Presiden Amerika Serikat Donald Trump terkenal dengan gaya bicaranya yang blak-blakan dan kadang tidak masuk akal. Rencana perhelatan KTT G7 2020 di estate mewahnya di Miami, Florida, bukanlah rencana tergila yang pernah dilontarkan Trump. Berikut ini daftar lima rencana kebijakan luar negeri Trump yang paling gila sejak bulan Agustus 2019 (setidaknya sejauh ini).
Oleh: Chris Raggett dan Jeremy Shapiro (European Council on Foreign Relations)
Tanggal 17 Oktober 2019, konferensi pers Gedung Putih mengungkapkan momen mengejutkan dalam sejarah pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Ketika ditanya tentang proposal Trump untuk mengadakan KTT G7 di Trump National Doral Miami, pelaksana tugas Kepala Staf Gedung Putih Mick Mulvaney mengakui: “Itu bukan ide paling gila yang pernah kita dengar.”
Mulvaney benar, karena berdasarkan standar kegilaan Trump, rencana perhelatan KTT G7 2020 di Doral bisa dibilang masuk akal.
Tak hanya itu saja, berikut ini terdapat lima gagasan kebijakan luar negeri Trump baru-baru ini yang telah didengarkan (dan diimplementasikan) Mulvaney, yang lebih gila sejak bulan Agustus 2019 daripada menyelenggarakan KTT G7 di hotel milik Trump sendiri.
1. Membeli Greenland
Bulan Agustus 2019, Trump mengumumkan ide yang berani untuk membantu AS memenangkan pengaruh atas wilayah Arktik. Wilayah itu semakin menarik perhatian kekuatan-kekuatan global seperti China dan Rusia, yang mencari akses ke jalur laut yang penting dan sumber daya alam di bawah lapisan es yang terus mencair.
Trump—yang mengetahui potensi real estate ketika melihatnya—memutuskan untuk mengambil pendekatan langsung untuk memperkuat kehadiran AS di sana. Trump lantas mencoba membeli Greenland. Namun, tweet impulsif Trump jelas kurang cocok untuk mengusulkan pengambilalihan Greenland yang merupakan sebagian besar wilayah negara berdaulat Denmark.
Menggunakan bahasa ala tukang pukul mafia, Trump memperparah kesalahan dengan mengklaim bahwa Greenland “sangat menyakiti Denmark karena mereka kehilangan hampir US$700 juta setahun dengan menanggung Greenland.”
Dalam sekejap, Trump berhasil mengasingkan publik Denmark, membingungkan pemerintah Denmark di Kopenhagen, dan mungkin mempersulit bagi AS untuk meningkatkan kehadiran militernya di Thule di Greenland utara. Seni dari membuat kesepakatan—yang dibanggakan Trump dalam bukunya yang bertajuk The Art of the Deal—adalah kombinasi dari brutalisme dan ocehan abstrak.
2. Kapal tanker Iran
Trump terkenal tidak peduli dengan protokol, logika birokrasi, atau bahkan pemikiran masuk akal. Jadi, ketika para pejabat AS pada akhir Agustus 2019 berusaha menghentikan sebuah kapal tanker minyak Iran yang mengirimkan muatannya, solusi kuno tidak akan berhasil baginya.
Trump punya ide dan meraih pendekatan inovatif yang mencerminkan citranya sebagai pembuat kesepakatan: ia menawarkan untuk menyogok sang kapten kapal. Sayangnya, kapten kapal yang tidak benar-benar memahami di mana kepentingannya berada tidak menanggapi tawaran semacam ini. Tampaknya uang tidak selalu dapat membeli Anda cinta geopolitik.
Ideologi, kesetiaan, dan bahkan moralitas semuanya penting di dunia, bahkan jika mereka tidak mengubah banyak keputusan di Gedung Putih. Sangat menyenangkan untuk melihat bahwa para pejabat pemerintahan Trump bersedia untuk berpikir di luar kebiasaan dan melampaui basa-basi diplomatik tradisional. Namun, melihat ide yang mengerikan ini, kita diingatkan mengapa kita memiliki tradisi itu.
Presiden AS Donald Trump berpidato di sesi ke-74 Majelis Umum PBB di markas PBB di New York pada 24 September. (Foto: Reuters)
3. Pelanggaran terbaik ialah lebih banyak pelanggaran
Tanggal 3 Oktober 2019, kepresidenan Trump telah diguncang oleh penyelidikan pemakzulan. Penyelidikan itu berasal dari upaya dugaan pemerintah AS menggunakan bantuan luar negeri untuk memaksa pemerintah Ukraina menyelidiki lawan politik Trump, Joe Biden. Tapi, seperti yang diketahui Trump, pelanggaran terbaik ialah lebih banyak pelanggaran, yang memberinya suatu ide.
Dia bergegas ke halaman Gedung Putih dan mengatakan pada gerombolan awak ‘berita palsu’ yang berkumpul di sana bahwa, selain Ukraina, China juga harus menyelidiki Biden.
Mengingat bahwa negosiator perdagangan dari China menuju ke Washington seminggu kemudian untuk pembicaraan tingkat tinggi yang bertujuan untuk mengakhiri perang dagang AS-China, langkah ini mungkin menawarkan kepada China beberapa pengaruh dalam negosiasi yang sulit.
