“Tetap di rumah, biarkan rumahmu menjadi milikmu. Tidak ada mudik, terutama bagi mereka yang berada di wilayah Jabodetabek,” ujar Sekretaris Fatwa MUI Asrorun Niam.
Majelis Ulama Indonesia (MUI), badan ulama Islam tertinggi di negara ini, memberikan dakwaan paling keras terhadap orang Indonesia yang bersikeras akan melakukan eksodus mudik mudik tahun ini, yang diperkirakan akan berlangsung pada akhir Mei, meskipun pandemi COVID-19 belum menunjukkan tanda-tanda mereda.
Mudik, yang berlangsung selama liburan Idul Fitri dan melibatkan eksodus sekitar 30 juta orang Indonesia dari pusat kota ke daerah pedesaan saban tahun, secara teknis tidak dilarang. Pasalnya, pemerintah mengatakan, kendati dilarang sedemikian rupa, orang akan tetap tidak mematuhinya, lapor Coconuts Jakarta.
Meskipun para ahli kesehatan mendesak pemerintah untuk melarang tradisi mudik 2020 untuk mencegah penyebaran nasional virus corona COVID-19, praktik mudik praktis diletakkan sebagai masalah hati nurani saja.
Namun, otoritas keagamaan masih melakukan bagian mereka untuk mencoba menghentikan eksodus tahun ini. MUI khususnya, berulang kali telah mendesak umat Islam Indonesia untuk tinggal di tempat mereka selama liburan Idul Fitri ini.
“Tetap di rumah, biarkan rumahmu menjadi milikmu. Tidak ada mudik, terutama bagi mereka yang berada di wilayah Jabodetabek,” ujar Sekretaris Fatwa MUI Asrorun Niam dalam konferensi pers hari ini, seperti dikutip dari Kumparan.
Jakarta menyumbang hampir setengah dari semua beban kasus COVID-19 di Indonesia, dengan 2.186 dari penghitungan nasional 4.557 pada 13 April.
“Jika Anda mengaku sebagai orang yang religius, Anda harus mengikuti saran nabi untuk tinggal di satu daerah ketika ada wabah. Ini berlaku untuk mudik juga,” tambah Asrorun.
Sementara sikap MUI tentang mudik kian mendekati dekrit agama,tapi hingga berita ini diturunkan, badan ulama belum secara resmi menyatakan eksodus haram (dilarang) tahun ini. Alasannya, tulis Coconuts Jakarta, larangan itu adalah masalah yang harus diputuskan oleh pembuat kebijakan yang lebih memahami ekonomi dan implikasi budaya.
Namun para pembuat kebijakan, termasuk Wakil Presiden Ma’ruf Amin, yang notabene merupakan ketua MUI sebelum ia menjabat Wapres tahun lalu, telah menyerahkan larangan mudik kepada badan ulama. Ia berdalih, pendekatan keagamaan akan lebih efektif dalam meyakinkan orang untuk tidak melakukan perjalanan selama pandemi.
Sementara itu, dengan tidak adanya larangan langsung terhadap mudik, ada banyak laporan tentang orang Indonesia meninggalkan kota baru-baru ini menuju kota asal mereka karena takut akan penguncian pemerintah di masa depan.
Selain itu, warga yang memilih mudik umumnya juga bingung oleh kesimpangsiuran pengumuman pemerintah dan para pemangku agama.
Namun, para pemimpin Islam terkemuka di Indonesia juga tidak konsisten dalam pengiriman pesan mereka, dengan beberapa menyerukan agar Fatwa diterapkan untuk melarang mudik, sementara yang lain tampaknya mendorong mudik dengan memberi label pandemi COVID-19 sebagai takdir oleh Tuhan, The Diplomat melaporkan.
Akibatnya, mengingat situasi saat ini, tampaknya semakin mungkin bahwa setelah akhir pekan Idulfitri (22-23 Mei), Indonesia dapat menyaksikan peningkatan tajam dalam jumlah kasus COVID-19 di seluruh negeri.
Daerah pedesaan di Indonesia kemungkinan akan terkena dampak paling parah dari infeksi ini dan mungkin berjuang untuk mengatasinya karena keterbatasan fasilitas kesehatan mereka. Lebih buruk lagi, menurut data yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia, hanya sejumlah rumah sakit di Indonesia yang memiliki kapasitas untuk menangani pasien COVID-19.
Di beberapa provinsi, seperti Sulawesi Tenggara, yang memiliki populasi 2,4 juta orang, hanya satu rumah sakit yang dilengkapi untuk menangani COVID-19. Ini merupakan gambaran suram bagi Sulawesi Tenggara dan provinsi-provinsi sejenisnya di seluruh Indonesia.
Penerjemah: Anastacia Patricia
Editor: Purnama Ayu Rizky
Keterangan foto utama: Ilustrasi imbauan untuk tidak mudik selama pandemi corona di Indonesia. (Foto: Suara NTB)
MUI: Jangan Pergi Mudik Jika Anda Mengaku Beragama