Kecenderungan umat Muslim Amerika Serikat memilih Partai Demokrat dalam Pilpres AS 2020 sebaiknya dimanfaatkan dengan baik oleh capres Joe Biden lewat upaya mengedepankan kepentingan mereka.
Nusaiba Mubarak bukanlah penggemar terbesar capres Partai Demokrat Joe Biden, tapi dia bertekad untuk membuat setiap pemilih Muslim Amerika Serikat memberikan suara untuknya. “Saya tidak puas dengan kandidat dari Partai Demokrat, tapi saya melakukan semua yang saya bisa untuk mengeluarkan Trump dari jabatannya,” ungkapnya kepada Times.
Mubarak, seorang Muslim, tidak sendirian. Jajak pendapat Council on American-Islamic Relations (CAIR) baru-baru ini menemukan bahwa hanya 18 persen pemilih Muslim yang mendukung Presiden AS Donald Trump, sementara 71 persen mengaku mendukung Biden. Namun, perbedaan itu hampir tidak menjamin umat Muslim akan berbondong-bondong memilih Biden. Mantan Wakil Presiden di bawah Barack Obama itu hanya akan mendapatkan keuntungan dari popularitas lawannya yang suram jika dia dapat meyakinkan pemilih Muslim, beberapa di antaranya merasa tidak dilibatkan dalam kampanye Biden hingga karena alasan kesulitan pemilihan yang mereka alami.
Hasilnya, meski umat Muslim Amerika membentuk hanya sekitar 1 persen dari populasi AS, komunitas tersebut memiliki bobot yang sangat besar di beberapa negara bagian termasuk Florida, Ohio, Virginia, Wisconsin, Pennsylvania, dan tentu saja Michigan, di mana Trump menang dengan lebih sedikit dari 11 ribu suara pada Pilpres AS 2016.
Mengenai isu-isu yang penting bagi komunitas Muslim, tidak ada perbandingan nyata antara kedua kandidat utama tersebut. Trump secara rutin menggunakan retorika Islamofobia, memperjuangkan apa yang disebut larangan Muslim yang memblokir masuknya imigran dan pengungsi ke AS dari beberapa negara mayoritas Muslim, maupun mendukung sejumlah kebijakan federal termasuk program pengawasan yang secara tidak proporsional merugikan Muslim Amerika.
Biden, sebaliknya, tidak secara aktif membuat marah sebagian besar pemilih Muslim seperti gagal meyakinkan mereka untuk mendukungnya, tegas Mubarak. Biden telah berjanji untuk mencabut larangan Muslim pada hari pertamanya menjabat, berjanji bahwa pemerintahan Biden “akan terlihat seperti Amerika, dengan Muslim Amerika melayani di setiap tingkatan administrasi”, dan telah menerbitkan agenda kebijakan yang ditargetkan untuk membantu komunitas Muslim-Amerika dan Arab-Amerika. Meski sekadar janji kampanye seperti itu tidak cukup, kata Mubarak, dia mendesak sesama Muslim untuk tidak mengabaikan “remah roti”. “Ini adalah pertama kalinya kami benar-benar memiliki kursi di meja,” katanya mengenai prospek kepresidenan Biden.
Menghindari masa jabatan kedua Trump, kata Mubarak yang memimpin tim mobilisasi pemilih di MoveOn.org, membutuhkan dua langkah untuk menyingkirkan Trump: mengingatkan Muslim Amerika tentang taruhan masa jabatan kedua Trump dan memberi mereka alasan yang baik untuk repot-repot muncul di tempat pemungutan suara. Faktor kedua itu, katanya, adalah bagian penting dari misinya antara sekarang dan pemungutan suara oada Selasa, 3 November 2020.
Pertanyaannya, apa yang bisa diupayakan oleh Biden untuk memikat konstituen Muslim di Paman Sam? Dilansir dari Kumparan, berikut ini empat hal yang ia lakukan untuk mengambil hati kelompok minoritas tersebut:
Para pendukung kulit hitam dan anggota staf kampanye capres Partai Demokrat Joe Biden menyimak pidato Biden selama konvensi Partai Demokrat negara bagian South Carolina pada Juni 2019. (Foto: Travis Dove/The New York Times)
1. Mengutip Hadist Nabi Muhammad
Biden sempat mengutip hadis Nabi Muhammad SAW soal amar ma’ruf nahi munkar ketika ia menghadiri acara yang digelar organisasi Muslim terbesar di AS (PAC) secara virtual pada Senin (20/7).
“Hadis dari Nabi Muhammad menginstruksikan, barang siapa di antara kamu yang melihat kemunkaran, maka hendaklah ia mengubah (mengingkari) dengan tangannya, jika tidak mampu hendaklah ia mengubah (mengingkari) dengan lisannya, jika tidak mampu hendaklah ia mengubah dengan hatinya, dan itulah keimanan yang paling lemah,” kata Biden, dinukil dari media ini.
2. Menjadikan agama Islam sebagai mata pelajaran di sekolah AS
Dalam acara yang sama, Biden juga menginginkan agar lebih banyak lagi sekolah di Amerika Serikat mempelajari agama Islam.
“Saya harap banyak sekolah di AS mengajarkan agama Islam. Saya harap kami bisa berbicara mengenai semua agama, agama dengan pengakuan yang besar,” kata Biden lagi.
3. Iming-iming jatah kekuasaan
Biden memang banyak menggulirkan retorika pro-Muslim. Bahkan dalam webinar dengan pemilih Muslim tersebut, Biden berjanji akan melibatkan warga Muslim di Pemerintahan AS selanjutnya jika dirinya terpilih jadi presiden.
“Anda (Muslim AS) berhak memiliki presiden yang bekerja bersama Snda dalam upaya bukan mengkambinghitamkan Snda. Jika saya dapat kehormatan terpilih sebagai Presiden AS, kita akan bekerja bersama untuk melihat (hal) yang lebih baik, dengan hati kita, dengan tangan kita, dengan suara kita,” kata Biden.
4. Mengakhiri larangan masuk warga negara mayoritas Islam
Saat baru saja berkuasa, Presiden AS Donald Trump melarang warga dari beberapa negara mayoritas Islam masuk ke AS. Kelak jika bisa gol di kursi AS 1, Biden berjanji akan mengubah kebijakan ini, sehingga menjadi lebih ramah Muslim. “Jika (terpilih sebagai) presiden, saya akan mengakhiri larangan Muslim sejak hari pertama. Hari pertama,” tandas Biden.
Penulis: Anastacia Patricia
Editor: Fadhila Eka Ratnasari
Keterangan foto utama: Capres Partai Demokrat Joseph R. Biden Jr. menghadiri misa gereja di Charleston, South Carolina pada Juli 2019. “Saya seumur hidup tidak pernah merasakan ketidaknyamanan terhadap masyarakat kulit hitam,” tegas Biden. (Foto: Demetrius Freeman/The New York Times)
4 Jurus Capres Demokrat Joe Biden Pikat Muslim Amerika