Perang antara Amerika dan China kemungkinan tak terhindarkan terjadi di Laut China Selatan jika dua negara tak bisa menahan diri.
Awal januari silam, Presiden China Xi Jinping memerintahkan pasukan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China untuk berlatih lebih keras dan bersiap bertarung hingga mati. Melansir Express.co.uk, Xi Jinping menandaskan agar mereka “tidak takut akan kesulitan” dan “siap berperang kapan saja”. Dia mengungkapkan hal tersebut saat berpidato di depan Komisi Militer Pusat China di Beijing.
Ia juga meminta PLA untuk membiasakan diri terhadap kesulitan, memperkuat tanggung jawab misi, dan mempercepat transformasi serta pelatihan militer.
Pidato yang menggetarkan itu muncul ketika China menghadapi ketegangan yang meningkat dengan AS serta Taiwan di Laut China Selatan dan India di perbatasan Himalaya yang bergejolak, tulis Kontan.
Khususnya di Laut China Selatan, China mengilustrasikan klaimnya dengan “sembilan garis putus” berbentuk U yang mencakup petak-petak zona ekonomi eksklusif (ZEE) Vietnam, serta Kepulauan Paracel dan Kepulauan Spratly. Wilayah yang China klaim ini sayangnya juga tumpang tindih dengan ZEE dari Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam.
Namun, lagi-lagi China tak peduli meskipun harus bergesekan dengan negara-negara di Asia Tenggara. Tahun lalu misalnya, kapal-kapal China dan Vietnam terlibat dalam kebuntuan berbulan-bulan di ZEE Vietnam, di mana kapal penelitian China melakukan survei yang tumpang tindih dengan blok-blok minyak Vietnam.
Pada Mei, kapal penelitian China yang sama terlibat dalam kebuntuan selama sebulan dengan kapal Malaysia di ZEE Malaysia, dekat dengan tempat pengeboran yang dikontrak oleh perusahaan minyak Malaysia, Petronas.
Selain memulai pengerahan kapal dan militerisasi di laut sengketa, China juga terbilang bersumbu pendek saat merespons pengerahan kapal perang Angkatan Laut AS. Dalam episode terbaru, Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China (PLAN) balas mengerahkan kapal mereka sendiri. Itu termasuk kapal korvet Tipe 056A PLAN Enshi, Yongzhou, dan Guangyan, yang mengambil bagian dalam latihan tembak-menembak, jarak jauh, dan intensitas tinggi, The National Interest mencatat.
Lembaga penyiaran pemerintah Chinese Central Television (CCTV) juga melaporkan latihan kapal korvet termasuk pencegatan rudal dan penghancuran tiruan kapal perang musuh. China telah membangun 44 kapal korvet Tipe 056A pada Januari 2021. Sembilan kapal korvet berikutnya diyakini sedang dibangun. Serangkaian kapal perang tersebut telah menjadi bagian penting dari upaya ekspansi cepat PLAN.
Dalam hal ini, China memang telah mengklaim pengerahan Angkatan Laut AS baru-baru ini ke Laut China Selatan yang disengketakan merusak stabilitas regional. Sementara itu, Amerika telah menantang klaim teritorial China atas wilayah perairan di bawah Program Kebebasan Navigasi. Joe Biden sendiri memang menegaskan sikapnya takkan melunak dan akan terus membekingi negara rapuh di Laut China Selatan.
Kerasnya pendirian dua negara adidaya ini membuat media Global Times yang agresif memperingatkan, “China harus siap menghadapi Amerika Serikat di Laut China Selatan dan Selat Taiwan.”
Berbicara dengan topik ini, Global Times yang didukung pemerintah China sedikit memanaskan retorika ketika menyatakan, “jika Washington meluncurkan provokasi militer untuk menantang keamanan dan kedaulatan nasional China, China akan segera melakukan pembalasan yang efektif dan segera.”
Walau ini mungkin (dalam beberapa hal) tampak seperti pernyataan yang jelas, itu memang menunjukkan prospek perang besar, mungkin dimulai dengan hanya insiden kecil, lapor The National Interest.
“Kemungkinan bentrokan kecil dan menengah, yang dapat melibatkan tabrakan kapal dan insiden penembakan sesekali, meningkat,” tulis Global Times.
Penulis dan editor: Purnama Ayu Rizky
Keterangan foto utama: Potensi perang yang melibatkan China-AS di Laut China Selatan. (Getty Images)
Laut China Selatan Memanas, Perang Dunia III di Depan Mata?