Gagasan itu mendapatkan daya tarik ketika beberapa jam kemudian muncul kabar bahwa Trump telah membahas Biden dan Capres 2020 lainnya dari Partai Demokrat, Elizabeth Warren, dalam panggilan telepon bulan Juni 2019 dengan Presiden China Xi Jinping, sementara juga setuju untuk tidak menyinggung protes anti-pemerintah di Hong Kong.
Senator AS Lindsay Graham, yang biasanya dapat diandalkan, mencatat bahwa “meminta China untuk menyelidiki Biden merupakan tindakan bodoh. Tidak ada yang percaya bahwa China akan bersikap adil kepada Biden, Trump, saya, atau Anda, atau siapa pun. Itu adalah ide yang buruk.”
4. Surat kepada Erdogan
Trump punya masalah pada tanggal 9 Oktober 2019. Dalam sebuah panggilan telepon beberapa hari sebelumnya, Trump mungkin secara tidak sengaja memberi kesan kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bahwa AS tidak akan keberatan jika Turki menyerang Suriah utara dan menghancurkan pasukan Kurdi—sekutu AS—di sana.
Prospek penarikan pasukan AS yang memalukan dan kekerasan yang akan ditimbulkan tidak diragukan lagi akan menyebabkan keluhan tiada henti di Kongres AS dan media berita tentang pengkhianatan dan ketidakmampuan AS.
Namun, jangan khawatir, Trump punya ide bagus: sepucuk surat. Surat itu akan menjadi surat di antara dua pria, menggunakan bahasa yang bisa dipahami sesama pria. Surat itu tidak hanya akan menunjukkan persahabatan jantan antara Trump dan Erdogan, tetapi juga menunjukkan bahwa AS adalah pemimpin jagoan, yang akan mengingatkan betapa hebatnya Amerika dan bahwa bertindak cerdas tidak pernah menyakiti negosiasi apa pun.
Beberapa baris tulisan di surat Trump kepada Erdogan, ekspresi cantik di sana dan di sini, lantas diakhiri dengan janji untuk berbicara nantinya. Namun, anehnya, surat itu tidak benar-benar menyelesaikan masalah dengan baik.
Erdogan mengabaikan surat itu, tetap menginvasi Suriah, dan berjanji tidak akan melupakan penghinaan Trump kepadanya. Ketika Gedung Putih merilis surat itu seminggu kemudian, awak media meragukan bahwa surat itu sungguhan hingga Gedung Putih harus memverifikasi keasliannya.
Bahkan Hillary Clinton mengejek surat itu di media sosial, yang ditulis Trump yang membanggakan diri sebagai sosok jenius yang stabil, dan tindakannya sering disalahpahami sebagai kegilaan.
5. Strategi pengendalian masalah
Tanggal 18 Oktober 2019, Trump tampaknya menyadari bahwa tidak semua orang percaya pada kejeniusan strategis dari keputusannya untuk secara tiba-tiba menarik pasukan AS dari Suriah, yang telah meninggalkan dan membuat sekutu-sekutu Kurdi Amerika di sana berjuang sendiri.
Tampaknya yakin bahwa para pembencinya khawatir tentang keamanan energi AS, Trump pun punya ide gila. Dia meyakinkan pers bahwa tidak ada alasan untuk khawatir karena “kami telah mengambil kendali atas minyak di Timur Tengah, minyak yang dikhawatirkan semua orang.”
Menyaksikan kebingungan tentang komentarnya di antara para pejabat Gedung Putih, Trump menegaskan kembali klaim tersebut bulan ini. Mengklaim telah mengendalikan sesuatu yang tidak AS miliki merupakan tindakan yang hampir gila, tetapi hal itu setidaknya membuat musuh Anda—dalam maupun luar negeri—goyah.
Jika saja Trump bisa menegaskan kepemilikan atas senjata nuklir Korea Utara, dengan demikian itu akan menyelesaikan masalah kebijakan luar negeri pemerintahan Trump yang sangat rumit.
Sejak musim panas 2019, Trump telah menetapkan standar yang cukup tinggi untuk ide-ide kebijakan luar negeri yang inovatif tetapi gila. Peningkatan kecepatan kegilaan Trump tidak diragukan lagi telah mencerminkan fakta bahwa sebagian besar penasihatnya yang paling kompeten dan paling tidak menjilat telah meninggalkan pemerintahan AS.
Beberapa minggu terakhir menunjukkan bahwa Trump telah melepaskan banyak kegilaannya yang paling luar biasa. Ketika tekanan dalam negeri dari proses penyelidikan pemakzulan Trump kian meningkat, dunia harus bersiap menyaksikan lebih banyak ide kebijakan luar negeri Trump yang tergila.
Pandangan yang diungkapkan dalam artikel ini adalah milik penulis dan tidak mencerminkan kebijakan editorial Mata Mata Politik.
Keterangan foto utama: Presiden Amerika Serikat Donald Trump gemar berbohong. (Foto: Reuters/Jonathan Ernst)
5 Rencana Kebijakan Luar Negeri Trump Paling Gila dalam 3 Bulan Terakhir