Pesawat Pengebom SR-72 AS Bisa Ubah Masa Depan Penerbangan Global
Global

Pesawat Pengebom SR-72 AS Bisa Ubah Masa Depan Penerbangan Global

Pesawat pengebom SR-72. (Foto: Reuters)
Berita Internasional > Pesawat Pengebom SR-72 AS Bisa Ubah Masa Depan Penerbangan Global

Pesawat pengebom SR-72 Amerika Serikat merupakan pesawat terbang yang dapat lepas landas dan mendarat di landasan pacu standar serta terbang lebih cepat daripada peluru yang melaju. Melakukannya secara terjangkau akan dengan cepat menyebarkan teknologinya ke seluruh industri penerbangan dunia.

Secara tidak terduga, proyek cabang pembuat pesawat Lockheed Martin, Skunk Works, secara terbuka memamerkan salah satu perburuan penerbangan dengan mengungkapkan rencana untuk penerus SR-71, pesawat pengintai legendaris dengan kecepatan Mach 3 yang dirancang dengan slide rules dan pensiun ketika generasi milenial lahir.

Pesawat berusia 59 tahun yang awalnya dikembangkan sebagai pesawat pencegat canggih itu masih memegang rekor penerbangan supersonik tercepat dengan kecepatan 2.100 mil atau 3380 kilometer per jam, yang jauh lebih cepat daripada peluru kaliber .50.

Namun, pesawat yang baru saja diumumkan, SR-72, akan terbang dua kali lebih cepat, begitu cepat sehingga pada kecepatan tertinggi, udara yang memasuki mesinnya akan bergerak secepat SR-71. Menjaga pembakaran dan daya dorong berlangsung dalam kondisi seperti itu sama dengan menyalakan cerutu di tengah badai.

Baca Juga: Pesawat Tempur Su-57 Rusia Dijamin Akan Kalahkan Jet F-22 Amerika

Kemampuan pesawat pengebom SR-72 yang direncanakan untuk terbang hingga kecepatan Mach 6 dan kembali mendarat lagi adalah kemampuan yang belum mampu ditaklukkan pesawat lain.

Namun, pesawat demo SR-72 dilaporkan pertama kali muncul di hadapan umum di California pada Juli 2017.

Menurut Aviation Week, Skunk Works telah mengembangkan upaya untuk menjalankan mesin turbojet pada suhu tinggi dan tingkat daya yang cukup tinggi untuk mendorong SR-72 ke kecepatan Mach 2,5. Tahap kedua ramjet-scramjet membutuhkan kecepatan di atas Mach 3 atau 3,5 untuk beroperasi, sebuah “kesenjangan dorongan” yang menurut Lockheed Martin telah dipecahkan, meskipun tidak disebutkan bagaimana.

Turbojet? Ramjet? Scramjet? Sebuah turbojet memutar banyak bilah untuk menekan dan memanaskan udara yang masuk sebelum menyalakannya dan mengendarai gas panas yang dihasilkan. Ramjet bergerak sangat cepat sehingga udara yang masuk ke mesin sudah panas dan cukup terkompresi untuk menyalakan bahan bakar. Scramjet, singkatan dari “ramjet pembakaran supersonik”, merupakan ramjet tempat udara yang masuk bergerak dengan kecepatan supersonik.

Pada kecepatan hipersonik, tidak ada ledakan sonik tambahan, tetapi udara menumpuk sangat cepat di sepanjang tepi terdepan pesawat sehingga mencapai suhu tungku pembakaran.

Menurut catatan The National Interest, pesawat pengebom SR-71 memanas begitu tinggi karena gesekan penerbangannya sehingga panel bodinya sedikit longgar di darat dan merenggang selama penerbangan.

Namun, potensi luar biasa dari penerbangan hipersonik dalam kecepatan Mach 5 dan di atasnya telah mendorong penelitian selama lebih dari 70 tahun, di saat baik dan buruk, mulai dari senjata ajaib Nazi hingga the Right Stuff dan pivot Pasifik. Bahkan sebelum mesin buatan manusia mencapai kecepatan supersonik, wilayah hipersonik telah memikat pakar-pakar yang luar biasa.

