Penjualan Rudal Jelajah Anti-Kapal
Global

Mengapa Aliansi Quad Takkan Wujudkan Ambisi NATO Asia Lawan China

Berita Internasional > Mengapa Aliansi Quad Takkan Wujudkan Ambisi NATO Asia Lawan China

Di luar pengelompokan informal empat anggota Amerika Serikat, Jepang, India, dan Australia, hanya ada sedikit negara lain yang benar-benar bebas dan demokratis di Asia. Banyak negara di kawasan enggan merusak hubungan dengan China, terutama mengingat diplomasi vaksinnya selama pandemi global COVID-19.

NATO awalnya didirikan sebagai benteng persatuan demokrasi melawan Uni Soviet. Demikian pula, aliansi keamanan Quad berharap menjadi setara NATO di zamannya, yakni benteng melawan kebangkitan China. Sayangnya, menurut opini Joshua Park di South China Morning Post, bagi Amerika Serikat dan para sekutunya harapan itu tidak mungkin terwujud.

Quadrilateral Security Dialogue atau Quad adalah aliansi keamanan informal antara Amerika Serikat, Jepang, India, dan Australia. Menggabungkan kekuatan demokrasi di sepanjang tepi Asia-Pasifik, aliansi ini diprakarsai oleh mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe pada 2007. Meskipun sempat hiatus selama satu dekade, Quad bangkit kembali pada 2017, menegaskan kembali perannya sebagai “Busur Demokrasi Asia” dan memicu perbandingan dengan aliansi keamanan transatlantik NATO dengan sendirinya.

6 Oktober 2020 menandai pertemuan tingkat tinggi pertama Quad dalam lebih dari setahun. Meski di tengah pandemi COVID-19, keempat menteri luar negeri berkumpul di Tokyo, Jepang. Dalam wabah global yang mewajibkan langkah menjaga jarak, pertemuan itu sendiri menunjukkan tampilan signifikansi pertemuan.

Dalam bayang-bayang kebangkitan China yang berjarak lebih dari seribu kilometer dari lokasi pertemuan, keempat menteri luar negeri bertemu untuk membahas upaya melawan kebangkitan China.

Dalam konferensi pers pada hari pertemuan Quad, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo menuturkan, “Setelah kita melembagakan apa yang kita lakukan, kita berempat bersama, kita dapat mulai membangun kerangka keamanan yang sebenarnya.” Sejak kebangkitan Quad pada 2017 dan pemerintahan Presiden AS Donald Trump yang semakin bermusuhan dengan China, para pengamat hubungan internasional telah berspekulasi tentang formalisasi dan perluasan Quad.

Implikasi dari “NATO Asia” sangat besar, blok demokrasi dengan satu tujuan terbentuk di seluruh Asia dan mengelilingi China yang sedang naik daun. Dengan sengketa Laut China Selatan dan Taiwan siap menjadi pemicu konflik langsung yang paling mungkin terjadi dengan China, keamanan di kawasan tersebut telah muncul sebagai prioritas global.

Namun, kawasan Asia saat ini tidak mungkin mencapai titik itu. Meski terdengar menarik, Joshua Park berpendapat di South China Morning Post, impian Amerika Serikat tentang front persatuan melawan China tidak akan pernah terwujud. Terdapat 3 alasan utama yang menonjol untuk argumen itu.

Pertama dan segera, terlalu sedikit negara di Asia-Pasifik yang merupakan negara demokrasi sejati. Menurut Status Kebebasan Global 2020 dari Freedom House, hanya Mongolia, Korea Selatan, Selandia Baru, Timor Leste, dan beberapa negara Kepulauan Pasifik yang memenuhi syarat sebagai “bebas”, di luar anggota Quad.

