Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu adalah seorang pesulap politik yang telah kehabisan trik. Sikap keras kepalanya menghentikan kelompok sayap kanan Israel untuk meraih kemenangan secara meyakinkan dan memerintah negara.
Masa depan politik Israel masih dibayangi misteri setelah pemilihan umum nasional pada 2 Maret 2020. Partai Likud di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang berkuasa memenangkan jumlah kursi terbesar di Parlemen Israel Knesset berikutnya. Namun, Netanyahu maupun saingan utamanya Benny Gantz belum pasti dapat membentuk pemerintahan baru. Pemerintahan semacam apa yang akan terbentuk untuk memerintah Israel setelah tukar guling politik yang lebih menjengkelkan antara berbagai partai masih belum diketahui.
Satu hal yang pasti di tengah ketidakpastian, Netanyahu menurut konsensus para pakar adalah seorang pesulap, meski faktanya tidak demikian.
Bukan berarti Netanyahu tidak berbakat secara politik. Kelihaian Netanyahu untuk berpolitik sudah tidak dapat disangkal lagi. Setelah dua pemungutan suara sebelumnya berakhir dengan jalan buntu dan dengan sedikit harapan akan hasil yang berbeda, ia pun berhasil mendulang suara dan memberikan Likud perolehan terbaik dalam 17 tahun melalui kombinasi keterampilan, ketangkasan, dan trik kotor.
Netanyahu telah membariskan para politisi petahana dengan mahir, mendorong sekutu sayap kanannya untuk berjanji secara tertulis bahwa mereka akan memenangkan pencalonannya secara eksklusif. Netanyahu menggalang dukungan dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan mahir, mengekstraksi serangkaian konsesi yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk posisi kebijakan Israel. Kesepakatan damai Israel-Palestina dari AS hanyalah manifestasi terbaru dari prestasi ini.
Minggu lalu, Netanyahu kembali melakukan manuver menakjubkan di tempat pemungutan suara dengan kembali memenangkan mandat baru sebagai perdana menteri.
Namun, menurut analisis Shalom Lipner dari Foreign Policy, jika perdana menteri terlama Israel itu memang memiliki kekuatan super, ruang lingkupnya telah sangat dilebih-lebihkan.
Usaha Netanyahu memberikan kontribusi pasti dan signifikan terhadap eksploitasi sayap kanan Israel, yang sekarang terdiri dari 58 dari 120 perwakilan untuk Knesset yang akan datang. Sebanyak 62 perwakilan lainnya berasal dari kalangan heterogen.
Namun, warga negara Yahudi dari Negara Israel saat ini, 74 persen populasi, sebagian besar konservatif. Dengan demikian, secara alami mereka cenderung mendukung Netanyahu. Demografi itu sebagian besar telah kehilangan harapan akan perdamaian dengan Palestina sejak kegagalan negosiasi Camp David pada 2000 dan gelombang terorisme berikutnya yang telah menewaskan lebih dari 1.000 orang Israel.
Yahudi Ortodoks, komponen inti dari komunitas tersebut, adalah sektor yang tumbuh paling cepat dalam masyarakat Israel. Netanyahu memenuhi ketakutan dan hasrat para pemilih yang agresif dan religius itu, memicu perasaan kehilangan hak mereka dari lembaga-lembaga sipil. Namun, Netanyahu pada dasarnya hanya menggalang dukungan dari suara yang telah ada sejak lama. Pemimpin Partai Likud lainnya bisa saja membersihkan, daripada sekadar memenangkan pluralitas yang meyakinkan untuk kelompok sayap kanan.
Orang-orang yang menggambarkan Netanyahu sebagai penyihir mahir semacam Harry Houdini gagal memahami seberapa besar kinerja Likud. Sementara Netanyahu memperkuat kekayaan spesifik dari faksi Likud, kapasitas partai membentuk koalisi baru akan ditingkatkan dan diposisikan lebih baik untuk menutup kesepakatan di bawah manajemen alternatif.
Netanyahu sangat ingin agar Likud merebut kursi terbanyak. Ia tidak ragu untuk menjarah pendukung dari rekan-rekannya yang terdahulu. Setelah berhasil dalam misi tersebut, Netanyahu merayakan pencapaian itu sebagai pembenaran masa jabatannya yang kontroversial. Netanyahu dijadwalkan untuk diadili mulai minggu depan atas tuduhan suap, penipuan, dan pelanggaran kepercayaan. Namun, dalam pemilihan yang menghasilkan referendum tentang kinerja pribadinya, Netanyahu semakin jelas mendapat hasil yang kurang memuaskan.
Para pendukung Partai Likud berkumpul di luar markas pada malam pemmilu. Hasil akhir memberi Partai Likud kursi tambahan di Parlemen, menjadikannya faksi terbesar. (Foto: Agence France-Presse/Getty Images/Jack Guez)
Politisi lain dari Likud dapat memanfaatkan simpati publik yang luas untuk platform partai. Jika Netanyahu telah digantikan oleh pimpinan yang berbeda dan tidak begitu egois, dua garis tren kemungkinan akan terbentuk.
