Global

Begini Kebijakan AS atas Azerbaijan di Era Biden

Joe Biden selama pertemuan dengan sejumlah representatif masyarakat sipil di Istanbul, Turki pada 2016. (Foto: Reuters)
Berita Internasional > Begini Kebijakan AS atas Azerbaijan di Era Biden
Advertisements

Selama 30 tahun terakhir, Azerbaijan dan Amerika Serikat mengembangkan kemitraan strategis berdasarkan kepentingan dan nilai-nilai bersama. Kemitraan itu mencakup bidang kerja sama seperti ketahanan energi, penanggulangan terorisme, peluang ekonomi bersama, serta perdagangan, politik, dan upaya kemanusiaan. Pemerintahan Presiden AS Bill Clinton dan George W. Bush telah menjalankan kebijakan bipartisan memperluas keterlibatan dengan Azerbaijan, demi meningkatkan kepentingan nasional AS di kawasan Kaspia.

Latar belakang

Presiden Amerika Serikat Joe Biden maupun para pejabat utamanya memahami pentingnya kawasan Kaspia terkait dengan kepentingan nasional AS. Pada 2016, selama KTT nuklir di Washington D.C., Wakil Presiden Biden saat itu dan calon Direktur CIA Bill Burns bertemu dengan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev untuk membahas peran berharga Azerbaijan dalam upaya non-proliferasi nuklir.

Namun, selama beberapa hari terakhir, pernyataan dari AS dan pemerintahan baru Biden telah mengirimkan tanda-tanda yang mengkhawatirkan ke Azerbaijan dan menempatkan kemitraan strategis ini dalam risiko, menurut analisis Fariz Ismailzade di The Central Asia-Caucasus Analyst.

Baca juga: Perang Propaganda Armenia-Azerbaijan dan Bias Media Amerika

Mantan Deputi Penasihat Keamanan Nasional dan Menteri Luar Negeri yang baru dikonfirmasi Antony Blinken memberikan jawaban tertulis kepada Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS yang menyatakan dukungan untuk kebutuhan keamanan Armenia dan meningkatkan kemungkinan penangguhan pengabaian Bagian 907 dari Undang-Undang Dukungan Kebebasan.

Tindakan legislatif itu (yang disahkan di bawah pengaruh lobi Armenia pada 1992, dan diabaikan setelah dukungan kuat Azerbaijan kepada AS setelah serangan 11 September 2001), memberikan sanksi pada Azerbaijan dan membatasi bantuan AS untuk sekutu strategis itu.

Selain itu, Senator pro-Armenia Bob Menendez (Demokrat-New Jersey) dan Anggota Kongres AS Adam Schiff (Demokrat-California) secara aktif mempromosikan narasi anti-Azerbaijan dan anti-Turki di Kongres AS. Keduanya mendesak pemerintahan Biden untuk mengambil sikap aktif terhadap negara-negara itu setelah perang Karabakh kedua pada 2020, yang mengakibatkan pembebasan wilayah Azerbaijan yang sebelumnya diduduki dan kekalahan pasukan militer Armenia.

Meskipun dapat dimengerti bahwa pernyataan semacam itu mungkin merupakan hasil dari proses konfirmasi serta bahwa kebijakan dan visi penuh pemerintahan Biden belum sepenuhnya diselesaikan, retorika awal di AS ini merupakan tantangan langsung bagi kemitraan AS-Azerbaijan.

Azerbaijan adalah salah satu negara mayoritas Muslim pertama yang memberikan bantuan kepada AS di Afghanistan dan Irak dengan mengirimkan pasukan penjaga perdamaian, membuka koridor udara, dan berbagi intelijen. Perusahaan minyak AS tetap aktif di sektor Azerbaijan di Laut Kaspia.

Koridor transportasi minyak dan gas “Timur-Barat” yang didukung AS diterapkan secara efektif oleh kepemimpinan Azerbaijan meskipun ada tekanan dari kekuatan negara-negara tetangga. Lebih dari 200 perusahaan AS aktif di Azerbaijan saat ini, sementara volume perdagangan bilateral terus meningkat setiap tahun.

