Pertanyaan Tak Terjawab Papua Barat: Siapa Bunuh Anak Kami?
Berita Politik Indonesia Hari Ini

Pertanyaan Tak Terjawab Papua Barat: Siapa Bunuh Anak Kami?

Berita Internasional > Pertanyaan Tak Terjawab Papua Barat: Siapa Bunuh Anak Kami?

Seorang anak tunggal dari sebuah keluarga di Papua Barat ditembak mati aparat polisi dalam baku tembak dekat Freeport. Polisi berdalih, anak tersebut adalah bagian dari kelompok kriminal separatis bersenjata. Sebaliknya, sang ayah bersumpah, anaknya hanya warga sipil biasa dan tak mungkin memiliki senjata. Hingga kini, kasus yang diduga salah tembak itu belum menemui jalan terang.

Salah satu keluarga di Papua Barat mengajukan pertanyaan kepada pemerintah setempat, tentang pembunuhan anak dan teman kuliahnya di Kabupaten Mimika, Senin kemarin.

Laporan media dari Papua mengatakan, dua mahasiswa, Eden Bebari dan Ronny Wandik, berusia masing-masing 19 dan 21 tahun, dibunuh oleh personil militer Indonesia kira-kira di antara Kota Timika dan perusahaan tambang emas Freeport.

Menurut Seputar Papua, pihak berwenang mengklaim keduanya adalah bagian dari kelompok kriminal separatis bersenjata. Sehingga, aparat terpaksa menembak mati mereka dalam baku tembak dengan militer.

Namun, ayah Eden Bebari menyangkal putranya adalah anggota dari kelompok semacam itu. Ia juga tak percaya, mereka ditemukan dengan menyandang senjata api.

Baca Juga: 3 Separatis Papua Terkait Serangan Tambang Emas Grasberg Tewas

Merasa tak puas dengan alibi aparat, Bebari berujar, keluarganya akan menemui pimpinan pasukan keamanan di Mimika. Tujuannya agar polisi mau bertanggung jawab atas kematian putra tunggal mereka.

Dia menceritakan kepada Radio New Zaeland, putranya hanyalah seorang anak kecil yang berada di waktu dan tempat yang salah saat kejadian. Ia dan temannya saat itu sebenarnya hanya sibuk memancing, ketika mereka didor polisi.

Seorang juru bicara militer Indonesia mengatakan insiden itu sedang diselidiki.

Pembunuhan terjadi di wilayah yang sama di sekitar tambang emas dan tembaga Freeport raksasa di mana konflik bersenjata antara faksi Tentara Pembebasan Papua Barat dan pasukan keamanan Indonesia baru-baru ini meningkat.

Memperhatikan inkonsistensi dalam laporan yang beredar tentang pembunuhan itu, Bebari mengatakan pembunuhan itu harus diselidiki dan kasusnya mesti diajukan ke pengadilan sipil.

Dia mengungkapkan, keluarga itu tidak ingin para pelaku diadili di pengadilan militer dengan dalih, pengadilan di sana tak cukup adil menghukum personilnya. Ia juga mengatakan, Komisi Hak Asasi Manusia Nasional harus diminta untuk membantu penyelidikan.

Di tempat terpisah, Direktur LBH Papua, Emanuel Gobay membenarkan informasi yang beredar soal satuan tugas gabungan TNI-Polri yang diduga telah menembak Ronny Wandik dan Eden Armando Debari, hingga tewas. Dalam hal ini, LBH Papua mengecam keras tindakan yang diduga dilakukan satuan tugas gabungan terhadap korban. Sebab, menurut Gobay, tindakan yang diduga dilakukan oleh aparat keamanan Indonesia tersebut telah mengangkangi Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia, dan bisa dikategorikan pelanggaran HAM berat.

“Fakta tindakan yang dilakukan adalah penembakan, maka itu jelas masuk dalam kategori penyalahgunaan senjata api. Kami tahu bahwa dalam penggunaan senjata api itu ada prosedur tetap (protap),” kata Gobay kepada VOA, Rabu (15/4).

Baca Juga: Polisi Selandia Baru Diminta Bantu Selidiki Penembakan Papua

Penembakan polisi di Mamberamo

Dalam berita terkait yang dinukil dari Radio New Zaeland, tiga polisi Indonesia tewas, dan dua lainnya cedera serius dalam bentrokan dengan tentara di kabupaten Mamberamo, Provinsi Papua.

The Jakarta Post melaporkan, insiden pada Minggu terjadi ketika lebih dari selusin petugas polisi pergi ke sebuah pos militer di Kota Kasonaweja. Lalu menghadapi tentara setelah salah satu rekan mereka diduga dipukuli oleh pasukan.

Menurut anggota keluarga salah satu korban yang terbunuh, pemukulan tersebut diakibatkan oleh perdebatan sengit antara polisi dan seorang pengemudi ojek yang meminta tentara untuk membantunya.

Kepala polisi setempat disebut-sebut telah mengatakan kepada anak buahnya untuk tidak membalas, dengan mengatakan ia akan menyelesaikan masalah dengan komandan militer setempat.

Namun, sekitar 20 petugas dilaporkan mengabaikannya dan ditembaki ketika mereka menantang para prajurit.

 

Penerjemah: Anastacia Patricia

Editor: Purnama Ayu Rizky

Keterangan foto utama: Keluarga korban penembakan yang diduga dilakukan petugas gabungan TNI-Polri di Mimika, Papua. Selasa 14 April 2020. (Foto: VOA Indonesia)

Pertanyaan Tak Terjawab Papua Barat: Siapa Bunuh Anak Kami?

BERLANGGANAN

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top