Beijing diketahui mencuri dari Amerika dan Rusia untuk membangun beberapa persenjataannya yang canggih.
Pepatah lama mengatakan, “seniman yang baik meminjam, seniman yang hebat mencuri” dan meskipun sebenarnya itu bukan pepatah China, tidak dapat disangkal Beijing telah terinspirasi dari pepatah itu, terutama di mana perangkat keras militer terlibat. Pada musim semi 2019, Pentagon menuduh China menggunakan “pencurian dunia maya” dan metode lain untuk mendukung militernya.
Upaya China untuk membangun militer kelas dunia tentunya tidak hanya datang dari upaya penelitian dan pengembangan (R&D) dalam negeri, melainkan dari mencuri dari kekuatan asing, tulis Peter Suciu di The National Interest. Bahkan Rusia telah mengungkapkan kekesalannya karena China dengan berani “meminjam” inovasi teknologi seiring Beijing meluncurkan perangkat keras militer yang semakin canggih.
Ini terbukti pada pesawat tempur J-20 “Mighty Dragon”, yang hampir pasti didasarkan pada desain curian dari Lockheed Martin F-22 Raptor Angkatan Udara Amerika Serikat. Seperti yang telah dilaporkan Business Insider sebelumnya, tampilan dan profil pesawat bukan satu-satunya kesamaan antara dua pesawat tempur generasi kelima tersebut.
Pengembangan J-20 dimulai dengan sungguh-sungguh hanya setelah F-22 diluncurkan. Ini mungkin hanya kebetulan yang luar biasa, kata Suciu. Beberapa teknologi pada pesawat tempur China telah digambarkan terlihat “sangat mirip” dengan sistem pada Lockheed Martin F-35 Lightning II Joint Strike Fighter.
Akan cukup mencurigakan jika pesawat tempur China hanya menyerupai F-22, tetapi fakta bahwa sistem sensornya sangat mirip dengan Sistem Penargetan Elektro-Optik Lockheed Martin yang ditemukan pada Lightning II menunjukkan spionase telah memainkan beberapa peran dalam perkembangan Mighty Dragon.
Ini bukan hanya spekulasi.
Faktanya, menurut laporan The National Interest, pada 2007 Lockheed Martin telah menemukan bahwa peretas China telah mencuri dokumen teknis yang terkait dengan program F-35, sementara pencurian serupa terjadi ketika peretas yang bekerja untuk Beijing melanggar jaringan sub-kontraktor F-35 Australia, Asia Times melaporkan. Berdasarkan pelanggaran tersebut, tampaknya China telah memperoleh informasi penting dan data teknologi yang telah digunakan dalam produksi J-20.
Terlepas dari kenyataan China memperoleh wawasan yang berharga dari barat, yang tentunya membantu dalam pengembangan pesawat canggihnya, China juga tetap merahasiakan kartunya, mengungkapkan sedikit detail tentang kemampuan pesawat tempur generasi kelima.
Diyakini, J-20 mampu mencapai kecepatan maksimum mendekati Mach 2 (1.535 mph) dan memiliki ketinggian sekitar 60.000 kaki dengan jarak tempuh sekitar 700 mil. Namun, informasi penting lainnya tentang jet itu belum diketahui umum.
Jet China itu juga diyakini dapat membawa setidaknya empat rudal udara-ke-udara jarak jauh di ruang senjata internalnya yang besar, sementara itu juga memiliki dua teluk lateral yang dapat menampung satu rudal jarak pendek. Juga telah dilaporkan lebih lanjut, J-20 dapat memiliki cantelan eksternal tambahan untuk empat rudal tambahan, lapor The National Interest.
Saat ini J-20 belum diproduksi dalam jumlah besar, tetapi China telah menunjukkan kesabaran untuk membangun secara perlahan. Ini jelas akan menjadi permainan yang panjang seiring China tengah berupaya untuk mencapai tujuannya untuk memiliki militer kelas dunia. Selain itu, terbukti juga teknologi yang dicuri berperan dalam upaya tersebut.
Meskipun naga merupakan simbol China, jet Mighty Dragon (Naga Perkasa) sebenarnya mungkin lahir dari inovasi barat!
Penerjemah: Nur Hidayati
Editor: Purnama Ayu Rizky
Keterangan foto utama: Indikasinya adalah bahwa pesawat tempur siluman J-20 China telah bergabung dengan unit tempur resmi Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat China. (Foto: Handout via Asia Times)
Jet Tempur J-20 China: Dibangun Berkat Teknologi Curian AS