Laut China Selatan

Pesawat pengebom AS. (Foto: US Air Force via CNN/Sersan Richard Ebensberger)

Das Flug aus die Silbervogel (Silverbird) Nazi Jerman

Eugene Saenger pertama kali menangani konsep pesawat multi-ribuan-mil-per-jam dalam tesis doktoralnya pada 1933. Pekerjaan terobosan pada mesin pendingin roket itu dilakukan dengan mensirkulasikan kembali bahan bakar kriogenik melalui dindingnya hingga menjadi sorotan rezim Adolf Hitler. Seperti ahli roket Amerika-Jerman Wernher von Braun, Saenger didorong untuk menerapkan gagasan radikalnya untuk membangun kekuatan Nazi Jerman.

Rudal balistik V-2 von Braun menghantam rumah dengan kecepatan mengerikan dan kekuatan senjata supersonik. Warga London di Inggris dan Antwerpen di Belgia tidak mendapat peringatan tentang rudal besar yang jatuh tiga kali lebih cepat dari suara yang mereka buat.

Desain Saenger dan koleganya Irene Bredt, Silbervogel (yang berarti “Silverbird” dalam bahasa Inggris) mungkin telah menghadirkan kematian dalam diam ke New York dan Chicago di Amerika Serikat dari belahan dunia lain.

Silverbird, juga dikenal sebagai Pengebom Antipoda, menggabungkan begitu banyak ide gila dalam satu paket yang apik sehingga mudah untuk memahami cengkeramannya pada imajinasi bertahun-tahun kemudian, dan mengapa Kementerian Udara Nazi Jerman meneruskan pembuatan prototipe.

Rancangan terakhir pesawat ruang angkasa Nazi adalah badan pesawat berperut rata dengan panjang 91 kaki (27,7 meter) yang bersayap gemuk, motor roket dorong 100 ton, serta tangki bahan bakar dan oksigen cair.

Dipasang di kereta luncur roket raksasa yang melakukan perjalanan di monorel sepanjang dua mil (3,2 kilometer), pilot tunggal, dan satu bom besar akan diluncurkan ke langit di kecepatan hampir Mach 2 sebelum roket Silverbird sendiri membawanya sejauh 70 mil (112,6 kilometer) di kecepatan Mach 19.

Apakah semua ini tampak familiar? Itu karena sistemnya telah mengilhami film fiksi ilmiah tertentu di era 1950-an.

Seolah-olah fase peluncuran dan peningkatan tidak cukup, fase penerbangan luar angkasa dieselpunk ini, teknik “loncatan-luncur”, menjadi impian pesawat tempur perang yang strategis. Dengan adanya kendaraan luar angkasa yang terbang tinggi dan cukup cepat, kemudian jatuh kembali ke atmosfer begitu saja, kendaraan itu dijamin akan melompati udara yang lebih padat bagaikan batu yang dilemparkan melompati permukaan air danau yang tenang.

Lompatan itu kemudian membawa kendaraan kembali ke luar angkasa, dengan gesekan memperlambat kendaraan dengan setiap lompatan. Saenger dan Bredt menghitung Silverbird dapat mencapai jarak lebih dari 14.000 mil (22.530,8 kilometer), hampir setengah jalan ke Antipoda, dengan terbang melompat-lompat di seluruh dunia dari dorongan awal di Jerman.

Sayangnya, perhitungan itu kemudian mengungkapkan Silverbird kemungkinan besar akan menderita nasib Space Shuttle Columbia selama penerbangan, yakni pecah berkeping-keping saat memasuki atmosfer Bumi.

Terlepas dari teknis yang luar biasa, misi Silverbird adalah campuran dari pesawat pengebom strategis dan teror. Bom seberat empat ton dapat menimbulkan banyak kerusakan dan dampak psikologis sangat luar biasa terhadap sebuah kota di daratan Amerika yang dibom secara tiba-tiba. Sasaran strategis yang direncanakan termasuk peleburan aluminium dan pabrik pesawat terbang.

Hermann Göring dari Kementerian Udara Nazi Jerman menolak konsep Saenger-Bredt dan mengejar metode lain untuk menyerang Amerika Serikat. Namun, pemimpin Uni Soviet Joseph Stalin menganggap konsep ini cukup serius sehingga setelah perang ia memerintahkan badan intelijen Soviet NKVD untuk menculik Saenger dan Bredt dari Prancis, meskipun akhirnya gagal.