“Busur Demokrasi Asia” yang menuntut demokrasi yang bebas dan terbuka mendiskualifikasi sebagian besar negara di kawasan ini. Persatuan besar Asia-Pasifik melawan China tidak akan efektif jika hanya ada segelintir negara peserta yang bebas tetapi tersebar di kawasan yang luas. Quad dikhawatirkan harus meninggalkan prinsip-prinsip kebebasan dan demokrasi dalam upaya visi khusus melawan China.

Kedua, para anggota Quad baru hampir pasti akan dipaksa untuk mengorbankan hubungan mereka dengan China. Ketika iklim internasional semakin terpolarisasi dengan Amerika Serikat dan China masing-masing mengejar berbagai negara untuk bergabung dengan sisi mereka, aliansi keamanan dengan AS hampir pasti akan mengorbankan kemitraan ekonomi dengan China.

Misalnya, Australia selaku teman lama AS, negara Quad, dan mitra ekonomi utama China, menyaksikan hubungannya dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu jatuh ke titik terendah, dengan sanksi terhadap daging sapi, jelai, dan batu bara Australia dalam beberapa bulan terakhir.

Terakhir, mengingat situasi unik pandemi COVID-19, banyak negara di Asia dan bahkan dunia mengandalkan bantuan vaksin dari China. Filipina telah mencapai kesepakatan dengan China untuk akses prioritas ke vaksinnya. Malaysia, Thailand, Kamboja, dan Laos juga telah dijanjikan vaksin prioritas oleh menteri luar negeri China. Bangladesh dan Indonesia juga telah bersiap menerima dosis vaksin gratis.

Di luar negara-negara tersebut, beberapa negara lain di Asia, Amerika Latin, dan Afrika telah menandatangani kesepakatan dengan China untuk beberapa bentuk kerja sama vaksin. China, negara terdepan dalam perlombaan vaksin, telah memulai “diplomasi vaksin” untuk memastikan agar negara-negara tetap di sisinya.

Keempat menteri luar negeri dalam aliansi keamanan QUAD bertemu untuk membahas ancaman kebangkitan China. (Foto: Nikkei Asia)

Terlepas dari kendala tersebut, para pemimpin Quad terus berupaya untuk mencapai “Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka”. Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne terbang langsung ke Singapura setelah pertemuan pada 6 Oktober di Tokyo, dilaporkan untuk melanjutkan agenda Quad.

India telah memasukkan Australia dalam latihan angkatan laut tahunan Malabar dengan AS dan Jepang tahun ini. Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga telah meningkatkan kerja sama pertahanan negara dengan Vietnam dan juga sedang berada dalam proses pembicaraan dengan Indonesia dan Thailand.

Namun, harapan Quad untuk blok demokrasi Indo-Pasifik untuk melawan China, seperti yang dilakukan NATO dengan Uni Soviet, pada akhirnya tidak mungkin terwujud. Negara-negara Asia non-demokratis terlalu bersifat antitesis bagi tujuan Quad, menurut opini Joshua Park di South China Morning Post, bahkan dengan adanya China sebagai musuh bersama.

Selain itu, pengaruh China hampir tidak mungkin untuk dihadapi, bahkan tanpa adanya tekanan kerja sama penanganan pandemi.

Bukan berarti aliansi keamanan Quad tidak berfungsi atau tidak dapat berkembang dengan baik dalam bentuknya yang ada saat ini. Namun, jika yang benar-benar diinginkan Quad adalah blok Asia yang kohesif dan bersatu melawan China, Joshua Park menyimpulkan di South China Morning Post, 4 negara demokratis anggota Quad harus mencari perwujudan ambisi itu di tempat lain.

Penerjemah dan editor: Fadhila Eka Ratnasari

Keterangan foto utama: Kapal tempur pesisir Amerika Serikat USS Coronado meluncurkan rudal Harpoon Block 1C untuk pertama kalinya selama latihan militer Rim of the Pacific. (Foto: Flickr/US Pacific Fleet)

Mengapa Aliansi Quad Takkan Wujudkan Ambisi NATO Asia Lawan China

BERLANGGANAN

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top