Dewan legislatif Amerika Serikat berencana mengesahkan rencana pengiriman bom Massive Ordnance Penetrator ke Israel. Mampukah negara Yahudi itu mengangkut bom itu untuk dijatuhkan ke Iran?
Dua anggota Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat sedang bersiap untuk memperkenalkan undang-undang yang memungkinkan AS untuk memasok 13.607 kilogram bom GBU-57 Massive Ordnance Penetrator (MOP) ke Israel, menurut laporan Politico. Dikembangkan pada awal 2000-an, MOP adalah bom penghancur bunker yang kuat yang dapat menembus fasilitas nuklir bawah tanah Iran jika rezim Islam itu mengejar pengembangan senjata nuklir yang dianggap Israel sebagai ancaman mematikan.
Amunisi dengan panjang lebih dari 6 meter dan lebar 0,8 meter itu dinyatakan beroperasi pada 2011. Akuisisi senjata presisi itu oleh Israel dilaporkan telah berulang kali diminta oleh pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Undang-undang terbaru AS akan membatalkan undang-undang federal Amerika saat ini yang melarang penjualan senjata penghancur bunker semacam itu. Dengan mengizinkan transfer bom MOP, AS akan membantu Israel mempertahankan keunggulan militer kualitatifnya di Timur Tengah, Forbes melaporkan.
Namun, jika undang-undang bipartisan ini disahkan, terdapat pertanyaan yang mencolok: Bagaimana Angkatan Udara Israel dapat mengirimkan bom sebesar itu?
Bom besar, pesawat pengebom besar
Angkatan Udara Israel memiliki sejumlah pesawat serbu Amerika Serikat termasuk F-35A, F-15E/I, dan F-16I. Namun, sejauh yang diketahui, tidak ada di antara pesawat-pesawat tersebut yang bisa mengangkut bom MOP yang besar dan panjang itu.
Senjata yang berpemandu GPS dengan hulu ledak seberat 2.404 kilogram itu mengharuskan Angkatan Udara AS untuk mengadaptasi salah satu platform miliknya sendiri, pesawat pengebom siluman B-2 Spirit, untuk mengangkutnya dalam ketinggian tinggi. Penyesuaian kembali B-2 untuk tujuan tersebut dimulai pada 2007. Modifikasi itu memungkinkan B-2 untuk benar-benar mengangkut dua GBU-57, kemampuan yang dikonfirmasi Angkatan Udara AS dalam video yang dilihat secara luas dari penurunan B-2 MOP yang dirilis pada 2019.
Video itu jelas merupakan pengingat bahwa Angkatan Udara AS memiliki kemampuan seperti itu dan persediaan GBU-57 sudah siap. Tidak demikian halnya dengan Israel, yang tampaknya tidak memiliki pesawat yang mampu membawa MOP kecuali jika melihat lebih jauh dari pesawat tempurnya menuju armada pesawat kargo C-130.
Beberapa kalangan mungkin mengingat bahwa pada 2017, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyetujui serangan terhadap terowongan dan personel ISIS di Distrik Achin di Provinsi Nangarhar, Afghanistan. Misi itu dieksekusi oleh MC-130 Talon yang membawa bom GBU-43 Massive Ordnance Air Blast (MOAB). Meskipun bukan senjata penembus seperti MOP, MOAB memiliki berat 10.251 kilogram dan panjang lebih dari 9 meter, dimensinya tidak terlalu jauh dari GBU-57. MOAB juga merupakan senjata yang berpemandu presisi.
Mampukah Angkatan Udara Israel mengadaptasi pesawat kargo C-130 untuk membawa bom MOP? Sangat mungkin, tetapi langit di atas Iran sangat dilindungi, berbeda dari wilayah udara terbuka yang luas di atas Afghanistan.
Pesan terselubung
Pada 2014, pensiunan Letnan Jenderal Angkatan Udara Amerika Serikat David Deptula mengusulkan untuk mentransfer bom MOP dan sejumlah kecil pesawat pengebom B-52H ke Israel, dalam kolom opini yang turut dia tulis untuk The Wall Street Journal.
Deptula, yang saat ini menjadi dekan Mitchell Institute for Aerospace Studies dan kontributor Forbes, mencatat bahwa ketika dia menulis opini itu, AS sedang bernegosiasi dengan Iran mengenai aspirasi nuklirnya. Saran agar Israel menerima MOP dan B-52 dimaksudkan untuk dibaca dengan lebih dari sekedar interpretasi harfiah, sehubungan dengan pandangannya mengenai undang-undang terbaru.
RUU DPR AS pasti bisa dilihat sebagai pesan tertentu, tetapi akan memiliki nilai yang jauh lebih kecil jika kemungkinan realistis penggunaan GBU-57 oleh Israel tidak pernah ada.
