Latihan Militer di Laut China Selatan, Beijing Uji Kesabaran Biden
Foto udara ini diambil pada 2 Januari 2017, menunjukkan formasi angkatan laut China, termasuk kapal induk Liaoning (tengah), selama latihan militer di Laut China Selatan. (Foto: STR/AFP/Getty Images)
Berita Internasional > Latihan Militer di Laut China Selatan, Beijing Uji Kesabaran Biden
Latihan militer China di perairan yang disengketakan di Laut China Selatan ditujukan untuk menguji kesabaran dan kebijakan pemerintahan Biden, menurut para ahli pertahanan.
Acara selama tiga hari yang dimulai Rabu (27/1) itu terjadi beberapa hari setelah AS mengirim kelompok kapal induk ke wilayah maritim yang diperebutkan itu, untuk “melakukan operasi rutin dan mempromosikan kebebasan laut,” menurut pernyataan Komando Indo-Pasifik AS.
Timothy Heath, pakar pertahanan di Rand Corporation, sebuah lembaga pemikir, mengatakan kepada VOAMandarin bahwa Beijing mengirimkan sinyal awal kepada pemerintahan Presiden Joe Biden, yang dilantik pada 20 Januari.
“Ini tampaknya bagian dari upaya yang lebih luas bagi China untuk menunjukkan tekadnya untuk mempertahankan atau meningkatkan kebijakan konfrontatif, jika itu yang diinginkan Biden,” tuturnya.
Angkatan laut China yang sedang tumbuh
Angkatan laut China telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir dan merusak keseimbangan kekuatan militer di kawasan Pasifik Barat.
Menurut tinjauan tahunan kekuatan militer China oleh Departemen Pertahanan AS (DoD), China telah mencapai kesetaraan (atau bahkan melampaui) Amerika Serikat di beberapa bidang modernisasi militer.
“China memiliki angkatan laut terbesar di dunia sekarang, lebih besar dari Amerika Serikat. Dan itu diisi dengan kapal selam dan kapal perusak berteknologi maju baru dan kapal amfibi,” ujar Craig Singleton, seorang asisten di Foundation for Defense of Democracies, kepada VOA. Dia berfokus pada persaingan kekuatan besar dengan China.
Sebagai perbandingan, “Angkatan Laut AS semakin kecil, kapalnya semakin tua. Butuh banyak uang untuk membangun kapal baru,” sambungnya.
Menurut Departemen Pertahanan AS, China adalah negara penghasil kapal teratas di dunia, berdasarkan tonase pada 2020. Angkatan laut China sekarang memiliki kekuatan tempur keseluruhan sekitar 350 kapal dan kapal selam. Sebagai perbandingan, kekuatan tempur Angkatan Laut AS adalah sekitar 293 kapal pada awal 2020, menurut tinjauan tahunan.
Kapal perang dan jet tempur dari Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China ikut serta dalam latihan militer di Laut China Selatan pada 12 April 2018. (Foto: Reuters)
Bryan Clark, pakar operasi angkatan laut dan kompetisi militer di Institut Hudson, mengatakan kepada VOA Mandarin bahwa kekuatan angkatan laut China yang lebih besar menghadirkan tantangan yang lebih besar bagi AS.
“Artinya, Angkatan Laut AS akan lebih sulit membela mitra dan sekutu, karena PLA (Tentara Pembebasan Rakyat China) akan memiliki banyak kapal untuk menguasai laut di daerah sekitar Taiwan dan sekitar Kepulauan Senkaku,” terangnya.
Pada Juli, pemerintahan Trump, yang meninggalkan jabatannya pada 20 Januari, menolak hampir semua klaim maritim China di kawasan itu. Ini mengubah kebijakan AS sebelumnya, yang bersikeras bahwa perselisihan antara China dan tetangganya diselesaikan berdasarkan resolusi yang didukung PBB melalui arbitrase yang didukung PBB.
Pada saat itu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan, “Dunia tidak akan mengizinkan Beijing memperlakukan Laut China Selatan sebagai kerajaan maritimnya.”
Namun ambisi angkatan laut China tidak terbatas pada Samudra Pasifik. Para pengamat mengatakan, armada China juga aktif di Samudra Hindia, Laut Mediterania, dan Laut Baltik.
Menurut sebuah laporan yang dirilis oleh Departemen Pertahanan AS pada akhir 2019, “Ada lebih banyak penyebaran angkatan laut China secara global dalam 30 bulan terakhir, dibandingkan dalam 30 tahun terakhir.”
“China melampaui harapan setiap perencana keamanan Amerika, dalam keberhasilannya membangun dan mengerahkan armada laut terbesar di dunia hanya dalam 20 tahun,” papar Toshi Yoshihara, salah satu penulis laporan yang dirilis awal bulan ini oleh Pusat Penilaian Strategis dan Anggaran, kepada VOA.
Pertahankan kompetisi
Pada Desember, pemerintahan Trump meluncurkan rencana pembuatan kapal 30 tahun baru yang bertujuan untuk menjaga kemampuan armada Angkatan Laut.
Rencananya adalah mempercepat produksi fregat kelas Constellation dan meningkatkan produksi kapal selam.
Sebuah pernyataan dari Departemen Pertahanan AS mengatakan, armada itu akan mencapai 405 kapal pada akhir 30 tahun, merujuk laporan untuk Kongres.
Namun para analis skeptis tentang bagaimana Washington akan membayar untuk ekspansi tersebut. Ketika ditanya selama sidang konfirmasi apakah dia mendukung rencana pembuatan kapal ini, Menteri Pertahanan Lloyd Austin mengatakan dia terbuka untuk diskusi.
“Saya pikir penting bagi kami untuk mempertahankan kemampuan yang kami perlukan agar relevan, tidak hanya hari ini, tetapi juga besok relevan,” tuturnya dikutip VOA, “Jadi saya berharap untuk segera turun ke lapangan, dan jika dikonfirmasi, bekerja dengan para pemimpin Angkatan Laut untuk lebih memahami bagaimana kami akan mendukung persyaratan tersebut.”
Ketika mengumumkan rencana 10 tahun untuk Angkatan Laut AS awal bulan ini, Kepala Operasi Angkatan Laut Mike Gilday mengatakan, Washington perlu memahami urgensi masalah tersebut.
Penerjemah dan editor: Aziza Larasati
Keterangan foto utama: Foto udara ini diambil pada 2 Januari 2017, menunjukkan formasi angkatan laut China, termasuk kapal induk Liaoning (tengah), selama latihan militer di Laut China Selatan. (Foto: STR/AFP/Getty Images)
Latihan Militer di Laut China Selatan, Beijing Uji Kesabaran Biden