Terungkap: Rahasia Terburuk Israel dan Persekutuannya dengan Mesir
Sejarah

Perjanjian Damai Israel-Mesir 41 Tahun Lalu

Berita Internasional > Perjanjian Damai Israel-Mesir 41 Tahun Lalu

Perjanjian damai antara Israel dan Mesir 41 tahun lalu pada 26 Maret 1979 telah mengukir perdamaian antara negara Yahudi Israel dengan salah satu negara tetangga Arabnya. Sejak menjalin hubungan perdagangan dan diplomatik, kedua negara telah memperjuangkan perjanjian damai serupa antara Israel dan Palestina hingga kini.

Dalam sebuah upacara di Gedung Putih pada 26 Maret 1979, Presiden Mesir Anwar el-Sadat dan Perdana Menteri Israel Menachem Begin menandatangani perjanjian damai bersejarah yang mengakhiri tiga dasawarsa permusuhan antara Mesir dan Israel serta berhasil membangun hubungan diplomatik dan komersial antara kedua negara.

Kurang dari dua tahun sebelumnya, dalam langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi seorang pemimpin Arab, Sadat melakukan perjalanan ke Yerusalem, Israel untuk mencari penyelesaian perdamaian permanen dengan negara tetangga Yahudi Mesir setelah beberapa dekade konflik. Kunjungan Sadat, ketika ia ia bertemu dengan Begin dan berbicara di hadapan parlemen Israel, disambut dengan kemarahan di sebagian besar dunia Arab.

Terlepas dari kritik dari para sekutu regional Mesir, Sadat terus mengejar perdamaian dengan Begin. Pada September 1978, kedua pemimpin kembali bertemu di Amerika Serikat untuk menegosiasikan kesepakatan dengan Presiden AS Jimmy Carter di Camp David, Maryland. Camp David Accords, perjanjian damai pertama antara Israel dan Mesir sebagai salah satu negara tetangga Arabnya itu meletakkan dasar bagi hubungan diplomatik dan komersial kedua negara. Tujuh bulan kemudian, sebuah perjanjian perdamaian resmi ditandatangani.

Baca Juga: Benny Gantz Menangkan Mayoritas Tipis untuk Bentuk Pemerintahan Israel

Akhirnya, dilansir dari History.com, pada 26 Maret 1979, Mesir dan Israel menandatangani perjanjian damai resmi. “Biarkan sejarah mencatat, pertentangan yang mendalam dan berlangsung sejak lama dapat diselesaikan tanpa pertumpahan darah dan tanpa menyia-nyiakan nyawa yang berharga,” tegas Carter saat itu.

Atas prestasi mereka, Sadat dan Begin secara bersama-sama dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian 1978. Upaya perdamaian Sadat tidak begitu diakui di dunia Arab. Mesir diskors dari Liga Arab. Pada 6 Oktober 1981, para ekstremis Muslim membunuh Sadat di Kairo. Namun demikian, proses perdamaian tetap berlanjut tanpa Sadat. Pada 1982, Mesir secara resmi menjalin hubungan diplomatik penuh dengan mantan musuhnya, Israel. Langkah itu membuat Mesir menjadi satu-satunya negara Arab yang secara resmi mengakui Israel sampai 1994, ketika Yordania mengikuti langkah serupa.

Saat ini, Mesir telah memiliki kedutaan besar di Tel Aviv dan konsulat di Eilat, dekat tempat perbatasan kedua negara di garis pantai Teluk Aqaba di Laut Merah. Israel memiliki kedutaan besar di Kairo dan konsulat di Alexandria. Kedua negara tersebut juga memiliki dua penyeberangan resmi melintasi perbatasan bersama mereka, salah satunya di Taba dekat ujung utara Teluk Aqaba dan yang lainnya di antara El Ouga dan Nitzana. Perbatasan El Ouga-Nitzana hanya mengakomodasi lalu lintas komersial.

Baca Juga: Imam Penyebar Konspirasi Israel-ISIS Gabung Kampanye Sanders

Kedua negara telah mempertahankan hubungan diplomatik yang tidak terputus sejak menandatangani perjanjian perdamaian pada 1979. Namun, pemerintah Mesir telah dua kali menarik duta besarnya untuk Israel, pertama antara 1982 dan 1988 dan kedua antara 2001 dan 2005 selama Intifada Kedua Palestina.

Menurut laporan Politico, hubungan antara Mesir dan Israel telah meningkat sejak 2017 ketika Donald Trump menjadi presiden Amerika Serikat dan Mohammed bin Salman menjadi putra mahkota Arab Saudi. AS, Mesir, Yordania, dan Arab Saudi berharap agar Otoritas Nasional Palestina (PNA) dan Israel menandatangani perjanjian perdamaian akhir. Namun sejauh ini, prospek tersebut telah dihadapi dengan sikap keras kepala dan permusuhan di kedua sisi.

Meskipun perdamaian ketiga pemimpin Mesir, Israel, dan AS yang ditempa di Camp David bersifat “parsial dan tidak lengkap”, penulis Amerika Lawrence Wright dalam bukunya “Thirteen Days in September: The Dramatic Story of the Struggle for Peace” mencatat, perjanjian damai Mesir-Israel pada 26 Maret 1979 itu tetap berlaku sebagai “salah satu kemenangan diplomatik besar di abad ke-20.”

 

Penerjemah: Fadhila Eka Ratnasari

Editor: Purnama Ayu Rizky

Keterangan foto utama: Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi (kanan) berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kiri) dalam pertemuan mereka sebagai bagian dari upaya untuk menghidupkan kembali proses perdamaian Timur Tengah menjelang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, AS, 19 September 2017, dalam foto dari Kepresidenan Mesir. (Foto: The Egyptian Presidency/Handout via Reuters)

Perjanjian Damai Israel-Mesir 41 Tahun Lalu

BERLANGGANAN

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top