Keberhasilan mengirimkan bom MOP ke Teheran akan menjadi tugas yang sulit serta membutuhkan operasi multi-domain dan multi-dimensi dengan berbagai efek. Namun, Angkatan Udara Israel telah melakukan tindakan yang sebelumnya dianggap tidak mungkin oleh banyak pihak, yaitu menghancurkan reaktor nuklir Osirak di Irak pada 1981 dan reaktor al-Kubar yang telah selesai sebagian di dekat Deir ez-Zor, Suriah pada 2007.
Namun, bisakah Angkatan Udara Israel menjatuhkan bom MOP GBU-57? “Ya, IAF dapat mengirimkan MOP,” tegas Deptula. Dia menolak untuk menjelaskan lebih lanjut tetapi jawabannya akan memperkuat alasan setiap transfer MOP ke Israel.
Lantas bagaimana? Versi Israel dari pesawat tempur F-15E Strike Eagle, yakni F-15I Ra’am (Thunder) disebut Israel sebagai “pesawat strategis”. Secara resmi, jet itu hanya dapat membawa sekitar setengah muatan (8.165 kilogram) yang dibutuhkan untuk mengangkut GBU-57 seberat 13.607 kilogram. Namun, jet tempur Strike Eagle dilaporkan memiliki berat lepas landas maksimum 36.741 kilogram dan berat kosong 14.379 kilogram oleh Angkatan Udara AS. Itu berarti 22.226 kilogram lebih untuk dimainkan secara potensial. Memasang bom MOP GBU-57 di garis tengah jet tempur Ra’am akan menghadirkan kesulitan dimensi. Namun, seperti yang dicatat Forbes, Angkatan Udara Israel telah melakukan banyak hal yang nyaris tidak mungkin sebelumnya.
Angkatan Udara Amerika Serikat menolak berkomentar apakah F-15E dapat membawa MOP dan apakah mereka memiliki rencana darurat untuk kemungkinan seperti itu.
Tentu saja, sistem senjata asli pesawat tempur Ra’am, radar AESA, dan paket berbagi data/peperangan elektronik dapat memungkinkannya beroperasi dengan aset multi-domain dan dapat mengisi bahan bakar di udara.
Sebuah jet tempur F-35 Israel tampil dalam pertunjukan udara di upacara wisuda pilot Israel di pangkalan Angkatan Udara Israel Hatzerim, 27 Juni 2019. (Foto: Getty Images/AFP/Jack Guez)
Dapatkah pesan dalam pesan rancangan undang-undang yang diusulkan di DPR AS adalah bahwa Israel dapat memiliki akses ke senjata seperti amunisi penetrasi baru Angkatan Udara AS berupa Global Precision Attack Weapon (GPAW)? Dikembangkan untuk pesawat pengebom B-21 Raider siluman baru dari Angkatan Udara, GPAW digambarkan “mampu melawan target yang keras dan terkubur dalam”.
GPAW kemungkinan besar merupakan hasil dari konsep amunisi Next Generation Penetrator (NGP) yang telah berusia satu dekade, di mana Angkatan Udara AS meminta proposal penelitian melalui Broad Agency Announcement pada akhir 2010. Mantan Letnan Jenderal Angkatan Udara Philip M. Breedlove dilaporkan mengatakan layanan itu menginginkan NGP menjadi sepertiga ukuran MOP sehingga kompatibel dengan F-35. Meskipun GPAW tidak akan siap selama beberapa tahun ke depan, bagian riset dan pengembangan NGP mungkin telah menghasilkan program rahasia dan senjata penghancur bunker yang lebih kecil yang sudah ada saat ini.
“Adir”, demikian Israel menyebut versi pesawat tempur siluman F-35 miliknya, dapat membawa senjata semacam itu dan akan cukup siluman untuk menembus pertahanan udara Iran yang berlapis-lapis.
Namun, jika seperti yang dikatakan Deptula di Forbes, Israel dapat membatalkan MOP dan bukan GPAW yang menunjukkan bahwa mereka akan menggunakan apa yang mereka miliki, yakni pesawat kargo Hercules atau pesawat serbu Strike Eagle. Perlu dicatat bahwa ada jet Eagle lain yang akan segera mereka beli, yaitu F-15EX.
Israel dilaporkan telah menyatakan minatnya pada F-15 canggih, yang disebut-sebut Boeing menawarkan muatan yang lebih besar. Faktanya, EX dapat membawa senjata seberat 13.381 kilometer, cukup dekat dengan bom MOP.
Jika Israel dapat mengirimkan bom Massive Ordinance Penetrator dengan pesawat yang sudah dimiliki atau pesawat baru yang hampir siap, mereka memiliki keunggulan militer kualitatif untuk memastikannya.
Penerjemah dan editor: Fadhila Eka Ratnasari
Keterangan foto utama: Pesawat tempur F-15 dan F-16 Israel. (Foto: The National Interest)