Menghentikan ‘shutdown’ terlalu dini akan menyebabkan lonjakan jumlah infeksi, dan memperparah dampak ekonomi. Itu akan menjadi keputusan yang salah.
Menanggapi pandemi virus corona, banyak pemerintah negara bagian di AS telah memberlakukan shutdown (penutupan) dan mengeluarkan perintah shelter-at-home (di beberapa negara bagian lain nama perintahnya stay-at-home) yang mewajibkan orang-orang beraktivitas di rumah dan hanya keluar untuk keperluan mendesak.
Langkah-langkah ini pada akhirnya akan membatasi penyebaran virus corona, tetapi menimbulkan konsekuensi besar bagi perekonomian. Mengingat dampak ekonomi ini, Presiden AS Donald Trump telah menyatakan dia ingin shutdown dicabut pada Paskah (12 April).
Dilansir dari Bloomberg, baru-baru ini Trump menyatakan AS “akan segera kembali melanjutkan aktivitas seperti biasa,” menambahkan, negara “tidak dibangun untuk di-shutdown.”
Sejumlah kecil komentator telah mengungkapkan sentimen serupa. Mantan Kepala Eksekutif Goldman Sachs Lloyd Blankfein telah meminta para karyawan untuk kembali bekerja setelah “beberapa minggu”. Penasihat kebijakan Partai Republik Arthur Laffer dan Stephen Moore juga telah membuat rekomendasi serupa.
Seorang pelanggan berbelanja di Wasabi Store di Penn Station di New York, Amerika Serikat, Senin, 16 Maret 2020. Bisnis makanan dihimbau untuk menyajikan pesanan untuk dibawa pulang dan bukan dimakan di tempat sebagai salah satu upaya mencegah penyebaran virus corona baru. (Foto: Lev Radin/Pacific Press/LightRocket/Getty Images)
Namun, rencana Trump untuk menghentikan shutdown pada Paskah hanya akan memperburuk keadaan, menurut pendapat Noah Smith, asisten profesor keuangan di Stony Brook University, yang dimuat di Bloomberg.
Memang, Trump tidak memiliki wewenang untuk mencabut shutdown dan perintah shelter-at-home yang dikeluarkan pemerintah negara bagian dan daerah, tetapi ia dapat mendesak Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) untuk menyarankan agar bisnis dapat dibuka kembali pada Paskah. Beberapa gubernur, wali kota, dan badan legislatif negara bagian juga dapat mengikuti saran Trump.
Itu tidak hanya akan menjadi kesalahan besar, tetapi mungkin juga tidak efektif. Dilansir dari Bloomberg, Michael Strain menilai, membiarkan orang-orang kembali bekerja beberapa minggu dari sekarang tidak akan serta-merta mengembalikan ekonomi ke kondisi semula.
Wabah itu hampir dipastikan akan datang meraung kembali. Infeksi akan melonjak dari kota ke kota, membanjiri sistem perawatan kesehatan. Kepanikan massal akan membuat orang mengurung diri di rumah mereka, mungkin selama berbulan-bulan, dan itu pada akhirnya dapat menyebabkan restoran, toko, dan bisnis lainnya bangkrut. Ekonomi masih akan mendapat pukulan besar, dan yang lebih parah lagi, lebih banyak orang akan mati.
Jadi, berapa lama lagi shutdown akan berlangsung? Lockdown (karantina wilayah, praktiknya mirip seperti shutdown di AS) yang diberlakukan di China berhasil mengurangi jumlah infeksi baru setelah beberapa hari dan memangkas infeksi ke tingkat yang relatif rendah setelah sekitar tiga minggu. Jadi, mungkin dua minggu lagi AS akan mengetahui apakah shutdown-nya memiliki efek yang sama.
Selain itu, orang Amerika tidak akan dapat keluar dari rumah dengan aman sampai kota dan negara bagian mereka memiliki program tes massal dan pelacakan individu yang terinfeksi. Ini adalah sistem yang berhasil digunakan oleh Korea Selatan dan negara-negara lain untuk menekan penyebaran virus dengan cepat.
Untuk melakukan ini, dibutuhkan investasi besar dalam pemeriksaan gejala massal, rapid test (tes cepat) skala besar, pelacakan kontak, dan isolasi ketat individu yang terinfeksi.
Sistem tes-dan-pelacakan mungkin akan berhasil di AS, tetapi sistem ini membutuhkan banyak investasi dan penerapan kerja sama antara pemerintah dan warganya.
Jika Trump ingin membuat orang Amerika kembali bekerja secepat mungkin, ia harus fokus pada pengembangan sistem pengetesan berkualitas tinggi di setiap kota dan negara bagian segera. Jika tidak, negara itu mungkin akan terpaksa shutdown untuk waktu yang sangat lama, dan kelumpuhan ekonomi akan berlarut-larut lebih lama dari yang seharusnya.
Penerjemah: Nur Hidayati
Editor: Aziza Fanny Larasati
Keterangan foto utama: Presiden AS Donald Trump. (Foto: AFP/Getty Images/Nicholas Kamm)
Trump Ingin ‘Shutdown’ Berakhir pada Paskah, Itu Keputusan yang Salah