Seperti banyak persaingan teknologi antariksa lainnya, penelitian hipersonik terjadi di kedua negara adidaya Perang Dingin sejak awal di bawah kepemimpinan Hitler.

Baca Juga: Tak Ada Negara Asing yang Bisa Beli Jet F-22 AS, Kenapa?

The Right Stuff di Amerika Serikat

Di Amerika Serikat, penerbangan dengan kecepatan lebih dari Mach 5 dikerahkan dalam upaya nasional yang sedang berlangsung yang membawa Mayor Chuck Yeager melampaui batas kecepatan suara.

Pada pertengahan 1950-an, program X-15 berfokus pada desain, bahan, dan protokol untuk penerbangan hipersonik. Pada awal 1960-an, pilot X-15 yang mengenakan sayap astronot secara rutin terbang ke luar angkasa dengan kecepatan Mach 6 dari Pangkalan Angkatan Udara Edwards di California.

Ketika Tom Wolfe menceritakan dalam karya klasiknya The Right Stuff, pendekatan berpilot X-15 segera memberikan jalan kepada kapsul bulat Mercury, Gemini, dan Apollo.

Angkatan Udara AS hampir mencapai penerbangan hipersonik setengah abad lalu dengan X-20 DynaSoar, penghubung besar antara Silverbird, Space Shuttle, dan SR-72. Dirancang untuk melayang ke angkasa di atas rudal Titan, mengorbit seperti kapsul ruang angkasa dan mendarat seperti pesawat tempur, X-20 memenuhi impian Silverbird sebelum akhirnya dibunuh oleh Menteri Pertahanan AS Robert McNamara.

Insinyur pesawat ulang-alik pada 1970-an mengandalkan penelitian X-20 dalam merancang pesawat ruang angkasa mereka. Saat ini pesawat ulang-alik yang baru saja pensiun mungkin merupakan kendaraan hipersonik yang paling dikenal di dunia. Pesawat ulang-alik melonjak ke angkasa dalam kecepatan Mach 23 sebelum meninggalkan atmosfer dan terbang “seperti batu bata dengan sayap”, dengan kecepatan hipersonik selama penurunan yang berapi.

Suhu panas luar biasa yang dialami oleh pesawat ulang alik selama masuk kembali ke atmosfer memberi kita sekilas tantangan yang dihadapi SR-72. Celah sekecil apa pun di permukaan dapat membawa masuk panas dan angin kencang, mau pun menghancurkan kendaraan dan awak pesawat.

Semua kendaraan hipersonik yang sukses sampai saat ini telah dikembangkan oleh kekuatan roket, mulai dari WAC Corporal pada 1949 hingga Waverider X-51 musim semi ini. Penelitian hipersonik AS terbaru telah difokuskan pada pengembangan senjata serangan jarak jauh yang cepat dalam bentuk muatan yang diluncurkan di udara, laut, dan bawah laut, yang ditingkatkan hingga kecepatan jelajah oleh kekuatan roket.

Roket Falcon 1 SpaceX didanai sebagian untuk menciptakan pendorong bagi muatan hipersonik.

Itulah yang membuat SR-72 benar-benar luar biasa. Jika produsen pesawat Lockheed Martin dan mitra-mitranya mengaku berhasil, perkembangan penerbangan di masa depan tidak akan pernah sama. Aerojet-Rocketdyne memiliki silsilah lama yang terkenal di bidang propulsi, mulai dari penguat bahan bakar padat dan roket nuklir selebar 21 kaki (6,4 meter) hingga mesin utama Saturn V dan Space Shuttle.

Sebuah pesawat terbang yang dapat lepas landas dan mendarat di landasan pacu standar, terbang lebih cepat daripada peluru yang melaju, dan melakukannya secara terjangkau, The National Interest melaporkan, akan dengan cepat menyebarkan teknologinya ke seluruh industri penerbangan dunia.

V-22 Osprey dapat membuat Irak seakan menyusut ke ukuran Rhode Island. SR-72 dan sejenisnya dapat membuat Indo-Pasifik seakan menyusut ke ukuran California.

 

Penerjemah: Fadhila Eka Ratnasari

Editor: Aziza Fanny Larasati

Keterangan foto utama: Pesawat pengebom SR-72. (Foto: Reuters)

Pesawat Pengebom SR-72 AS Bisa Ubah Masa Depan Penerbangan Global

BERLANGGANAN

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top