Presiden Amerika Serikat Donald Trump melontarkan ancaman serangan balasan terhadap Iran yang belakangan ini kian gencar menghantam pasukan dan aset AS di Irak. Ancaman itu muncul ketika Iran tengah bergulat menghadapi pandemi COVID-19 di tengah sanksi Amerika yang tak kunjung dicabut.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menegaskan pada Rabu (1/4), tanpa mengutip bukti spesifik, Iran atau milisi yang didukung Iran sedang merencanakan “serangan diam-diam” terhadap pasukan atau aset AS di Irak. Ia memperingatkan Iran akan “membayar harga yang sangat mahal” jika serangan itu diluncurkan.
Ancaman militer Trump muncul ketika milisi yang didukung Iran menjadi lebih berani dalam menyerang personel AS di Irak. Serangan roket terhadap pangkalan militer AS terjadi lebih sering dan untuk pertama kalinya di siang bolong.
Para pejabat AS mengaku menerima laporan hampir setiap hari tentang serangan segera yang direncanakan terhadap fasilitas militer atau diplomatik yang terkait dengan AS.
“Atas informasi dan kepercayaan, Iran atau proksinya sedang merencanakan serangan diam-diam terhadap pasukan dan/atau aset AS di Irak,” tulis Trump di Twitter, tanpa memberikan rincian.
“Jika serangan ini terjadi, Iran akan membayar harga yang sangat mahal!”
Ketika ditanya tentang komentarnya pada Rabu (1/4) malam di jumpa pers Gedung Putih, Trump menolak untuk membagikan detail lebih spesifik tentang potensi ancaman, tetapi bersumpah akan memberikan tanggapan yang kuat jika serangan dilakukan.
“Ini akan sangat menyakitkan bagi pihak lain (Iran).”
“Saya tidak ingin mengatakannya, tetapi kami hanya memiliki informasi mereka merencanakan sesuatu. Itu informasi yang sangat bagus,” tegas Trump.
“Serangan itu dipimpin oleh Iran, tidak harus Iran, tetapi pasukan yang didukung oleh Iran. Namun, bagi saya itu adalah Iran. Kami hanya mengatakan, jangan lakukan itu. Serangan itu akan berdampak sangat buruk bagi mereka jika mereka melakukannya.”
The Washington Post mencatat, ketegangan itu terjadi di tengah pandemi COVID-19 yang semakin menyibukkan Trump dan menimbulkan sejumlah besar korban di Iran saat Amerika Serikat memperluas sanksi terhadap negara itu. Masih belum jelas seberapa besar kendali Iran atas berbagai kelompok proksinya.
Hingga kini masih belum jelas seberapa besar minat Amerika Serikat terhadap krisis lain ketika jumlah kematian akibat infeksi virus corona bar uterus meningkat di dalam negeri.
Jajak pendapat The Washington Post-ABC News pada Januari 2020 menunjukkan rakyat Amerika terpecah belah atas penanganan Trump terhadap situasi dengan Iran secara umum. Sebanyak 45 persen responden setuju, sementara 47 persen tidak setuju.
Survei tersebut dilakukan tidak lama setelah serangan AS di Irak yang menewaskan Mayor Jenderal Qassem Soleimani, kepala strategi militer Iran. Dalam jajak pendapat tersebut, 53 persen responden mendukung perintah serangan pesawat nirawak Trump yang menewaskan Soleimani, sementara 41 persen menentangnya.
Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Timur Dekat David Schenker mengatakan kepada wartawan akhir Maret 2020, Amerika Serikat akan “mengambil langkah apa yang menurut kami perlu” untuk membalas kekerasan milisi yang diarahkan pada pasukan atau aset AS. Namun, pemerintahan Trump tetap terpecah belah atas bagaimana atau akankah mereka menyerang balik Iran.
“Sudah jelas mereka memiliki keinginan, kemauan, dan peralatan untuk menyerang kami,” tutur seorang pejabat yang akrab dengan masalah itu pekan lalu. Keputusan tentang bagaimana menanggapi serangan baru itu akan dipengaruhi oleh skala dan tingkat mematikan serangan, kata pejabat itu, serta jenis senjata yang digunakan.
Ancaman Trump muncul ketika koalisi yang dipimpin AS menyusut dan mengonsolidasikan kekuatannya di Irak, mengakhiri operasinya di pangkalan militer yang lebih kecil dan memindahkan ratusan personel ke pasukan yang lebih besar atau di luar negeri.
Pasukan itu ditempatkan di Irak untuk melawan kelompok militan ISIS. Pertarungan mereka pada dasarnya sudah berakhir, tetapi para pejabat militer di Baghdad mengatakan penarikan koalisi juga sebagian terkait dengan meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran.
“Kami mengambil tindakan pencegahan,” menurut seorang pejabat. Ia menambahkan, serangkaian ancaman telah menjadi situasi sehari-hari.
Saat ketegangan mulai memanas, Pentagon telah meningkatkan pertahanan di pangkalan militer Irak yang menampung pasukan Amerika Serikat. Pekan lalu, pihaknya mengerahkan baterai pertahanan rudal Patriot di dua fasilitas yang menjadi sasaran rudal balistik Iran pada Januari 2020, menurut para pejabat AS dan Irak. Sistem Patriot yang terdiri dari radar berkinerja tinggi dan pencegat rudal dirancang untuk bertahan melawan serangan-serangan semacam itu.
Penerjemah: Fadhila Eka Ratnasari
Editor: Purnama Ayu Rizky
Keterangan foto utama: Pengunjuk rasa pro-pemerintah Iran membakar bendera Amerika Serikat dalam sebuah pawai di Teheran, Iran, 25 November 2019. (Foto: Reuters/Nazanin Tabatabaee/WANA)
Tuduh Iran Rencanakan Serangan Diam-Diam, Trump Ancam Balasan