari 1.000 korban yang dicurigai atau dikonfirmasi dikuburkan di pemakaman lokal di bawah protokol COVID-19 yang mengharuskan mayat diinternir dengan cepat, sekitar lima kali jumlah korban pemerintah di ibu kota, pusat penyebaran wabah di Indonesia.

Pemakaman di Bandung, sebuah kota di Jawa Barat yang berbatasan dengan wilayah ibu kota, telah berlipat ganda menjadi sekitar 400 sebulan sejak wabah, menurut gubernur provinsi itu Ridwan Kamil kepada AFP.

“Ini adalah fenomena yang sama seperti di Jakarta,” ucap pemimpin yang akrab disapa Kang Emil itu.

“Kami tidak dapat memastikan ini semua COVID-19, tetapi jumlah kematian lebih tinggi dari biasanya.”

Lonjakan ini membuat dokter seperti Raditya Nugraha dan rekan-rekannya di rumah sakit Jawa Barat berjuang untuk mengatasinya, dan harus berbagi peralatan.

“Kami tidak memiliki cukup kacamata bedah sehingga kami bergantian mengenakannya,” tuturnya dilansir dari AFP.

Penerjemah dan editor: Aziza Fanny Larasati

Keterangan foto utama: Presiden Indonesia Joko “Jokowi” Widodo melihat peralatan medis di ruang IGD saat meninjau Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Senin, 23 Maret 2020. Dalam kunjungannya, Presiden Jokowi memastikan rumah sakit darurat itu siap digunakan untuk menangani 3.000 pasien positif corona. (Foto: Antara/Hafidz Mubarak/Pool)

Jas Hujan dan Donasi: Perjuangan Dokter Indonesia Lawan COVID-19

BERLANGGANAN

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top