Pertama, hal itu akan mencerminkan kembalinya pendukung Likud yang tidak puas yang tidak bisa menerima perilaku Netanyahu dan dalam banyak kasus melarikan diri untuk mencari perlindungan di Partai Biru dan Putih. Bagi kelompok itu, Likud tetap memiliki daya tarik sehingga mereka akan kembali mendukung jika Netanyahu meninggalkan kepemimpinan partai.
Kedua adalah kepergian para pendukung Likud ke partai-partai berhaluan kanan lainnya karena tidak nyaman dengan absennya Netanyahu. Dalam skenario ini, Likud mungkin mendapatkan lebih sedikit kursi Knesset, tetapi bloknya akan dengan mudah menuju kemenangan. Pemimpin Likud baru akan menjadi perdana menteri Israel berikutnya di atas koalisi sayap kanan yang besar dan stabil.
Kontras antara dua realitas alternatif tersebut akan menjadi lebih jelas setelah Netanyahu mulai menghabiskan hari-harinya di pengadilan. Pesonanya yang tak terkalahkan akan mulai meredup. Perkembangan situasi kemudian dapat memberikan dorongan bagi Likud untuk mengganti kepemimpinan dan bergerak ke arah penyelesaian kebingungan politik saat ini.
Sementara itu, kekacauan akan tetap membayangi politik Israel. Likud yang mengusung Netanyahu menuntut penghitungan suara ulang dan mengajukan petisi agar hasil akhir tidak disampaikan kepada presiden Israel, setelah suara akan diberikan secara resmi. Para petugas penegak hukum bekerja keras untuk menangani situasi dengan para politisi Israel.
Di antara keluhan lainnya, yang tertunda adalah tawaran Likud agar Jaksa Agung Avichai Mandelblit membuka penyelidikan dugaan korupsi oleh pimpinan Partai Yisrael Beiteinu Avigdor Liberman, yang telah beraliansi dengan Gantz melawan Netanyahu. Ada juga tuduhan Likud sendiri untuk menggali aib Gantz diam-diam.
Pada malam pemilu, ketika Likud dan partai lainnya tampak lebih dekat dengan mayoritas 61 kursi, pembicaraan telah difokuskan pada “mendorong” para pembelot untuk bergabung dengan koalisi Netanyahu. Opsi itu hilang ketika kemenangan sayap kanan terbukti tidak memuaskan dan telah memberi jalan sejak pertimbangan pemerintah minoritas yang dipimpin Gantz yang hanya meraih 40 kursi dan dengan dukungan luar dari Yisrael Beiteinu dan Joint List beranggotakan 15 orang.
Kesulitan di jalan itu termasuk perlawanan dari beberapa deputi Partai Biru dan Putih untuk mengandalkan perlindungan dari Joint List yang sebagian besar Arab.
Netanyahu, mencerca kemungkinan ini, telah menyerang Gantz karena menumbangkan kehendak publik dan berusaha untuk “mencurangi pemilihan”. Ancaman terhadap Netanyahu diperparah oleh niat kelompok itu untuk mengeluarkan dua undang-undang yang efeknya akan mencegahnya kembali sebagai perdana menteri. Langkah itu mungkin merupakan satu-satunya hal yang dapat saling disetujui oleh Partai Biru dan Putih Gantz, Yisrael Beiteinu, dan Joint List.
Masa depan politik Israel pasca-Netanyahu masih belum jelas. Setelah alasan Partai Biru dan Putih untuk menggulingkan Netanyahu menjadi berlebihan, partai itu, sebagai penyeimbang antara anggota yang menggunakan perbedaan pendapat tentang isu-isu lain, dapat hancur dan menghilang dari panggung. Tanpa sosok Netanyahu, ukuran Likud juga bisa menyusut secara signifikan, mendukung prospek partai-partai yang berbagi agendanya.
Jika tiga pemilihan Israel dalam 12 bulan terakhir menawarkan satu pun petunjuk, itu adalah pesona Netanyahu yang secara meragukan menahan kamp sayap kanannya dari merebut kekuasaan dan memperpanjang mimpi buruk ketidakstabilan negara.
Setelah periode konsolidasi di mana kelompok-kelompok sempalan bergabung bersama dalam kerangka kerja yang lebih besar, Shalom Lipner dari Foreign Policy menyimpulkan, rakyat Israel sekali lagi terjebak di lanskap politik yang terfragmentasi dan bahkan lebih sulit diatur. Dengan kemungkinan pemilihan keempat yang menakutkan dan hampir pasti terjadi, kenyataan itu mungkin terjadi lebih cepat dari yang pernah terbayangkan siapa pun.
Penerjemah: Fadhila Eka Ratnasari
Editor: Purnama Ayu Rizky
Keterangan foto utama: Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. (Foto: Reuters/Amir Cohen)
Jelang Sidang Netanyahu, Masa Depan Politik Israel Tak Pasti