Bagian 907 telah lama menjadi masalah pelik dalam hubungan AS-Azerbaijan. Azerbaijan menganggap tindakan legislatif itu tidak adil dan tidak memadai dalam hal mempertahankan kemitraan strategis ini. Lobi Armenia di AS mempromosikan dan mendukung undang-undang melalui kehadirannya yang kuat di Kongres AS, terlepas dari kenyataan bahwa Cabang Eksekutif, di bawah setiap pemerintahan sejak 1992, menentang RUU itu sebagai pelanggaran atas kemampuannya untuk merumuskan kebijakan terhadap Kaukasia Selatan.

Turki

Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev (kanan) dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan menghadiri parade militer di Baku, ibu kota Azerbaijan pada Kamis, 10 Desember 2020, yang didedikasikan untuk kemenangan dalam perang Nagorno-Karabakh. (Foto: Roman Ismayilov/Shutterstock)

Dampak

Mantan Presiden AS Donald Trump tidak memprioritaskan Kaukasia Selatan dan tidak mengizinkan lobi Armenia memengaruhi kebijakannya. Namun, pemerintahan Biden mengisyaratkan bahwa mereka mungkin lebih terbuka terhadap tuntutan diaspora Armenia.

Langkah seperti itu berisiko mengasingkan Azerbaijan, yang telah mencatat kurangnya relevansi relatif Amerika Serikat selama eskalasi ketegangan dalam beberapa tahun terakhir serta selama perang musim gugur lalu. Dengan latar belakang ini, permusuhan AS tidak akan menghasilkan apa-apa kecuali mendorong Azerbaijan lebih dekat ke kekuatan regional termasuk Rusia dan Iran.

Azerbaijan yang mayoritas Muslim sejauh ini berhasil mengejar integrasi Euro-Atlantik secara politik maupun ekonomi, terlepas dari pendudukan dan tekanan selama puluhan tahun dari negara-negara tetangga. Azerbaijan secara aktif bekerja sama dengan NATO dan Uni Eropa, serta berkontribusi pada keamanan energi Eropa.

Pipa gas baru senilai US$35 miliar dari Azerbaijan ke Eropa adalah tambahan terbaru dari kebijakan ini. Azerbaijan juga aktif bekerja sama dengan Israel untuk menciptakan Timur Tengah yang lebih aman dan sejahtera.

Azerbaijan juga merupakan panutan yang unik untuk hidup berdampingan secara damai antara orang Yahudi, Kristen, dan Muslim. Itu menunjukkan salah satu contoh terbaik di dunia dalam hal kerukunan, toleransi, dan rasa hormat antar umat beragama. Pemerintah AS telah menghargai peran Azerbaijan dalam perang global melawan ekstremisme dan terorisme.

Menurut analisis Fariz Ismailzade di The Central Asia-Caucasus Analyst, pemerintahan Biden harus secara hati-hati menilai langkah-langkah selanjutnya terhadap Azerbaijan dan mengembangkan insentif untuk memperdalam hubungan bilateral.

Satu bidang kerja sama dapat berupa pembangunan bersama dan investasi ke wilayah-wilayah yang baru dibebaskan di Azerbaijan. Berbagai perusahaan AS dapat berpartisipasi dalam rekonstruksi area itu sebagai subkontraktor untuk berbagai pekerjaan umum, serta investor dalam usaha gabungan, pabrik, berbagai perusahaan industri dan agro-bisnis.

Pembukaan koridor transportasi baru di lapangan (termasuk akses darat dan kereta api langsung yang bersejarah ke Turki) memberi bisnis AS akses yang lebih baik ke pasar Asia Tengah melalui Azerbaijan. Jalur kereta api baru akan dibangun di daerah tersebut, yang menghubungkan sistem perkeretaapian Turki, Azerbaijan, dan negara-negara Asia Tengah, yang juga dapat diikuti oleh perusahaan-perusahaan AS. Teknologi dan pengetahuan teknologi tinggi AS dapat berguna dalam pengembangan jaringan transportasi, kota pintar, area hijau, dan zona ramah lingkungan.

