Xanana Gusmão dikritik karena tidak mematuhi protokol kesehatan di daerah lockdown.
Beberapa pejabat Timor Leste hari ini menyatakan kekecewaannya tentang perilaku pemimpin bersejarah Xanana Gusmão setelah foto-fotonya tanpa masker dan berada di kerumunan tersebar di jejaring sosial.
Dalam beberapa minggu terakhir, mantan presiden Timor Leste itu telah terekam pada beberapa kesempatan di lingkungan Dili, di mana protokol kesehatan dan lockdown wajib diberlakukan.
Video terbaru, yang dirilis pada Minggu (21/3) oleh dua jurnalis Timor Leste, viral setelah dibagikan ratusan kali di Facebook dan WhatsApp, memicu artikel kritis di surat kabar Tempo Timor.
“Xanana Gusmão ‘mengolok-olok’ PNTL (Polícia Nacional de Timor-Leste) dan menentang lockdown,” bunyi judul artikel itu, yang melaporkan polisi Timor Leste telah menahan beberapa orang, penduduk setempat dan orang asing, karena tidak mematuhi aturan lockdown.
Tentang video tersebut, menteri kabinet, Fidelis Magalhães, mengatakan kepada Lusa, mengingat kelemahan sistem kesehatan Timor Leste, tindakan terbaik adalah pencegahan.
“Di mana pun di dunia, kami memiliki ukuran dan tingkat kepatuhan. Selalu ada orang yang tidak setuju dengan tindakan tersebut dan bertindak dengan cara yang berbeda. Pemerintah berupaya semaksimal mungkin agar aturan tersebut dipatuhi oleh warga,” tegasnya.
Magalhães menekankan, setiap orang harus memikul tanggung jawab mereka: “para pemimpin nasional (Timor Leste) harus tahu mereka memiliki bagian dari tanggung jawab, tanpa memerlukan intervensi dari entitas lain. Mereka adalah pemimpin yang harus tahu apa yang terbaik bagi warganya”.
Pejabat itu mengingatkan, negara sedang menghadapi “situasi yang menantang”. Masalah ini biasa terjadi di beberapa negara, dan perjuangan harus dilakukan “bersama” oleh semua warga negara.
“Yang menjadi perhatian bukan hanya untuk segera menghentikan virus, tetapi kita harus memikirkan kapasitas yang kita miliki dan menghindari untuk membanjiri SNS (Dinas Kesehatan Nasional Timor Leste) yang rapuh. Upaya terbesar yang mungkin dilakukan adalah mencegah penularan agar tidak merusak sistem kesehatan,” ujarnya.
“Ada banyak negara dengan sistem yang lebih maju menghadapi tantangan ini. Dalam kasus kami, dengan sedikit sumber daya, taruhan terbaik benar-benar pada tindakan pencegahan,” katanya.
Pedro Klamar Fuik dari Pusat Manajemen Krisis Terpadu Timor (CIGC) juga mengatakan, penting untuk memastikan kepatuhan terhadap langkah-langkah tersebut, bahkan jika perlu, memastikan kedekatan dan dukungan untuk warga.
Xanana Gusmão, “sebagai warga negara, sebagai pendiri bangsa, sebagai bapak negeri ini, tentu memiliki cara pandang lain, bagaimana merangkul keadaan ini,” mungkin “dalam wujud kasih sayang” terhadap penduduk yang tengah melalui kondisi yang sulit, pikirnya.
“Namun menurut aturan yang ditetapkan negara, ini kontradiktif karena (negara) tidak memperbolehkan adanya kerumunan orang banyak. Dalam situasi ini, sebagai warga negara, saya melihat semuanya secara dua arah, tergantung hati nurani masing-masing,” ujarnya.
“Kesehatan masyarakat bergantung pada hati nurani setiap orang, siapa pun mereka. Kesehatan masyarakat adalah milik semua orang. Ini adalah pertanyaan untuk melihat keuntungan dari menggabungkan energi itu. Penduduk butuh kasih sayang, tapi juga harus taat aturan, menggabungkan semua sumber daya untuk menghadapi situasi nasional ini,” ujarnya.
José Ramos-Horta, yang juga seorang pemimpin bersejarah Timor Leste, mengatakan kepada Lusa foto-foto itu bisa “memiliki dampak karena dia adalah tokoh paling berpengaruh di negeri ini. Banyak orang sangat percaya pada apa yang dia katakan dan lakukan. Jelas hal ini bisa mempengaruhi tingkah laku warga”.
“Ada bukti konsekuensi dari pandemi ini di dunia. Saya khawatir Xanana, karena usianya dan sangat diperlukannya dia bagi negeri ini, membuat dirinya berisiko tertular.
Ramos-Horta, yang biasanya menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bersosialisasi langsung dengan penduduk, mengatakan dia sekarang “sangat jarang” keluar rumah, dan hanya keluar untuk berbelanja atau untuk beberapa “kunjungan yang sangat diperlukan (…) namun selalu menjaga jarak secara fisik dan menuntut agar setiap orang mengenakan masker”.
Timor Leste saat ini memiliki 206 kasus COVID-19, jumlah tertinggi sejak pandemi dimulai.
Pada Minggu (21/3), yang menandai peringatan infeksi pertama di negara itu, pihak berwenang mengumumkan 55 kasus baru dalam waktu 24 jam, termasuk 43 di Dili.
Beberapa daerah di Timor Leste saat ini menjalani lockdown, termasuk di Dili, Baucau, dan Viqueque.
Penerjemah: Nur Hidayati
Editor: Purnama Ayu Rizky
Keterangan foto utama: Xanana Gusmao membuat kontroversi dengan tak mengenakan masker dan jaga jarak. (Foto: The Jakpost)
Timor Leste Lockdown, Kenapa Gusmao Ogah Pakai Masker?