F-35
Amerika

Satu Keunggulan Utama F-35 yang Tidak Dimiliki Jet Lain

Berita Internasional > Satu Keunggulan Utama F-35 yang Tidak Dimiliki Jet Lain
Advertisements

Margin keunggulan terbesar F-35 jika dibandingkan dengan platform saingan dapat ditemukan dalam penginderaan dan komputasinya.

Kritik dan kekhawatiran terkait Joint Strike Fighter F-35 yang canggih terus bergema di seluruh aula Kongres AS, ditambah dengan prospek perubahan anggaran 2022 untuk memotong pembelian F-35. Hal ini membuat banyak orang merenungkan dampak potensial dari segala jenis pengurangan skala besar dalam jumlah F-35 yang akan diperoleh militer AS.

Apa artinya bagi kekuatan masa depan jika ada penurunan substansial dalam ukuran kekuatan F-35, penundaan besar atau perlambatan produksi?

Prospek pengurangan dana untuk jet itu masih perlu pertimbangan Senat dan akan ditegaskan dalam proses konferensi di akhir tahun.

Meskipun demikian, menurut Kris Osborn dari The National Interest, kemungkinannya realistis, terutama mengingat komentar baru-baru ini dari anggota DPR AS, Adam Smith dan John Garamendi, yang menyatakan keprihatinan tentang kelestarian jet tersebut.

Salah satu elemen menarik dan signifikan dari ini, yang mungkin telah lolos dari pertimbangan yang lebih menyeluruh, adalah fakta bahwa pengembang Pentagon dan Lockheed telah memulai ambisi jangka panjang mengenai keberlanjutan dan rencana pengembangan untuk F-35, yang disebut Continuous Capabilities Development and Delivery (C2D2).

Mereka telah memastikan F-35 akan mempertahankan keunggulan teknologi dan kinerjanya di tahun-tahun mendatang melalui upgrade, baik dalam senjata maupun perangkat lunak, dan jenis inisiatif modernisasi lainnya yang sedang berlangsung. Inilah alasan mengapa banyak perencana mengantisipasi F-35 akan dapat terbang dengan baik pada 2070-an dan seterusnya.

Meski senjata F-35 dan teknologi silumannya telah dianggap tidak tertandingi di seluruh dunia oleh para pendukungnya, margin keunggulan terbesar pesawat jika dibandingkan dengan platform saingan dapat ditemukan dalam penginderaan dan komputasinya. Konfigurasi siluman, teknologi mesin, dan jenis inovasi jet tempur lainnya pasti akan muncul di tahun-tahun mendatang, namun sebagian besar terobosan peningkatan kinerja tempur kemungkinan besar berada di bidang perangkat lunak, komputasi, sistem misi, dan penginderaan. Itu berarti, mendesain badan pesawat baru tidak akan menjadi keharusan.

Pada saat yang sama, terlepas dari bentuk atau tujuan tertentu yang sebenarnya, ada bukti bahwa ada terobosan teknologi yang ditemukan di bidang desain dan daya dorong jet tempur yang cukup signifikan untuk menginspirasi akselerasi besar-besaran jet generasi ke-6 yang sekarang mengudara.

Namun, pemikiran Angkatan Udara saat ini tampaknya menunjukkan jet generasi ke-6 yang baru dimaksudkan untuk terbang bersama dan “melengkapi” F-35 selama beberapa dekade ke depan. Itu menunjukkan, jet generasi ke-6 yang baru mungkin akan muncul sebagai platform seperti jet F-22 yang berkecepatan tinggi. Ini masuk akal mengingat armada F-22 jauh lebih kecil dengan hanya 186 pesawat dan pengembang senjata selama bertahun-tahun telah menjelaskan jet itu sangat diminati. Mungkin keputusan untuk tidak memulai kembali produksi F-22 sebagian sejalan dengan rencana untuk jet generasi ke-6.

Adapun segala jenis indikasi resmi Angkatan Udara terkait F-35. Kepala Staf Jenderal Charles Brown baru-baru ini mengatakan Angkatan Udara akan mempertahankan rencananya untuk mengakuisisi lebih dari 1.700 F-35 dan bahkan menanggapi kemungkinan peningkatan produksi. Pernyataan itu dikeluarkan untuk menjawab kekhawatiran dari komandan kombatan bahwa jet itu tidak datang cukup cepat, catat The National Interest.

Mengingat semua ini, ketika dihadapkan dengan gagasan yang diusulkan tentang perlambatan atau kemunduran produksi, banyak pendukung F-35 dan pemimpin senior Pentagon sebenarnya berpikir sebaliknya, yang berarti percepatan mungkin merupakan pendekatan terbaik. Brown dan lainnya telah membahas kemungkinan “lonjakan” produksi F-35.

“Cara tercepat untuk mendapatkan kemampuan di saat seperti ini adalah dengan meningkatkan laju produksi F-35,” mantan Letnan Jenderal David Deptula, yang sekarang menjadi Dekan Institut Mitchell untuk Studi Luar Angkasa, mengatakan kepada The National Interest.

 

Penerjemah: Nur Hidayati

Editor: Purnama Ayu Rizky

Keterangan foto utama: Kepala kru Lockheed Martin memberi sinyal kepada pilot F-35A Lightning II bahwa pengganjal roda pesawat telah ditempatkan, tanggal 4 Februari 2019 di Luke Air Force Base, Arizona. (Foto: Angkatan Udara Amerika Serikat/Airman 1st Class Aspen Reid)

Satu Keunggulan Utama F-35 yang Tidak Dimiliki Jet Lain

BERLANGGANAN

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top