Antara Korea Utara atau Iran, mana ancaman yang lebih besar bagi keamanan nasional AS? Jawabannya tergantung pada siapa yang Anda tanyakan: Demokrat atau Republik.
Meskipun Korea Utara belum melakukan uji coba nuklir sejak 2017, rezim itu terus menguji coba rudal balistik jarak pendek dan sistem roket, dengan dua uji senjata baru pada Maret saja. Upaya-upaya diplomatik antara Korea Utara dan Amerika Serikat (yang gagal selama berbulan-bulan) telah gagal mengurangi ketegangan.
Demikian pula, hubungan AS-Iran telah memburuk sejak pemerintahan Trump menarik diri dari kesepakatan yang dirancang untuk membekukan program nuklir Iran dengan imbalan keringanan sanksi.
Pada Januari 2020, serangan pesawat tak berawak AS membunuh komandan militer tinggi Iran, Jenderal Qassem Soleimani, dan Iran bersumpah akan membalas dendam. Iran mempertahankan program nuklir, tetapi para pejabat Iran bersikeras program itu murni untuk keperluan sipil.
Namun, bulan ini, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) melaporkan kekhawatiran bahwa Iran telah mendeklarasikan bahan nuklir dan sedang melakukan kegiatan nuklir yang tidak terdaftar.
Kedua program nuklir itu mengancam kepentingan AS dan stabilitas regional, meskipun ada perbedaan yang jelas antara kedua program tersebut. Baik Pyongyang maupun Teheran menekankan hak mereka untuk memiliki senjata nuklir, sementara program Korea Utara yang lebih maju (yang telah menghasilkan hulu ledak nuklir) menghadirkan tantangan yang lebih jelas dalam jangka pendek, tulis Timothy S. Rich dan Madelynn Einhorn di The Diplomat.
Sementara itu, program nuklir Iran tetap sipil, dan diperkirakan bahwa mengubahnya untuk keperluan militer akan memakan waktu sekitar satu tahun, lebih lanjut menunjukkan bahwa Korea Utara harus dianggap sebagai ancaman nyata, bukan potensial.
Namun tidak jelas apakah publik Amerika memandang program ini dengan cara yang sama. Dengan retorika permusuhan lama dari Pyongyang dan beberapa uji coba nuklir, publik mungkin dikondisikan untuk tidak mengharapkan eskalasi lebih lanjut. Sebaliknya, program Iran tidak memiliki rekam jejak untuk mengevaluasi retorika mereka.
Untuk menilai pendapat publik AS terhadap program senjata nuklir Korea Utara dan Iran, Timothy S. Rich dan Madelynn Einhorn melakukan survei web eksperimental melalui mTurk Amazon pada 11 Maret, yang secara acak meminta 1.198 responden Amerika untuk mengevaluasi satu dari dua pernyataan tentang program senjata nuklir:
Versi 1: Program senjata nuklir Iran adalah ancaman besar bagi kepentingan vital Amerika Serikat.
Versi 2: Program senjata nuklir Korea Utara adalah ancaman besar bagi kepentingan vital Amerika Serikat.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump berbicara selama KTT kedua Amerika Serikat-Korea Utara di Hanoi, Vietnam, dalam foto yang dirilis pada 28 Februari 2019 oleh Kantor Berita KCNA Korea Utara. (Foto: KCNA/Reuters)
Dari seluruh 1.198 responden, Timothy S. Rich dan Madelynn Einhorn menemukan kekhawatiran yang sama terhadap kedua program, dengan Korea Utara mengungguli Iran sebesar 2,7 persen. Namun, dipisahkan oleh identifikasi partisan, Timothy S. Rich dan Madelynn Einhorn melihat perbedaan persepsi yang nyata.
Walau mayoritas yang jelas dari Demokrat dan Republik memandang keduanya sebagai ancaman kritis, Demokrat memandang Korea Utara sebagai ancaman yang lebih besar dengan selisih 12,4 poin persentase, sementara Partai Republik memandang Iran sebagai ancaman yang lebih besar dengan 11,3 poin. Temuan Timothy S. Rich dan Madelynn Einhorn pada Maret sangat mirip dengan survei sebelumnya pada September dengan pertanyaan yang sama.
Sebuah pertanyaan terpisah pada survei Maret memberikan pandangan tambahan.
Di antara responden, 1.168 memberikan tanggapan yang valid terhadap pertanyaan terbuka berikut, yang diajukan sebelumnya dalam survei: “Menurut pendapat Anda, satu negara asing apa yang merupakan ancaman terbesar bagi keamanan nasional AS?”
Lebih dari 90 persen responden menyebutkan satu dari empat negara: Iran, Korea Utara, China, dan Rusia. Di sini kita melihat bahwa Demokrat sedikit lebih cenderung menyebut Korea Utara daripada Iran, sementara Republik dua kali lebih mungkin menyebut Iran.
Sementara itu, Rusia disebutkan oleh mayoritas Demokrat, lebih dari dua kali lipat dari Republik, sementara Republik mengidentifikasi China lebih dari dua kali lipat dari Demokrat.
Tidak mengherankan bahwa mayoritas responden memilih Rusia dan China sebagai jawaban mereka, dan perbedaan partisan juga mudah dijelaskan. Persentase yang cukup besar dari Demokrat mungkin telah memilih Rusia sebagai yang paling mengancam keamanan AS karena kekhawatiran atas campur tangan Rusia dalam Pilpres AS 2020, sesuatu yang telah diremehkan atau dibantah oleh para pemimpin Republik.
Sementara itu, jumlah besar Republikan yang memilih China konsisten dengan survei Maret 2020 yang menemukan 31 persen Republikan memandang China sebagai musuh terbesar Amerika. Pemerintahan Trump telah bersuara keras tentang dugaan spionase dan pencurian IP China, serta meningkatnya kemampuan militer China.
Menariknya, ada kesenjangan partisan yang tajam dalam hal responden memilih Iran dan Korea Utara. Kemungkinan, pemerintahan Trump membingkai Iran sebagai ancaman melalui serangan drone, dan menarik diri dari kesepakatan Iran untuk membentuk pandangan Republik tentang Iran secara lebih luas.
Walau pemerintahan Trump mengkategorikan Korea Utara sebagai ancaman, Amerika Serikat tidak terlibat dalam serangan drone atau tindakan yang dapat memperburuk ketegangan. Selain itu, kesediaan Trump untuk bertemu dengan Kim Jong-un berpotensi mengurangi ancaman yang dirasakan, terlepas dari kemampuan nuklir yang lebih besar dari rezim.
Sebaliknya, Demokrat mungkin melihat kegagalan pemerintahan Trump untuk berhasil bernegosiasi dengan Pyongyang sebagai alasan mengapa Korea Utara menjadi ancaman, sementara memfokuskan perhatian pada kesepakatan nuklir Iran sebagai solusi yang bisa diterapkan.
Secara keseluruhan, temuan Timothy S. Rich dan Madelynn Einhorn menunjukkan bahwa walau program nuklir Iran dan Korea Utara dipandang sebagai ancaman serius, penyimpangan partisan memperumit konsensus yang lebih luas yang patut mendapat perhatian lebih besar.
Penerjemah dan editor: Aziza Fanny Larasati
Keterangan foto utama: Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Iran Hassan Rouhani. (Foto: MEE/Mohamad Elassar)
Korea Utara atau Iran, Mana Ancaman yang Lebih Besar bagi Keamanan Nasional AS?