Baca juga: Azerbaijan Main-Main di Iran dan Rusia, AS Harus Bertindak

Perjanjian baru-baru ini yang ditandatangani antara Azerbaijan dan Turkmenistan untuk bersama-sama mengeksplorasi dan mengembangkan lapangan bawah laut “Dostluq” (Persahabatan) juga memberikan peluang untuk perluasan lebih lanjut dari energi dan transportasi koridor “Timur-Barat” antara Eropa dan Asia. Beragam perusahaan AS dapat merasa menarik untuk sekali lagi mempertimbangkan kemungkinan untuk berinvestasi dalam pipa Trans-Kaspia, yang akan membuka akses ke cadangan gas Turkmenistan melalui Azerbaijan.

Azerbaijan dan AS juga dapat memperkuat kerja sama di bidang keamanan. Selama beberapa tahun terakhir, Azerbaijan telah berfungsi sebagai sarana pertemuan militer tingkat senior AS-Rusia. Azerbaijan dapat memainkan peran serupa terhadap negara tetangga Iran. Hingga 30 juta warga Iran adalah etnis Azerbaijan.

Di masa lalu, Azerbaijan memiliki catatan kerja sama yang baik dengan AS di bidang keamanan perbatasan dan penguatan pasukan penjaga perdamaian. Sekitar 130 kilometer perbatasan Iran-Azerbaijan serta seluruh perbatasan internasional Armenia-Azerbaijan dibebaskan dari pendudukan. Pengalaman AS dalam keamanan perbatasan mungkin bisa kembali membantu.

Diplomasi aktif AS juga diperlukan untuk mengamankan perdamaian jangka panjang di Nagorno-Karabakh. AS menjabat sebagai salah satu dari tiga ketua bersama OSCE Minsk Group. Namun, penting untuk tidak mengikuti jalur yang sama seperti Prancis pada 2020. Posisi Prancis yang bias dan tidak seimbang selama perang Nagorno-Karabakh, termasuk dukungan Senat Prancis untuk kemerdekaan Nagorno-Karabakh, telah merusak hubungan ekonomi yang kuat dengan Azerbaijan dan meminggirkan diplomasi Prancis di kawasan.

AS harus menunjukkan lebih banyak pemahaman terhadap kebutuhan pihak-pihak yang bertikai serta berkontribusi pada penguatan perdamaian dan stabilitas di kawasan dengan menegakkan integritas teritorial negara dan rekonstruksi komunitas yang hancur. Hanya mediasi yang tidak memihak yang dapat memberikan rasa hormat penuh dan perdamaian yang berkelanjutan.

Terakhir, reformasi politik dan ekonomi domestik di Azerbaijan membutuhkan bantuan, pengalaman, dan teknologi AS yang kuat, menurut analisis Fariz Ismailzade di The Central Asia-Caucasus Analyst. Perusahaan-perusahaan Amerika didorong untuk berinvestasi di Azerbaijan, seperti yang ditunjukkan oleh Presiden Aliyev dalam pertemuannya dengan para anggota Kamar Dagang AS.

Kesimpulan

Peran diaspora dan lobi etnis secara historis menjadi kelemahan utama demokrasi Amerika Serikat. Dunia sedang menunggu untuk melihat bagaimana pemerintahan Presiden AS Joe Biden akan bekerja untuk memulihkan posisinya setelah pemerintahan mantan Presiden AS Donald Trump. Sangat penting untuk mengejar kebijakan bijaksana yang tidak semakin mengucilkan para mitra dan sekutu AS.

Kebijakan luar negeri Amerika benar-benar dapat menguntungkan kepentingan nasionalnya di Kaukasia Selatan dan kawasan Kaspia yang lebih luas, jika menerapkan pemikiran strategis dan bijaksana dalam proses pembuatan kebijakan luar negerinya, daripada bertindak di bawah pengaruh lobi mana pun, Fariz Ismailzade menyimpulkan di The Central Asia-Caucasus Analyst.

 

Penerjemah: Fadhila Eka Ratnasari

Editor: Aziza Larasati

Keterangan foto utama: Joe Biden selama pertemuan dengan sejumlah representatif masyarakat sipil di Istanbul, Turki pada 2016. (Foto: Reuters)

Begini Kebijakan AS atas Azerbaijan di Era Biden

BERLANGGANAN

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top