Politik Indonesia

Kandas dengan Tesla, Indonesia Makin Agresif Urus Nikel

Berita Internasional > Kandas dengan Tesla, Indonesia Makin Agresif Urus Nikel
Advertisements

Mengingat visi Jokowi untuk pembangunan ekonomi mencakup investasi asing yang mendorong manufaktur yang bernilai tambah, bermain agresif pada nikel tampaknya membuahkan hasil.

Nikel telah menjadi semakin penting di luar penggunaan tradisionalnya dalam pembuatan baja tahan karat karena logam dasar itu adalah komponen kunci dalam baterai lithium-ion, termasuk jenis yang digunakan pada kendaraan listrik. Seiring produsen mobil besar dunia mulai meningkatkan produksi kendaraan listrik, nikel dan baterai yang dihasilkannya diharapkan akan mendapat permintaan tinggi. Dengan cadangan nikel terbesar di dunia, Indonesia tidak lagi puas hanya dengan mengekspor bijih mentahnya, catat James Guild di East Asia Forum.

Baca juga: Laut China Selatan: Duet Maut AS, Jepang, Indonesia Lawan Beijing

Indonesia ingin mengambil posisi sentral dalam mata rantai nilai tambah dalam rantai pasokan kendaraan listrik, mulai dari menambang bijih, menyempurnakannya, membuat baterai, dan akhirnya membuat mobil. Karena Indonesia menguasai bahan mentahnya, ternyata peluang untuk itu terbuka lebar. Sepuluh tahun yang lalu, ekspor nikel Indonesia mulai meningkat pesat, mencapai 64,8 juta ton pada 2013. Tahun berikutnya, pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono melarang ekspor bijih yang belum diolah, dengan tujuan eksplisit untuk memperluas industri hilir dengan memaksa perusahaan untuk memurnikan bijih di peleburan lokal.

Pasar nikel mentah global yang kelaparan ternyata merupakan strategi yang efektif, tulis Guild. Dari 2014 hingga 2020, lebih dari investasi langsung asing senilai US$6,5 miliar telah mengalir ke pembangunan smelter nikel dan kegiatan pengolahan hilir lainnya di Kabupaten Morowali. Morowali terletak di bagian tengah Sulawesi yang kaya akan nikel dan merupakan lokasi kawasan industri yang secara khusus ditujukan untuk kegiatan pemurnian. Di Morowali, PDB meningkat lebih dari tiga kali lipat hanya dalam enam tahun dari Rp6,9 triliun pada 2013 menjadi Rp24,3 triliun pada 2019, hampir semuanya didorong oleh investasi dalam pengolahan nikel hilir.

Peningkatan kapasitas kilang dalam negeri dengan cara ini membawa dampak yang diharapkan pemerintah. Pada 2013, pasar dalam negeri hanya menyerap 52.000 ton nikel mentah. Pada 2019, pasar domestik menyerap 26,5 juta ton, hampir separuh dari total produksi 60,9 juta ton tahun itu. Selain itu, bijih mentah yang diproses secara lokal meningkatkan kelangsungan hidup Indonesia sebagai pusat produksi potensial untuk baterai lithium-ion yang menggerakkan kendaraan listrik.

Meskipun ada banyak liputan media tentang upaya Presiden Indonesia Joko ‘Jokowi’ Widodo dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan untuk merayu Tesla, perusahaan manufaktur baterai dan otomotif lainnya diam-diam telah menandatangani Memorandum of Understandings (MoU) atau membangun pabrik.

Guild melaporkan, pada 2019, Toyota berkomitmen menginvestasikan US$2 miliar di sektor manufaktur otomotif Indonesia, termasuk untuk produksi kendaraan listrik. Akhir tahun 2020, LG Group Korea Selatan menandatangani MoU untuk produksi baterai, dilaporkan bernilai US$9,8 miliar. CATL, produsen aki besar China, telah menandatangani kesepakatan senilai US$5,1 miliar untuk membuka pabrik di Indonesia, sementara pabrik mobil Hyundai senilai sekitar US$1,5 miliar sedang dibangun di Cikarang. Pabrik tersebut diharapkan dapat memproduksi kendaraan listrik di masa mendatang.

Mengingat visi Jokowi untuk pembangunan ekonomi mencakup investasi asing yang mendorong manufaktur yang bernilai tambah, bermain agresif pada nikel tampaknya membuahkan hasil. Ia juga meningkatkan nasionalisme ekonomi, karena negara memperoleh 20 persen saham ekuitas di penambang nikel PT Vale tahun lalu. Segalanya berjalan sangat baik sehingga pada 2020 pemerintah melipatgandakannya, menekan ekspor nikel lagi dalam upaya untuk mempercepat laju investasi di industri hilir.

Baca juga: Lawan Beijing di Laut China Selatan, Jepang Ekspor Senjata ke Indonesia

Tentu saja, ini bukan kesuksesan tanpa syarat. Penambangan nikel bisa menjadi bisnis ‘kotor’, terutama proses peleburannya. Ian Morse melaporkan proposal yang diajukan tahun lalu untuk mengizinkan beberapa pabrik peleburan membuang limbah mereka ke laut. Penambangan nikel berkelanjutan, seperti batubara bersih, adalah semacam oksimoron, kata Guild. Laporan oleh Channel News Asia memperingatkan, bagi Tesla, ‘peningkatan rantai produksi di Indonesia, lebih dekat ke tambang itu sendiri’ dapat menciptakan risiko reputasi.

Pengawasan peraturan yang lemah dan perlindungan lingkungan yang lemah dapat mematikan beberapa pembuat kendaraan listrik besar dalam jangka panjang. Selain itu, RUU Omnibus tentang penciptaan lapangan kerja yang baru-baru ini disahkan yang melemahkan perlindungan lingkungan untuk mendorong investasi kemungkinan akan memperburuk risiko ini.

Namun saat ini, tampaknya ini merupakan kemenangan yang jelas bagi para pembuat kebijakan, menurut Guild. Indonesia memanfaatkan kendali atas pasokan nikel mentah untuk menjadikan negara ini menjadi pemain yang sangat diperlukan di seluruh rantai pasokan kendaraan listrik yang bernilai tambah dari titik ekstraksi hingga saat baterai dibuat. Meskipun baterai dan kendaraan listrik belum diluncurkan dari jalur produksi dalam jumlah massal, Indonesia telah memposisikan diri untuk memanfaatkan pertumbuhan yang diharapkan dalam permintaan untuk kendaraan listrik dan baterai lithium-ion.

Baik atau buruk, ini adalah jenis pertumbuhan ekonomi yang diinginkan Jokowi dan pemerintahannya. Apakah keuntungan pada akhirnya akan dibagi secara adil dan apakah biaya terhadap lingkungan dapat dikelola masih belum bisa dipastikan.

 

Penerjemah: Nur Hidayati

Editor: Purnama Ayu Rizky

Keterangan foto utama: Produksi di tambang bijih nikel di Sorowako, Sulawesi Selatan, Indonesia. (Foto: Hariandi Hafid/SOPA Images/LightRocket via Getty Images)

Kandas dengan Tesla, Indonesia Makin Agresif Urus Nikel

BERLANGGANAN

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top