Jika Meletus di India, Krisis Parah COVID-19 Juga Bisa Melanda Dunia
Petugas kesehatan membawa pasien untuk dipindahkan dari rumah sakit khusus COVID-19 ke rumah sakit lain untuk mengosongkan tempat tidur untuk pasien baru di rumah sakit sipil di Ahmedabad, India, 13 April 2021. (Foto Associated Press/Ajit Solanki)
Berita Internasional > Jika Meletus di India, Krisis Parah COVID-19 Juga Bisa Melanda Dunia
Jika krisis COVID-19 “meletus” di India, itu akan “melanda dunia”, seorang jurnalis terkenal yang ayahnya meninggal karena virus corona mengatakan kepada ITV News.
Barkha Dutt, seorang tokoh terkenal di India dan kolumnis Washington Post, membagikan berita kematian ayahnya pada Selasa (27/4).
SP Dutt adalah salah satu dari 2.771 orang India yang meninggal akibat COVID-19 pada Selasa (27/4), tetapi ada kekhawatiran jumlah kematian yang sebenarnya bisa lebih banyak, dengan banyaknya orang yang meninggal di rumah mereka.
India berada dalam cengkeraman COVID-19, dengan kasus infeksi harian yang memecahkan rekor, kekurangan oksigen yang parah, dan rumah sakit yang kewalahan. Sekitar 115 orang meninggal setiap jam.
Barkha Dutt memberi penghormatan kepada ayahnya yang penyayang, yang dia gambarkan sebagai “pria yang paling baik dan menyenangkan”.
Dia mengatakan, kata-kata terakhir ayahnya padanya adalah “Aku tersedak, bantu aku”.
Barkha Dutt mengatakan kepada ITV News pada hari dia mengkremasi ayahnya, bahwa bantuan mendesak harus dikirim ke India “demi dunia”.
“Jangan perlakukan ini sebagai masalah India sendiri,” katanya.
“Salah satu tanggapan jangka pendek yang diperlukan untuk pandemi adalah menutup perbatasan, saya memahami perlunya negara-negara untuk mengutamakan warganya, tetapi virus ini bergerak melalui celah-celah dan di bawah pintu, dan di atas langit, dan di dalam pesawat terbang, dan melintasi perbatasan.”
“Kita hidup di dunia di mana kita tidak dapat dipisahkan tanpa batas waktu.”
“Jika ini meletus di luar kendali di India, ini akan melanda dunia cepat atau lambat, jadi demi sains, demi dunia, tetapi juga demi krisis kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang menurut saya akan kita saksikan di sini selama beberapa minggu ke depan.”
Dia menambahkan, cepat atau lambat, “jika tidak menyentuh hati nurani dunia, itu akan mempengaruhi keamanan dunia”.
Seorang pasien COVID-19 duduk di dalam bajaj menunggu giliran perawatan di rumah sakit pemerintah khusus COVID-19 di Ahmedabad, India, 17 April 2021. (Foto: Associated Press/Ajit Solanki)
Tingkat kematian yang mengejutkan bisa jadi lebih tinggi daripada jumlah kematian resmi 197.894, di mana para ahli percaya kematian banyak yang tidak dilaporkan.
Itu pasti pengalaman Barkha Dutt dari laporan di lapangan, di mana dia mengatakan negara bagian menghitung “setengah atau bahkan sebagian” dari penderita, di mana banyak yang sekarat di rumah dan kematian mereka akibat COVID-19 tidak dilaporkan.
Negara berpenduduk hampir 1,4 miliar orang ini menghadapi kekurangan ruang ICU di bangsal perawatan intensifnya.
Pasokan oksigen sangat sedikit di rumah sakit, dan banyak orang terpaksa beralih ke fasilitas darurat untuk penguburan massal dan kremasi, seiring layanan pemakaman di negara itu kewalahan.
“Ketika saya dan saudara perempuan saya pergi mengkremasi ayah saya hari ini, di tempat kremasi tidak ada tempat,” ujarnya kepada ITV News.
“Ada pertengkaran yang terjadi antara tiga keluarga untuk satu tempat, hanya untuk mengucapkan selamat tinggal kepada seseorang yang Anda cintai. Tidak ada tempat di tempat kremasi.”
Terlepas dari skala krisis yang terjadi di negara itu, Barkha Dutt mengatakan, bahkan kampanye pemilu pada Selasa (27/4) (yang mengumpulkan banyak orang) masih berlangsung.
“Itu adalah kombinasi dari rasa puas diri, tidak berperasaan, dan ketidakmampuan,” tuturnya, menjelaskan mengapa dia yakin otoritas India telah membawa negara itu ke situasi yang suram.
Pada Selasa (27/4) dia mengalami secara langsung jenis kasus yang dia laporkan ketika ambulans akhirnya tiba untuk menjemput ayahnya.
“Itu bukan ambulans, tapi mobil tua reyot yang digunakan kembali,” ucapnya.
Tidak ada paramedis dan tidak ada tabung oksigen, katanya kepada ITV News, seraya menambahkan bahwa dia harus memohon agar ayahnya mendapatkan tempat tidur di bangsal perawatan intensif.
Namun Barkha Dutt menganggap dirinya salah satu yang beruntung: “Kebanyakan orang yang saya laporkan sedang sekarat di gerbang rumah sakit yang menutup pintu untuk pasien.”
Seberapa buruk situasi di India?
India mencatat lebih dari 320.000 kasus baru infeksi virus corona pada Selasa (27/4), meningkatkan total negara itu lebih dari 17,6 juta kasus, hanya di belakang Amerika Serikat, lapor ITV News.
Itu mengakhiri rekor lima hari berturut-turut untuk mencatat peningkatan satu hari terbesar di negara mana pun di seluruh pandemi, tetapi penurunan tersebut kemungkinan mencerminkan tes akhir pekan yang lebih rendah dan bukannya berkurangnya penyebaran virus.
Kementerian Kesehatan juga melaporkan 2.771 kematian lainnya dalam 24 jam, dengan sekitar 115 orang India meninggal karena penyakit itu setiap jam.
Kematian terbaru mendorong jumlah kematian India menjadi 197.894, di belakang AS, Brasil, dan Meksiko. Para ahli bahkan mengatakan angka-angka ini mungkin kurang dari jumlah sebenarnya.
Negara berpenduduk hampir 1,4 miliar orang ini menghadapi kekurangan ruang ICU di bangsal perawatan intensif, dan rumah sakit mengalami kekurangan oksigen.
Sementara itu, dalam upaya mengatasi kekurangan tempat tidur, pihak berwenang India beralih ke gerbong kereta, yang telah diubah menjadi bangsal isolasi.
India juga telah mulai mengangkut kapal tangki oksigen ke negara bagian yang membutuhkan. Kereta api khusus dengan suplai oksigen juga beroperasi di negara ini, dilansir dari ITV News.
Penerjemah: Desi Widiastuti
Editor: Aziza Larasati
Keterangan foto utama: Petugas kesehatan membawa pasien untuk dipindahkan dari rumah sakit khusus COVID-19 ke rumah sakit lain untuk mengosongkan tempat tidur untuk pasien baru di rumah sakit sipil di Ahmedabad, India, 13 April 2021. (Foto Associated Press/Ajit Solanki)
Jika Meletus di India, Krisis Parah COVID-19 Juga Bisa Melanda Dunia